Istri Simpanan

Bab 222 - Merasa bersalah



Bab 222 - Merasa bersalah

0Rumah Sakit Bersalin Pyongyang,     
0

Setelah setengah jam perjalanan akhirnya Chang Yuan sudah berhasil memarkirkan mobilnya di halaman rumah sakit. Karena sampai pada tengah malam, keadaan rumah sakit cukup lengang. Hanya beberapa saja perawat yang bertugas.     

Chang Yuan segera turun dari mobilnya, dengan sigap langsung membopong tubuh Soo Yin yang berada di kursi belakang bersama Jean.     

Dae Hyun sebelumnya sudah terlebih dahulu menghubungi Dokter Mi Young untuk melakukan penanganan pertama sehingga ketika mereka sampai para perawat sudah bersiap di depan.     

Para perawat langsung mendorong brankar ke arah Chang Yuan. Pelan-pelan mereka membantu Chang Yuan membaringkan tubuh Soo Yin yang terkulai lemas.     

Dengan langkah pincang Jean segera turun dari mobil. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari pipinya. Ia masih bingung apa yang sebenarnya dimaksud oleh Soo Yin yang mengatakan kata 'suamiku'. Saat ini benar-benar syok sehingga tidak pikirannya tidak bisa mencerna apa yang terjadi.     

Chang Yuan yang sudah mengantarkan Soo Yin ke ruang operasi bersama para perawat langsung berbalik untuk melihat keadaan Jean karena ia juga butuh penanganan medis.     

"Asisten Chang!" panggil Jean saat pria itu tampak mencari sesuatu dengan berulang kali mengedarkan pandangannya ke sekeliling.     

Dengan langkah lebar, Chang Yuan segera menghampiri Jean. Kemudian meminta perawat agar membawakan kursi roda untuknya.     

"Asisten Chang, bagaimana keadaan Soo Yin?" ujar Jean dengan rasa khawatir yang mendalam.     

"Tenanglah, semoga saja Nona baik-baik saja. Sekarang sebaiknya kau dirawat karena tubuhmu juga terluka," ujar Chang Yuan. Hatinya begitu iba malam ini harus menyaksikan dua gadis yang tidak bersalah hampir terenggut nyawanya. Beruntung tadi datang tepat waktu, jika saja terlambat sedikit Chang Yuan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Jean menggelengkan kepalanya. Yang dikhawatirkannya saat ini adalah keadaan sahabatnya. Baginya semua yang dialaminya tidak berarti apa-apa yang terpenting sahabatnya bisa diselamatkan.     

"Jean, kau juga harus dirawat," ujar Chang Yuan dengan lembut.     

Saat ini sudah ada dua perawat yang sudah membawa kursi roda dan mereka hendak melakukan perawatan pada Jean namun Jean tetap bersikeras menolak karena ia tidak peduli dengan keadaan tubuhnya saat ini.     

Meski Rumah Sakit Pyongyang adalah rumah sakit bersalin namun mereka juga menyediakan dokter umum di sana sehingga tidak hanya orang yang sedang hamil saja yang berkunjung ke sana.     

"Asisten Chang, sebenarnya kenapa Soo Yin mengalami pendarahan?" tanya Jean.     

"Sebenarnya Nona sedang mengandung," sahut Chang Yuan sembari menghela nafas pelan.     

"Apa?" Jean termangu di tempatnya berdiri. Pikirannya limbung dan kacau mendengar satu kalimat yang langsung membuat darahnya mendesir.     

Bagaimana mungkin Soo Yin mengandung? Siapa suaminya? Begitu banyak pertanyaan yang kini berada di benak Jean. Namun untuk bertanya lebih lanjut kepada Chang Yuan bibirnya seperti terkunci.     

Bau anyir dari darah segar menyeruak menelusup indra penciumannya. Chang Yuan lupa jika dirinya belum mencuci tangan karena sibuk mencari Jean.     

"Jean, aku ke kamar mandi terlebih dahulu. Ikutlah bersama perawat," pamit Chang Yuan sambil memandang Jean yang masih terpaku dan pandangan tampqk kosong.     

Jean mengangguk pelan dengan bibir yang terkatup rapat. Hampir saja tubuhnya terjatuh ke lantai jika para perawat tidak sigap menopangnya. Mereka segera membawanya ke ruangan agar Jean segera mendapatkan perawatan.     

Dengan langkah cepat Chang Yuan segera pergi ke kamar mandi. Ada kekhawatiran yang mendalam saat ini. Jika nanti bosnya pulang ia sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.     

================================     

Begitu mendapat kabar dari Chang Yuan mengenai keadaan Soo Yin, Dae Hyun langsung melakukan perjalanan pulang ke Seoul. Untunglah jarak dari pulau Nami ke Seoul tidak terlalu jauh sehingga dapat ditempuh dalam waktu beberapa jam saja.     

Dae Hyun melangkahkan kakinya dengan setengah berlari ketika sudah sampai di rumah sakit. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui keadaan istri kecilnya yang saat ini masih berada di ruang operasi. Semoga tidak terjadi apapun yang membahayakan nyawanya.     

Chang Yuan tengah duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Lelah dan cemas saat ini bercampur menjadi satu. Saat ini ia tengah di depan ruang operasi, masih menunggu dokter yang sedang menangani Soo Yin. Sudah cukup lama berada di dalam namun belum juga selesai.     

"Asisten Chang, bagaimana keadaan Soo Yin?" tanya Dae Hyun dengan nafas terengah-engah.     

Chang Yuan segera bangkit berdiri kemudian menengadahkan wajahnya memandang bosnya dengan tatapan sayu dan raut wajah sedih.     

"Nona … Nona … masih di dalam, Tuan. Dokter Mi Young tengah berusaha menyelamatkannya," ujar Chang Yuan dengan kepala yang menunduk kembali.     

"Katakan siapa yang melakukan semua itu pada istriku?" tanya Dae Hyun dengan nada dingin. Hampir saja ia mencengkram kerah baju Chang Yuan dengan tangannya yang sudah terulur namun Dae Hyun berusaha meredam emosinya.     

"Kami sudah menangkap mereka, Tuan," sahut Chang Yuan. Chang Yuan sudah bersiap jika Dae Hyun akan melampiaskan semua amarahnya kepadanya.     

"Sekarang pergilah awasi mereka, jangan biarkan mereka kabur. Aku akan membuat perhitungan kepada mereka karena sudah berani mencelakai istriku," ujar Dae Hyun dengan nada datar.     

"Baik, Tuan," sahut Chang Yuan sambil membungkukkan tubuhnya kemudian segera pergi meninggalkan rumah sakit.     

Dae Hyun memang sengaja menyuruh Chang Yuan pergi sebelum menjadi sasaran kemarahannya saat ini. Marah, tentu saja saat ini rasanya Dae Hyun ingin mencabik-cabik orang yang sudah berani mencelakai istri kecilnya.     

Sebenarnya Dae Hyun juga saat ini sudah ingin menghajar penjahat itu dengan tangannya sendiri namun untuk saat ini tidak mungkin meninggalkan Soo Yin.     

Dae Hyun meninju tembok dengan begitu keras hingga menimbulkan suara. Menyesal adalah suatu yang saat ini dirasakannya. Seharusnya ia tidak pergi ketika Soo Yin memintanya untuk tetap tinggal. Jikapun tetap berangkat, seharusnya saat itu membawa Soo Yin bersamanya.     

Ia bersumpah akan membalas dendam kepada siapapun yang sudah membuat Soo Yin celaka.     

"Tuan, bagaimana keadaan Nona?" bibi Xia baru saja tiba setelah mendapatkan kabar jika sesuatu yang buruk menimpa Soo Yin. Pantas saja tadi perasaannya sangat tidak tenang ketika Soo Yin berpamitan untuk pergi.     

"Dia masih di dalam," sahut Dae Hyun lirih dengan mata yang sayu. Bagaimana tidak khawatir jika sudah hampir dua jam Soo Yin di dalam namun belum juga keluar hingga saat ini.     

Dae Hyun harus merasakan untuk yang kedua kalinya Soo Yin dalam keadaan kritis seperti ini. Dae Hyun menjadi semakin bersalah, berpikir jika Soo Yin seperti ini karena berada di dekatnya. Jika Soo Yin tidak menikah dengannya tidak mungkin mengalami hal-hal yang menyakitkan.     

"Maafkan bibi, Tuan. Seharusnya bibi tadi bersikeras melarang nona untuk pergi," ucap bibi Xia sambil terisak-isak.     

"Ini bukan salah bibi, jika saja aku tidak pergi mungkin sekarang ia akan baik-baik saja," ucap Dae Hyun dengan getir dan suara yang begitu sendu.     

"Saya juga minta maaf karena tidak bisa menjaga nona, Tuan." Chung Ho adalah orang yang paling ketakutan saat ini. Seharusnya tadi ia membuntuti Soo Yin saat pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.