Istri Simpanan

Bab 220 - Membalas dendam



Bab 220 - Membalas dendam

0Soo Yin sedikit meringis menahan rasa sakitnya namun masih bisa ditahan.     
0

"Bertahanlah, Sayang," gumam Soo Yin sambil mengusap perutnya.     

"Soo Yin?" ujar Jean dengan kondisi tubuhnya yang masih terikat sehingga tidak bisa melakukan apapun untuk membantu sahabatnya berdiri.     

"Jean?" Soo Yin menoleh ke arah tempat yang remang-remang terlihat. Ia tidak pikir tadi sendirian di ruangan itu.      

Sambil menahan sakit di perutnya, Soo Yin berusaha untuk bangkit berdiri kemudian menghampiri Jean dengan langkah tertatih.     

"Jean, apa yang sebenarnya terjadi?" Soo Yin begitu iba melihat bagaimana keadaan sahabatnya saat ini dengan wajah yang berlumuran darah dan air mata. Rambutnya yang sebahu berantakan menutupi wajahnya. Soo Yin berusaha membantu melepaskan tangannya yang terikat.     

"Soo Yin, maafkan aku. Seharusnya aku tidak menyuruhmu datang kemari." Jean langsung memeluk tubuh Soo Yin begitu kedua tangannya sudah terbebas.     

Sekarang tidak ada waktu lagi sebaiknya mereka segera kabur karena Jean tahu jika pria tadi merencanakan sesuatu yang buruk kepada Soo Yin itu sebabnya mereka belum muncul lagi.     

Terdengar suara pintu yang terbuka, sehingga membuat Soo Yin dan Jean menoleh. Tiga orang pria datang sambil membawa sesuatu masing-masing di tangan mereka.     

"Kau ….," ujar Soo Yin sembari membelalakkan matanya ketika melihat salah satu pria di antara mereka bertiga yang berkepala botak. Meski hanya samar-samar terlihat namun Soo Yin yakin jika pria itu adalah orang sama dengan yang menculik Jo Yeon Ho beberapa bulan yang lalu. Tidak mungkin jika Soo Yin melupakan wajahnya.     

"Tak kusangka kita bertemu lagi. Kupikir kau sudah mati karena kau tertembak waktu itu," ujar pria berkepala botak sambil memicingkan matanya ke arah Soo Yin karena ia juga masih mengingat wajah gadis yang sudah berusaha menggagalkan rencananya waktu itu.     

Sudah lama pria botak itu mencari keberadaan Soo Yin untuk membalas dendam. Tidak disangka jika di saat sudah agak melupakannya bisa bertemu di waktu yang tidak disengaja.     

Mereka merupakan komplotan penjahat yang terbiasa membunuh sasarannya tanpa belas kasihan. Mereka terbiasa dibayar sangat mahal karena bisa menghilangkan jejak sehingga siapapun yang menyuruhnya tidak akan terbongkar.     

Pria botak itu langsung melangkahkan kakinya untuk menghampiri Soo Yin.      

Dengan tubuh gemetar, Soo Yin menggenggam tangan Jean yang sudah terasa dingin. Soo Yin teringat bagaimana saat itu hampir kehilangan nyawanya setelah tertembak. Beruntung waktu itu Dae Hyun segera datang, jika tidak Soo Yin bergidik ngeri membayangkannya.     

Soo Yin takut jika kali ini tidak akan lolos.     

Pria itu berjongkok tepat di depan Soo Yin sambil memicingkan matanya.     

"Saatnya aku membalas dendam gadis kecil," bisiknya tepat di depan wajah Soo Yin dengan sebelah bibirnya yang dinaikkan ke atas. Pria itu sangat benci siapapun yang sudah berani menggagalkan rencananya.     

"Mau apa sebenarnya kalian?" ujar Soo Yin sembari memberanikan diri memandang para pria itu secara bergantian.     

"Tidak usah banyak tanya!" bentak pria berambut cepak dengan ekspresi wajah dingin. Ia sepertinya sudah mulai kehabisan kesabaran karena ingin cepat menyelesaikan tugasnya agar bisa segera menikmati hasilnya.     

Dengan langkah cepat ia sudah berada di depan Soo Yin kemudian menarik tangannya agar menjauh dari Jean. Dengan sekuat tenaga Soo Yin tetap memegang tangan Jean agar tidak terlepas. Namun tarikan pria itu begitu kuat.     

"Soo Yin!" seru Jean hendak bangkit berdiri namun salah seorang di antara mereka sudah mendorong tubuhnya hingga tersungkur.     

"Kita bawa dia ke sebelah!" Perintah pria berambut gondrong.     

"Lepaskan aku!" Sekuat apapun usahanya, Soo Yin tetaplah seorang gadis kecil yang masih lemah. Kekuatannya tak akan mampu menandingi kekuatan mereka.     

Hanya beberapa langkah mereka sudah membawa Soo Yin ke sebuah ruangan yang begitu gelap hingga tubuh Soo di dorong dan tersungkur ke tanah di hadapan seseorang. Lagi-lagi perutnya kini terasa nyeri.     

Ada seorang yang tengah berdiri disana menunggunya sejak tadi. Ia menoleh ke belakang sebentar untuk melihat Soo Yin sebelum akhirnya kembali seperti semula.     

Soo Yin tidak bisa melihat siapa yang kini berada di depannya karena ia menghadap ke tembok serta memakai jubah hitam.      

"Siapa kau?" tanya Soo Yin.     

Orang itu tetap bergeming, ia kemudian mengangkat tangannya untuk memberi perintah. Sepertinya dia adalah bos di antara penjahat tadi.     

Kedua pria anak buahnya langsung kembali memegang tangan Soo Yin. Kemudian memaksa Soo Yin untuk berjalan, mereka mengikat kedua tangan Soo Yin pada tali yang menggantung.     

"Dasar pengecut! Jangan beraninya hanya kepada seorang gadis!" umpat Soo Yin dengan berani.     

Orang dalam jubah itu tampak menggerakkan tangannya ke atas tanpa ada sepatah katapun yang terucap.     

Seolah-olah mendapatkan perintah pria berkepala botak yang sudah tampak tidak sabar segera mendekati Soo Yin sambil membawa sesuatu di tangannya.     

"Arghh!" teriak Soo Yin ketika sesuata menghantam punggungnya dengan sangat keras. Rasanya teramat sakit sekali baginya.     

"Itu akibatnya karena kau dulu pernah menggagalkan rencanaku," ucap pria berkepala botak sembari menampar pipi Soo Yin dengan keras.     

Soo Yin merasakan jika kepalanya seperti terombang-ambing. Kini ada darah segar keluar dari sudut bibirnya.     

Plak ….     

"Ini karena kau sudah berani menampar bos kami."     

Rasanya Soo Yin sanggup lagi untuk berdiri. Tamparan seorang pria betubuh besar kekuatannya bisa seratus kali lipat dengan dari tangannya yang kecil.     

"Manajer Han?" Di sela-sela merasakan sakitnya, Soo Yin mencoba menerka orang yang ada di depan sana. Diingatnya jika beberapa hari yang lalu sudah menamparnya sehingga bisa jadi dia saat ini balas dendam.     

"Apa kita harus melakukannya sekarang juga?" tanya pria berambut cepak yang sejak tadi sangat berambisi agar tugasnya segera selesai. Ia kemudian mengeluarkan sebuah pistol dari pinggangnya.     

Seketika mata Soo Yin melebar melihat pria itu menodongkan senjata api ke arahnya. Keringat dingin mulai mengucur dari dahinya.     

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Soo Yin sembari berusaha melepaskan tangannya dari ikatan. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Dia belum ingin meninggalkan dunia ini. Masih banyak yang harus ia lakukan bersama Dae Hyun.     

"Tentu saja membunuhmu," sahut pria itu sembari mendengus.     

"Sebenarnya apa salahku sehingga kalian ingin membunuhku?" ucap Soo Yin dengan bibir bergetar. Dalam hati Soo Yin merutuki nasibnya yang hanya menjadi gadis lemah.     

"Jangan! Aku mohon jangan sakiti dia!" teriak Jean. Dengan langkah tertatih Jean berusaha untuk mengikuti mereka. Begitu melihat mereka akan membunuh Soo Yin, dengan sekuat tenaga Jean menyeret kakinya untuk masuk ke ruangan itu.     

"Baiklah sepertinya kalian ingin mati bersama." Pria berambut cepak itu segera menodongkan pistolnya pada kepala Jean.     

Jean bersimpuh dengan kondisi tubuhnya saat ini sudah tak mampu lagi melawan. Yang hanya bisa dilakukannya adalah mencari perhatian mereka agar Soo Yin bisa meloloskan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.