Istri Simpanan

Bab 219 - Ada apa dengan Jean?



Bab 219 - Ada apa dengan Jean?

0Soo Yin baru saja keluar dari supermarket sambil membawa dua kantong plastik di tangannya. Malam ini ia berbelanja makanan ringan untuk stok di rumah. Tak lupa ice cream coklat sudah dibelinya.     
0

Dengan wajah riang Soo Yin mengedarkan pandangannya mencari-cari tempat yang cocok untuk menikmati dua cup ice cream coklat yang sudah dibelinya. Hingga pandangannya tertuju pada sebuah kursi yang terletak tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Di sana sangat pas karena tempatnya jauh dari keramaian sehingga Soo Yin bisa dengan tenang menikmati ice creamnya.     

Derttt … derrtt … derrtt ….     

Baru saja selangkah, Soo Yin merasakan ponselnya bergetar yang berada di saku celananya. Terlebih dahulu ditaruhnya kantong plastik itu ke jalan. Wajahnya seketika langsung sumringah ketika melihat nama yang tertera di sana.     

"Jean?" gumam Soo Yin sembari langsung menekan tombol jawab. Ingin rasanya ia meloncat kegirangan jika tidak ingat saat ini di tempat keramaian.     

"Hai Jean, akhirnya kau menghubungiku," ujar Soo Yin menyapa terlebih dahulu. Ia terlalu bahagia akhirnya sahabatnya mau menghubunginya terlebih dahulu padahal beberapa hari kemarin sudah menghubunginya tapi tidak aktif.     

Soo Yin menghentikan ucapannya sambil menunggu Jean mengatakan sesuatu. Namun di telepon terdengar hening, hanya ada suara berisik yang tidak jelas.     

"Jean?" panggil Soo Yin karena Jean kunjung mengatakan apapun.     

Tut … Tut … Tut ….     

Soo Yin memandang layar ponselnya karena sambungan telepon tiba-tiba terputus. Semua itu cukup membingungkan bagi Soo Yin.     

"Ada apa sebenarnya dengan Jean?" gumam Soo Yin sambil mengantongi ponselnya kembali. Setelah di rumah Soo Yin baru berniat menghubungi Jean kembali.     

Soo Yin menenteng kantong plastiknya kembali. Berpikir mungkin Jean tadi salah pencet atau mungkin memang belum ingin berbicara dengannya. Ia melanjutkan langkahnya kembali menuju bangku yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.     

Rasanya memang aneh makan ice cream di malam hari ditambah lagi dengan cuaca yang sangat dingin. Namun Soo Yin memang tak mampu menahan keinginannya. Meski dinikmati di malam hari namun masih terasa enak di lidahnya. Benar-benar sesuai dengan imajinasinya.     

Soo Yin sudah menghabiskan satu cup ice cream ukuran sedang. Sudut bibirnya belepotan persis seperti anak kecil.     

"Sayang, bagaimana rasanya?" ucap Soo Yin sembari mengusap perutnya yang sudah mulai terlihat membesar. Kini kandungannya sudah berjalan tiga bulan.     

Derrttt … derrrtt … derrrtt ….     

Saat tengah menikmati untuk yang cup kedua, tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Dengan sangat cepat Soo Yin sudah merogohnya dari saku celana. Barang kali suaminya yang menghubunginya.     

"Jean?" Soo Yin mengernyitkan keningnya ketika lagi-lagi nama sahabatnya yang terpampang jelas di layar. Soo Yin membiarkannya beberapa saat, takut jika seperti tadi Jean tidak mengatakan apapun. Namun ponselnya terus berdering sehingga Soo Yin menjawabnya.     

Kali ini Soo Yin diam saja, menunggu Jean yang berbicara terlebih dahulu. Memastikan kalau ini memang benar-benar Jean.     

"Soo Yin, bisakah kau menemuiku?" Suara Jean terdengar parau seperti habis menangis.     

"Jean, kau kenapa?" tanya Soo Yin sambil menautkan kedua alisnya. Ini terasa sangat aneh kenapa tiba-tiba Jean meminta Soo Yin menemuinya.     

"Bisakah kita bertemu?"      

Dari seberang telepon Soo Yin bisa mendengar suara Jean yang tersedu-sedu.     

"Tentu saja, sekarang dimana kau berada?" jawab Soo Yin dengan cepat.     

"Aku … aku sekarang berada di pabrik tua yang tidak jauh dari kota. Bisakah kau kemari?" Suara Jean terdengar seperti kesakitan.     

"Jean, apa yang terjadi padamu?" tanya Soo Yin dengan sangat khawatir.     

"Aku tidak bisa menjelaskan saat ini. Datanglah kemari dengan segera," ucap Jean dengan suara terisak-isak yang ditahan.     

"Jean? Jean?" Ternyata sambungan telepon sudah terputus. Sekuat apapun Soo Yin berteriak, Jean tidak akan bisa mendengarnya lagi.     

Kebetulan sekali saat ini Soo Yin berada tidak jauh dari pabrik tua yang dikatakan oleh Jean. Dengan langkah cepat Soo Yin segera ke tempat tujuan. Ia meninggalkan kantong plastik itu di kursi.     

Lima belas menit berjalan akhirnya Soo Yin sudah sampai di depan gedung tua itu. Sebuah bekas pabrik tekstil yang sudah lama terbengkalai. Terdapat cerita seram dibaliknya sehingga membuat bulu kuduk Soo Yin berdiri.     

Ia berdiri cukup lama sambil mengumpulkan keberaniannya untuk masuki. Sudah menghubungi Jean, namun panggilannya tidak dijawab. Kakinya terasa sangat berat ketika hendak melangkah untuk masuk. Ditambah lagi Soo Yin yang merasa takut di tempat gelap.     

"Seram banget," gumam Soo Yin dengan tubuhnya yang sedikit gemetar. Sejak kecil Soo Yin memang sangat takut jika berada di tempat gelap.     

Soo Yin hendak berbalik untuk pergi saja namun ponselnya kembali berdering.     

"Jean dimana kau? Aku sudah berada di depan tempat yang kau katakan namun tempatnya sangat gelap. Aku tidak berani masuk," ujar Soo Yin sambil mengusap tengkuknya yang terasa merinding.     

"Aku … aku ada di dalam," sahut Jean dengan terbata.     

"Cepatlah kau datang kemari jika kau tidak ingin dia celaka!" Sebuah suara pria terdengar di seberangnya telepon kemudian langsung menutupnya.     

"Jean?" Soo Yin semakin cemas dengan kondisi sahabatnya saat ini. Sepertinya dia perlu bantuan orang lain. Soo Yin segera mengusap layar untuk mencari kontak nama yang dapat membantunya kali ini.     

Baru saja menggeser layar ponselnya, sebuah tangan langsung menyambar ponselnya hingga terjatuh. Soo Yin menoleh sambil menatap tajam ke arah orang yang sudah berani mengganggunya.     

"Kenapa kau menjatuhkan ponselku?" gerutu Soo Yin seraya membungkukkan tubuhnya untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai. Belum sempat mengambil tangannya langsung ditarik agar berdiri. Kemudian mencekal pergelangan tangannya ke belakang.     

"Lepaskan!" teriak Soo Yin sambil berusaha melepaskan tangannya. Berusaha juga dengan menginjak kaki pria itu namun injakan kakinya yang kecil tidak seberapa kekuatannya.     

Wajah pria itu tidak terlalu terlihat karena keadaan gelap. Dia juga diam saja tanpa sepatah katapun terucap di bibirnya. Pria itu segera mendorong tubuh Soo Yin untuk berjalan.     

"Tolong!" teriak Soo Yin sambil menoleh pria dingin di belakangnya yang diam saja. Ekspresi wajahnya datar seperti sebuah robot.     

"Apa kau tuli? Cepat lepaskan aku!" bentak Soo Yin dengan kesal.     

"Diam!" ucap pria itu dengan nada dingin yang begitu keras terdengar di telinga Soo Yin. Tangan kanannya digunakan untuk mencekal pergelangan tangan Soo Yin. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk membekap mulut Soo Yin yang terus berteriak.     

Pria itu terus mendorong tubuh Soo Yin, membawanya ke dalam sebuah gedung yang cukup gelap. Membuat Soo Yin semakin ketakutan, namun untuk berteriak meminta tolong ia tidak bisa karena pria itu terlalu kuat membekap mulutnya.     

Bug …     

Tubuh Soo Yin dihempaskan ke lantai oleh pria itu hingga perutnya membentur sebuah balok yang ada di dekatnya. Soo Yin merasakan nyeri di perutnya.     

Pria itu kemudian menutup pintu dengan sangat kuat lalu meninggalkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.