Istri Simpanan

Bab 218 - Antara ibu dan sahabat



Bab 218 - Antara ibu dan sahabat

0Kedua pria itu tidak mendengarkan Jean yang terus memohon. Mereka sudah seperti robot yang tidak memiliki belas kasihan. Imbalan uang yang cukup banyak sudah membutakan mereka.     
0

Jean didudukkan secara kasar ke sebuah kursi kayu hingga punggungnya membentur sandaran kursi yang cukup keras. Kedua tangannya diikat dengan sangat erat pada kedua sisinya. Bahkan kakinya juga diikat.     

"Tolong! Tolong!" Meski Jean tahu jika di pabrik tua itu tidak berpenghuni dan tidak ada orang lain yang bisa mendengarnya namun Jean berharap semoga saja ada keajaiban yang muncul.     

"Berisik!" umpat pria berambut cepak. Ia kemudian meraba-raba saku celananya untuk menemukan sesuatu namun tidak ada. Sehingga dengan sangat kuat ia merobek baju yang dikenakan Jean.     

"Arghh!" teriak Jean karena bagian dadanya yang kini sedikit terbuka.      

Robekan baju itu digunakan oleh pria berambut cepak untuk mengikat mulut Jean agar tidak berisik.     

Jean berteriak namun suaranya bahkan tidak akan terdengar sehingga ia menghentikan raungannya. Kini hanya air mata yang semakin keras mengalir di pipinya.     

'Tuhan, tolong aku,' ucap Jean dalam hati. Ia meratapi nasibnya yang seperti itu dan selalu saja tidak beruntung.     

Pria berambut gondrong itu kemudian merogoh ponsel dari saku celananya. Ia berniat menghubungi seseorang yang sudah menyuruhnya melakukan semua itu. Kini saatnya meminta pendapat apa yang harus dilakukannya.     

"Kami sudah mendapatkannya," ujarnya dengan ponsel yang berada di telinganya.     

"Baik, laksanakan."     

Hanya itu yang samar-samar terdengar oleh telinga Jean. Sepertinya pria itu menghubungi seseorang yang sudah menyuruhnya. Jean tidak mengerti kenapa ada orang yang ingin menyakitinya. Seingatnya tidak pernah melakukan apapun yang menyinggung perasaan orang lain. Selama ini ia mencoba untuk bersikap baik kepada siapapun.     

Sekarang tidak banyak yang Jean lakukan dengan kondisi terikat kuat seperti ini. Bahkan untuk berteriak saja tidak bisa. Satu yang dipikirkannya saat ini adalah takut jika ibunya akan mencemaskannya. Semoga kondisi ibunya tidak ngedrop.     

Kedua pria itu kembali berjalan menghampiri Jean dengan sorot tajam yang menatapnya. Keadaan tidak terlalu gelap karena mereka memasang senter yang cukup memberikan penerangan sebuah gedung yang berantakan karena tak berpenghuni.     

"Biarkan dia berbicara."     

Pria berambut gondrong segera melepaskan ikatan kain yang menutupi mulut Jean.      

Sehingga Jean langsung menggerakkan bibirnya. Rasanya sangat sakit karena mereka mengikatnya dengan kuat.     

"Tolong lepaskan aku dari sini!" teriak Jean parau. Tidak peduli dengan suaranya yang terdengar serak.     

"Apa kau mengenal pria ini?" tanya pria berambut cepak sembari menunjukkan foto seorang pria. Tak peduli raungan yang dilakukan Jean.     

Jean langsung membelalakkan matanya saat mengenali wajah tampani dari foto Kim Soo Hyun sehingga tanpa sadar Jean menganggukan kepalanya. Wajah yang sudah menggetarkan hatinya. Jean merasa heran kenapa mereka menunjukkan foto pria itu.     

"Jangan berani mendekatinya lagi!"     

"Sebenarnya siapa kalian? Lepaskan aku!" teriak Jean kembali.     

Sesuai dengan perintah seseorang yang sudah menyuruhnya untuk memberikan pelajaran kepada gadis itu. Pria berambut gondrong melepaskan sabuk pinggangnya.     

"Tuan, tolong lepaskan aku," ujar Jean dengan suara yang lebih lembut karena dengan suara keras kedua pria itu tidak mau mendengarkannya. Jean begitu takut jika mereka akan melakukan sesuatu pelecehan kepadanya karena pria berambut gondrong sudah berhasil melepaskan sabuk pinggangnya sambil berjalan lebih dekat.     

Seringai liciknya tampak sangat menyeramkan ditambah dengan tangan besarnya memiliki tato pada tubuhnya.     

"Arghhhh!" Jean menjerit dengan sangat keras ketika punggungnya terasa sangat menyakitkan.      

Pria berambut gondrong menghujam tubuh Jean menggunakan sabuk pinggangnya hingga beberapa kali. Membuat tubuh Jean benar-benar terasa seperti remuk dibuatnya. Semuanya terasa perih dan panas.      

Setelah melakukannya bersama kali pria itu menghentikannya karena sepertinya sudah cukup memberikan pelajaran kepada gadis itu.     

"Sekarang tunjukkan foto itu lagi kepadanya."     

Pria berambut cepak segera meletakkan layar ponselnya tepat di depan wajah Jean yang sudah hampir hilang kesadarannya. Tubuh Jean semakin bergetar hebat ketika melihat wajah cantik sahabatnya terpampang di layar ponsel pria itu.     

"Jika kau ingin agar kami melepaskanmu. Telepon gadis ini sekarang juga, suruh dia kemari!" bentak pria berambut cepak tepat di depan wajah Jean.     

Jean segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia merasa curiga jika mereka berniat melakukan sesuatu juga terhadap Soo Yin. Lebih baik dirinya di tempat itu sampai mati dari pada harus mengorbankan sahabatnya. Meski Jean masih ada perasaan kesal namun Jean tidak akan mau menghubunginya. Bagaimanapun Jean juga sangat merindukan Soo Yin.     

"Berikan ponselmu." Pria itu merogoh secara paksa ponsel yang berada di dalam tas Jean.     

"Jangan!" ucap Jean namun pria itu tidak mau mendengarkannya sama sekali. Ia justru sudah memeriksa nama kontak yang ia ketahui jika namanya adalah Soo Yin. Dengan cepat segera menghubunginya.     

"Bicaralah, katakan kepadanya untuk datang kemari!"     

Jean berdoa semoga saja nomor ponsel Soo Yin tidak aktif. Namun doanya tidak terkabul karena tidak selang beberapa lama ada suara yang terhubung.     

"Hai Jean, akhirnya kau menghubungiku." Sebuah suara yang begitu ceria langsung terdengar. Itu adalah suara Soo Yin yang terdengar sangat senang.     

Jean mengatupkan mulutnya dengan rapat meskipun kedua pria itu sudah memberikan kode agar Jean mau berbicara dengan menarik rambutnya kembali ke belakang. Jean tetap bungkam dengan terus berusaha tidak mengeluarkan suara apapun saat salah seorang di antara mereka mencengkram kedua bahunya dengan sangat keras.     

Pria berambut cepak itu kemudian mematikan sambungan telepon. Padahal suara Soo Yin masih terus berbicara.     

"Bicara atau kau ingin terjadi sesuatu pada ibumu!"     

Mendengar mereka mengancam melalui ibunya, Jean berusaha keras untuk tidak mempercayai perkataan mereka. Ibunya saat ini berada di rumah sakit sehingga tidak akan terjadi sesuatu.     

"Aku tidak akan melakukannya!" ucap Jean dengan penuh keberanian.     

"Baiklah jika kau tak mau melakukannya."     

Pria berambut cepak itu kembali meletakkan layar ponselnya di depan wajah Jean kembali. Matanya langsung melotot ketika melihat video itu.     

Di dalam video tampak ada seseorang yang memasuki suatu rumah sakit. Pria bertopeng itu masuk ke dalam ruangan yang disana terdapat ibu Jean yang tengah terbaring lemah sambil memejamkan matanya.     

"Jika kau tidak mau maka ibumu akan mati saat ini juga," ujar pria berambut cepak sembari mencengkram dagu Jean.     

"Tuan, tolong jangan sakiti ibuku. Aku akan melakukan apapun yang kalian inginkan namun tolong jangan sakiti ibuku," ujar Jean di sela isak tangisnya ketika melihat isi video itu yang menunjukkan pria bertopeng hendak melepaskan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidung ibunya.     

"Jangan!" teriak Jean dengan mata yang terbuka lebar. Dirinya tidak bisa kehilangan ibunya.     

"Kalau begitu bicaralah kepada gadis itu agar datang ke tempat ini. Suruh dia datang sendirian!"     

Jean akhirnya mengganggukan kepalanya kali ini. Sulit baginya memilih antara ibu dan sahabatnya.      

Pria itu mematikan sambungan video call yang terjadi dengan seseorang kemudian beralih pada ponsel Jean untuk menghubungi Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.