Istri Simpanan

Bab 214 - Masih memiliki hati nurani



Bab 214 - Masih memiliki hati nurani

0Dering alarm membangunkan Dae Hyun dari tidur lelapnya. Dengan mata terpejam tangannya meraba-raba ranjang karena ia pikir saat ini masih berada di villa Pyeongchang-dong bersama Soo Yin.     
0

"Sayang, jam berapa sekarang?" tanya Dae Hyun ketika meraih sebuah tangan kecil di atas tidak jauh dari sisinya.     

Dengan mata yang masih tertutup rapat, Dae Hyun berpikir jika tangan Soo Yin tidak sekecil itu sehingga buru-buru membuka matanya.     

Dua buah bola mata kecil yang bersinar tengah menatap matanya saat ini. Dae Hyun mengerjapkan matanya berulang kali melihat sepasang bola yang berwarna terang dan sangat menggemaskan.     

"Yeon Ho?" ujar Dae Hyun sembari mengucek matanya. Ia masih berusaha mencerna karena ia pikir masih di villa.     

"Kenapa Ayah tidur di sini sendirian?" tanya Jo Yeon Ho.     

Dae Hyun segera duduk kemudian bersandar pada sisi ranjang. Sudah mulai mengingat jika semalam ternyata pulang ke UN Village. Untunglah tadi tidak menyebutkan nama Soo Yin.     

"Ayah … ayah semalam ketiduran ketika mencarimu namun kau tidak ada," ujar Dae Hyun dengan gugup.     

"Aku semalam tidur bersama ibu. Kenapa Ayah tidak tidur bersama kami?" ujar Jo Yeon Ho dengan wajah kecewa.      

"Ayah ketiduran padahal ayah pikir akan pergi ke sana sebentar lagi." Dae Hyun mengusap rambut Jo Yeon Ho. Ada rasa bersalah jika melihat Jo Yeon Ho seperti itu. Sejak ada masalah dengan Aeri, dia mengabaikan putra semata wayangnya.     

"Padahal aku menunggu Ayah sejak sore," ujar Jo Yeon Ho sambil mencebikkan bibirnya.     

"Ayah sungguh minta maaf." Dae Hyun mendekap Jo Yeon Ho ke dalam pelukannya dengan sangat erat. Berusaha untuk tidak membuatnya marah dan kecewa. Karena keegoisannya tidak mau mengorbankan sedikit perasaannya untuk putranya. Padahal Soo Yin juga sering mengingatkan agar memberi perhatian lebih kepada Jo Yeon Ho.     

"Kapan kita pergi jalan-jalan? Bukankah ayah sudah berjanji akan mengajak aku dan ibu pergi ke Jepang lagi?" tanya Jo Yeon Ho sembari menengadahkan wajahnya.     

Dae Hyun menghela nafas pelan. Sekarang bahkan lupa dengan janjinya untuk mengajak liburan Jo Yeon Ho.     

"Ibumu tengah mengandung sehingga tidak boleh pergi kemana-mana terlebih dahulu," ujar Dae Hyun sembari memegang pundak putranya. Mencoba memberi pengertian karena mungkin ia bahkan tidak bisa mengabulkan permintaannya.     

Suatu saat nanti memang Dae Hyun akan mengajaknya ke Jepang namun bersama Soo Yin bukannya Aeri. Tidak mungkin pergi liburan di saat kondisi sedang tidak memungkinkan.     

"Apakah tidak boleh?" tanya Jo Yeon Ho dengan wajah polos.     

"Tentu saja tidak boleh. Ayo kita mandi terlebih dahulu karena sebentar lagi ayah harus pergi bekerja," ajak Dae Hyun kemudian menggendong tubuh kecil Jo Yeon Ho memasuki kamar mandi.     

Lama tidak memperhatikannya, kali ini Dae Hyun membantu Jo Yeon Ho untuk mandi. Membantu menggosok tubuhnya menggunakan sabun. Mereka bermain di bak cukup lama. Jo Yeon Ho juga sangat senang bisa mandi bersama dengan ayahnya.     

Setelah mengganti pakaian Jo Yeon Ho, akhirnya Dae Hyun mengajaknya untuk menemani ke kamar. Semoga saja Aeri tidak berada di kamar sehingga tidak perlu berdebat atau bertemu dengannya.     

Baru saja Dae Hyun membuka pintu, di depan ternyata sudah ada Ny. Park yang tampaknya akan masuk ke kamar Jo Yeon Ho.     

"Dae Hyun?" ujar Ny. Park sambil menyipitkan matanya.     

"Akhirnya kau ingat juga jalan pulang ke rumah ini," sindir Ny. Park sambil melirik putranya.     

Dae Hyun memilih diam dari pada bertengkar dengan ibunya. Jangan sampai ia mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas yang hanya akan menyakiti perasaan ibunya.     

"Ibu, aku mengganti bajuku dulu," pamit Dae Hyun segera menggandeng tangan Jo Yeon Ho masuk ke dalam kamar.     

"Anak itu …." Ny. Park memegang dadanya yang terasa sedikit sesak memikirkan rumah tangga putranya yang diambang kehancuran. Kepada siapakah ia harus berpihak saat ini? Karena kedua belah pihak sama-sama membela diri.     

Ketika masuk ke dalam kamarnya, kamar tampak sunyi. Dae Hyun pikir tidak ada Aeri di sana, namun sayup-sayup terdengar suara orang yang sedang muntah-muntah.     

Jo Yeon Ho segera berlari ke arah pintu kamar mandi kemudian menempelkan telinga kecilnya di sana.     

"Ayah, ibu kenapa di dalam?" tanya anak itu.     

"Mungkin ibumu hanya sakit perut," sahut Dae Hyun dengan ekspresi datar.      

Mendengar Aeri yang terus muntah-muntah tanpa henti membuat Dae Hyun merasa iba. Sebenci apapun dirinya pada Aeri, bagaimanapun mereka sudah lama tinggal bersama cukup lama sehingga Dae Hyun masih memiliki hati nurani.     

Dae Hyun yang awalnya ingin bersikap acuh tak acuh, dengan langkah berat menghampiri putranya.     

Tok … tok … tok ….     

Dae Hyun menghela nafas panjang panjang sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Semoga saja Aeri tidak salah paham dengan hal ini.      

"Aeri, apa kau tidak apa-apa?" tanya Dae Hyun dengan suara sedikit berteriak.     

Aeri yang tengah membasuh mulutnya dengan air seperti bermimpi mendengar suara Dae Hyun. Berulang kali mematut wajahnya di cermin sambil menampar pipinya sendiri. Takut semua itu tidaklah nyata.      

Senyuman miring tersungging di bibir Aeri. Sudah ia duga jika Dae Hyun pasti masih mencintainya. Jika tidak, mana mungkin dia memperdulikannya. Tanpa menjawabnya, Aeri kembali pura-pura mual kembali dengan suara yang lebih keras sambil terbatuk-batuk.     

"Aeri, kau kenapa?" teriak Dae Hyun sekali lagi dengan suara ketukan pintu yang lebih keras.     

Dae Hyun berpura-pura perhatian karena teringat pesan dokter Kang agar membawa Aeri memeriksakan kandungannya. Jika ia bersikap cuek nanti Aeri pasti curiga jika tiba-tiba saja begitu perhatian. Sebaiknya sekarang saja mencoba berpura-pura baik.     

Dae Hyun membutuhkan bukti untuk ditujukan kepada keluarganya. Agar ibunya tidak termakan omongan Aeri lagi yang sangat pintar bersilat lidah.     

Aeri membuka pintu kamar mandi dengan wajah kuyu dan terlihat pucat. Ia pura-pura sempoyongan hingga tubuhnya hampir terjatuh jika saja Dae Hyun tidak menopang berat badannya.     

Dengan memasang ekspresi wajah datar, Dae Hyun menuntun Aeri untuk duduk di ranjang. Berbeda dengan Dae Hyun, kali ini rasanya Aeri ingin tertawa bahagia karena tampaknya Dae Hyun akan mengurungkan niatuntuk menceraikannya.     

Sikapnya sangat berbeda dengan ketika malam dimana Dae Hyun mengetahui jika dirinya hamil. Aeri belum menyadari jika Dae Hyun merencanakan sesuatu.     

Dae Hyun terus menggerutu dalam hati, jika bukan karena ide dari Dokter Kang. Rasanya sangat enggan melakukan semua itu. Baginya tidak ada kepercayaan lagi terhadap orang yang sudah berkhianat karena Dae Hyun sudah lelah selalu dibodohi oleh Aeri.     

"Akhirnya kau pulang," ujar Aeri dengan suara parau yang dibuat selemah mungkin. Tangannya hendak menyentuh wajah Dae Hyun yang tepat berada di depannya namun Dae Hyun segera menjauhkan tubuhnya sedikit agar Aeri tidak bisa menyentuhnya.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun dengan singkat.     

"Ibu kenapa?" tanya Jo Yeon Ho yang sudah duduk di samping Aeri.     

"Ibu baik-baik saja. Mungkin ini karena adikmu sehingga ibu seperti ini," ujar Aeri sembari mengusap perutnya. Diliriknya Dae Hyun yang justru memalingkan wajahnya.     

Ny. Park membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Di tangannya ada nampan berisi sarapan untuk Aeri. Dia memang tipe wanita yang sangat perhatian kepada anak-anaknya. Tersungging senyuman di bibirnya ketika melihat Dae Hyun yang tengah menutupi kaki Aeri dengan selimut     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.