Istri Simpanan

Bab 212 - Malu kepada Chang Yuan



Bab 212 - Malu kepada Chang Yuan

0Soo Yin masih terbaring dengan tangan Dae Hyun sebagai bantalan. Ia masih memejamkan matanya untuk mengobati sedikit rasa lelahnya.     
0

Terdengar suara ponsel Dae Hyun yang terus berdering beberapa kali. Membuat Dae Hyun kesal karena tahu yang menghubungi nomornya pastilah Chang Yuan. Hanya Chang Yuan yang tahu nomor ponselnya yang baru karena yang biasa sedang dinonaktifkan.     

Dae Hyun menggunakan sebelah tangan kirinya untuk meraih ponselnya yang berada di atas nakas tepat di samping ranjang. Setelah memeriksanya, ternyata itu adalah panggilan video. Ini pertama kalinya Chang Yuan melakukan panggilan video.     

"Ada apa menghubungiku?" tanya Dae Hyun dengan wajah datar.     

"Tuan?" Walaupun sudah mengira jika bosnya tengah berdua dengan istri mudanya. Namun tidak disangka jika Chang Yuan harus melihat wajah mereka berdua yang tampak kelelahan. Chang Yuan juga bisa melihat tubuh Dae Hyun yang bertelanjang dada.     

Soo Yin membuka matanya ketika mendengar suara yang cukup mengganggu tidurnya. Ia langsung mencium pipi Dae Hyun karena ia pikir itu hanya panggilan biasa bukan video     

Mata Soo Yin langsung membulat sempurna ketika melihat ada wajah Chang Yuan di ponsel suaminya. Ia kemudian tersenyum meringis malu-malu sehingga menutupi kepalanya dengan selimut.     

Ekspresi wajah Chang Yuan berubah jadi datar. Menyesal sudah melakukan panggilan video. Seharusnya tadi melakukan panggilan biasa saja sehingga tidak akan melihat pemandangan yang membuatnya sakit perut. Istri mudanya juga tidak bisa menjaga sikapnya di depan seorang jomblo sepertinya.     

"Asisten Chang, ada apa menghubungiku?" tanya Dae Hyun dengan wajah sedikit kesal karena Chabg Yuan menghubunginya di saat yang tidak tepat.     

"Ta … tadi adik anda menghubungi saya. Mengatakan anda disuruh pulang oleh Nyonya Park. Ada kekacauan sedikit di rumah," ujar Chang Yuan dengan sedikit terbata. Melihat bosnya yang tampak mesra dengan istri mudanya membuatnya sangat tidak nyaman.     

"Jadi, kau hanya mengangguku gara-gara hal itu? Aku sudah bisa menebak kekacauan apa yang terjadi. Pasti Aeri ingin mengakhiri hidupnya kan? Jika iya, aku sudah mengetahuinya terlebih dahulu," ujar Dae Hyun. Terserah saja jika Aeri akan bunuh diri. Buktinya itu pasti hanyalah sebuah ancaman. Sudah sejak dulu Aeri mengatakannya namun hal itu tidak pernah terjadi.     

"Maafkan saya, Tuan. Kalau begitu silahkan dilanjutkan. Saya tidak akan mengganggu Tuan dan Nona," ucap Chang Yuan.     

"Hmmm, baiklah."     

Dae Hyun segera mematikan panggilan video itu. Kemudian melemparkan ponselnya ke atas nakas kembali. Hingga enimbulkan suara benturan yang cukup keras terdengar.     

Soo Yin menurunkan selimut dari kepalanya sedikit untuk mengintip jika Dae Hyun sudah menyelesaikan panggilannya.     

"Apa sudah selesai?" tanya Soo Yin.     

"Sudah, tidak usah menyembunyikan kepalamu lagi. Tidak perlu takut karena tadi hanya Asisten Chang yang menelepon," ujar Dae Hyun sembari mengusap pundak Soo Yin.     

"Aku tau namun aku malu karena tadi mencium pipimu di depan Asisten Chang. Dia pasti tidak nyaman melihatnya," ujar Soo Yin yang sudah mengeluarkan semua kepalanya dari selimut.     

"Untuk apa kau malu segala, tidak perlu malu karena kau melakukannya untuk suamimu," ujar Dae Hyun sambil mengulum senyum.     

"Aku tidak sanggup jika besok bertemu dengan Asisten Chang," ujar Soo Yin dengan rona wajah yang memerah.     

"Sini aku obati biar kau tidak malu lagi." Dae Hyun kini mengubah posisinya dengan tidur miring sehingga bisa melihat wajah Soo Yin.     

"Bagaimana?" tanya Soo Yin dengan wajah polos.     

Dae Hyun menangkup kedua pipi Soo Yin kemudian memandangnya lekat membuat Soo Yin tidak mengedipkan matanya. Ia saat ini terpaku oleh ketampanan pria dewasa yang ada di depannya.     

Dae Hyun kemudian mencium pipi Soo Yin secara bergantian lalu beralih ke mata serta hidung. Soo Yin menghentikan Dae Hyun ketika hendak menelusuri lehernya. Sudah dipastikan Dae Hyun pasti akan melakukannya lagi.     

"Cukup! Perutku sudah sangat lapar. Apa kau ingin anak kita kelaparan di dalam sana?" gerutu Soo Yin sembari berusaha untuk duduk sambil bertumpu dengan kedua tangannya.     

Akhirnya Dae Hyun hanya menghela nafas pasrah jika sudah mengatakan jika kelaparan.     

"Baiklah, sekarang ayo kita mandi terlebih dahulu bari setelah itu makan siang," ajak Dae Hyun yang juga sudah terduduk.     

"Aku mandi sendiri saja karena kau pasti akan mengangguku," ujar Soo Yin yang sudah menggeser tubuhnya ke sisi ranjang. Kakinya sudah di lantai dengan tubuhnya masih tertutup selimut.     

"Tidak, aku janji tidak akan melakukannya lagi," ujar Dae Hyun sembari mengangkat kedua jarinya sembari tersenyum penuh arti.     

"Awas jika kau berbohong," ancam Soo Yin sembari menyipitkan matanya.     

"Tidak akan."     

Dae Hyun kini sudah berdiri hanya memakai celana pendek kemudian segera membopong tubuh Soo Yin untuk masuk ke dalam kamar mandi.     

Kamar mandi kini terdengar sesekali suara tawa yang cukup renyah dari bibir Soo Yin dan Dae Hyun yang bercanda, disertai dengan gemericik guyuran shower yang mengalir. Mereka saling menggosok tubuh satu sama lain hingga akhirnya selesai.     

Setelah selesai mandi Dae Hyun segera mengajak Soo Yin ke ruang makan. Sesuai janjinya waktu itu, Dae Hyun menyiapkan makan untuk Soo Yin selagi berada di villa Pyeongchang-dong. Ia memang tak ingin melewatkan kebersamaan mereka yang waktunya memang tidak banyak.     

Soo Yin selalu suka apapun yang dimasak oleh suaminya. Baginya tidak ada makanan yang lebih enak dari pada buatan suaminya.     

"Sayang, beberapa hari ke depan mungkin aku tidak bisa menemanimu," ujar Dae Hyun. Baru saja menyelesaikan makannya.     

"Kenapa?" Soo Yin menautkan kedua alisnya. Ekspresi wajahnya berubah sendu.     

"Aku akan keluar kota namun tidak lama. Hanya sekitar dua hari saja," ujar Dae Hyun yang dapat menangkap kesedihan di hati Soo Yin.     

"Apa aku boleh ikut?" Pinta Soo Yin dengan penuh harap.     

"Maaf, aku tidak bisa mengajakmu. Karena jika kau bersamaku maka kemungkinan aku tidak akan bisa bekerja," ucap Dae Hyun.     

Soo Yin mengerucutkan bibirnya. Sebenarnya ia sangat ingin ikut. Jika tidak ada Dae Hyun maka hidupnya pasti tidak menyenangkan walaupun hanya beberapa hari saja.      

"Aku janji hanya menginap satu malam di sana. Aku takut akan menyakiti anak kita. Apa kau mau dia kenapa-kenapa?" tanya Dae Hyun sembari berpangku dengan kedua tangannya di atas meja.     

"Baiklah," ucap Soo Yin sembari berdecak.     

"Memangnya kau akan pergi kemana?"     

"Ke pulau Nami lagi karena belum selesai proyek yang ada di sana. Aku juga melakukannya demi kau dan buah hati kita," ujar  Dae Hyun.     

"Jangan lupa bawakan aku oleh-oleh," ujar Soo Yin.     

"Tentu saja, aku akan membelikan apapun yang kau inginkan," ujar Dae Hyun sembari mengacak-acak rambut Soo Yin.     

Meski sedikit kecewa karena tidak boleh ikut namun Soo Yin bisa menerima alasannya. Memang benar jika dia ikut pasti akan mengganggu pekerjaan suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.