Istri Simpanan

Bab 209 - Tutup matamu terlebih dahulu



Bab 209 - Tutup matamu terlebih dahulu

0Hamparan padang rumput yang luas terbentang sepanjang mata memandang. Warna hijau rumput dan dedaunan membuat mata terasa sangat sejuk. Soo Yin sangat kagum dengan pemandangan yang ada di depannya. Ia terus berlari kecil sambil bersenandung riang.     
0

Hari ini Kim Soo Hyun mengajak Soo Yin untuk pergi jalan-jalan selagi mereka sedang libur. Melihatnya memasang wajah ceria seperti itu Kim Soo Hyun sudah tidak sabar lagi menunggu waktu sebulan. Namun haruskah menanyakannya sekarang juga. Sudah cukup beberapa hari ini tidak bisa konsentrasi karena terlalu memikirkannya.     

"Kim Soo Hyun, kemarilah," ajak Soo Yin sembari melambaikan tangannya agar Kim Soo Hyun menghampirinya.     

Ini pertama kalinya Kim Soo Hyun mendengar Soo Yin memanggilnya dengan sebutan nama. Biasanya pujaan hatinya menyebutnya dengan kata 'tuan'. Itu sangat membuatnya tidak nyaman. Seperti ada penghalang di antara mereka karena terlalu sopan.     

Dengan senang hati Kim Soo Hyun melangkahkan kakinya menghampiri Soo Yin.     

Mereka saat ini berada di suatu tempat yang jauh dari kesibukan kota. Desa yang masih asri tampak tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Itu adalah desa impian Kim Soo Hyun akan mengajak orang tercintanya untuk datang ke tempat itu. Tidak ada internet di tempat ini, bahkan listrik juga belum ada. Benar-benar masih alami dan jauh dari hiruk pikuk kota.     

Dengan sengaja Kim Soo Hyun mengajak ke tempat itu agar tidak ada yang bisa mengganggu mereka. Terutama saudaranya sendiri yang tampak sangat tidak menyukai kedekatannya dengan Soo Yin. Jika Soo Yin sudah menerima lamarannya, ia tidak perlu khawatir dengan Dae Hyun.     

"Soo Yin, jangan terlalu jauh!" seru Kim Soo Hyun.     

"Cepatlah sedikit jika berjalan!" teriak Soo Yin yang suaranya terbawa angin sehingga tidak terlalu terdengar.     

Senyuman Soo Yin sungguh membuatnya mabuk kepayang. Setiap malam selalu memimpikannya membuat Kim Soo Hyun tidak ingin terbangun dari tidurnya.     

Kim Soo Hyun langsung berlari mengejar Soo Yin, setelah berada di dekatnya segera merangkul pinggangnya.     

Soo Yin mencoba menghindar namun sudah terlambat, kini tubuh kecilnya berada di pelukan Kim Soo Hyun yang melingkarkan lengannya dari belakang.     

"Soo Yin, bisakah aku meminta sesuatu?" ujar Kim Soo Hyun dengan perasaan gugup.     

"Apa?" tanya Soo Yin sembari memiringkan wajahnya ke belakang.     

"Bisakah kau menjawab pertanyaanku sekarang juga?" tanya Kim Soo Hyun.     

"Bukankah kau memberikan waktu sebulan untukku berpikir?" tanya Soo Yin dengan menautkan kedua alisnya.     

"Itu sangat lama, aku sudah tidak sabar mendengarnya," bisik Kim Soo Hyun di telinga Soo Yin dengan sensual.     

Soo Yin berbalik hingga posisi mereka saat ini sama-sama saling berhadapan satu sama lain. Kim Soo Hyun sangat gugup karena Soo Yin terus menatapnya. Padahal biasanya yang merasa sangat gugup adalah seorang wanita. Sepertinya dunia salah memutar arahnya.     

"Pertanyaan yang mana?" tanya Soo Yin dengan wajah polosnya yang masih natural dan penuh kesederhanaan. Ingin jika pria di depannya mengatakan sekali lagi.     

"Tentang lamaranku waktu itu," sahut Kim Soo Hyun dengan dahi berkerut.     

Soo Yin segera merogoh sesuatu dari saku celananya kemudian menggantungnya di depan matanya. Itu adalah sebuah kalung yang Kim Soo Hyun berikan waktu itu.     

"Kau membawanya?" Wajah Kim Soo Hyun langsung berbinar melihat kalung itu dibawa Soo Yin. Tak disangka jika pujaan hatinya membawanya juga ke tempat ini.     

Dengan jantung berdebar, Kim Soo Hyun segera menggenggam jemari Soo Yin. Sebelum berbicara ia menghirup nafas dari hidung kemudian mengeluarkannya dari mulut. Ini cukup mengurangi rasa gugupnya.     

"Soo Yin, maukah kau menjadi istriku?" ujar Kim Soo Hyun memberanikan diri. Kesabarannya sudah habis meski baru menunggu beberapa hari. Ia ingin segera mengumumkan kepada dunia bahwa mereka dalam pasangan yang sangat serasi.     

Soo Yin mengerjapkan matanya beberapa kali dengan seulas senyuman yang begitu manis tersungging di bibir tipisnya. Ia tersenyum sambil terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menganggukan kepalanya.     

"Coba lakukan sekali lagi," perintah Kim Soo Hyun sambil mengucek matanya dengan sebelah tangan. Takut jika salah lihat, dikiranya Soo Yin menggangguk tapi ternyata menggeleng.     

Soo Yin menuruti permintaan Kim Soo Hyun sehingga ia menganggukan kepalanya sekali lagi.     

"Apa itu artinya kau menerimaku?" tanya Kim Soo Hyun dengan raut wajah sumringah.     

"Hmmm," sahut Soo Yin dengan malu-malu.     

Mendengar jawaban dari gadis pujaannya, Kim Soo Hyun langsung mengangkat tubuh Soo Yin beberapa saat kemudian menurunkannya kembali. Dipeluknya tubuh Soo Yin dengan sangat erat.     

"Sekarang pakaikan kalung ini di leherku," pinta Soo Yin.     

Kim Soo Hyun memasangkan kalung itu di leher Soo Yin dari belakang.     

"Ini sangat cantik," puji Soo Yin sembari melihat liontin berbentuk love dari dekat.     

"Itu karena kau yang memakai. Jika gadis lain, maka tidak akan secantik itu," puji Kim Soo Hyun.     

"Terima kasih, sudah bersedia menjadi calon istriku. Aku berjanji akan mencoba untuk membahagiakanmu," lanjut Kim Soo. Kini hatinya Benar lega setelah mendengar jawaban dari Soo Yin.     

Hanya anggukan yang Soo Yin lakukan karena tidak bisa mengucap kata-kata indah untuk membalasnya.     

"Soo Yin, karena kita adalah pasangan kekasih. Bolehkah aku meminta darimu satu hal lagi?" ujar Kim Soo Hyun dengan penuh harap agar Soo Yin mau melakukannya.     

"Katakanlah, selagi itu tidak berat aku pasti akan melakukannya," ucap Soo Yin.     

Kim Soo Hyun tidak menjawabnya. Ia hanya memberikan kode dengan menempelkan telunjuknya di bibir. Malu rasanya jika mengatakannya secara terus terang meminta ciuman untuk pertama kali.     

"Tutup terlebih dahulu matamu," ujar Soo Yin dengan malu-malu.     

Kim Soo Hyun menuruti permintaan Soo Yin untuk menutup kedua matanya sehingga langsung terpejam dengan bibir yang dimajukan sedikit bersiap menerima ciuman Soo Yin. Rasanya jantungnya berdebar tidak karuan. Antara bahagia dan gugup saat ini ia rasakan. Ini pertama kalinya seorang Kim Soo Hyun meminta ciuman dari seorang gadis.     

"KIM SOO HYUN! Bangun sekarang juga!" teriak Ny. Park sambil mengguncang tubuh putranya. Entah apa yang telah dimimpikan olehnya sehingga tertidur dengan senyum-senyum sendiri.     

"Ibu?" Kim Soo Hyun membelalakkan matanya. Kenapa ada ibunya bukankah tadi sedang bersama Soo Yin di padang rumput.     

"Mana Soo Yin?" tanya Kim Soo Hyun dengan ekspresi wajah yang tampak bingung karena semua terjadi begitu cepat.     

"Soo Yin, tentu saja gadis pujaanmu itu ada di rumahnya," sahut Ny. Park dengan dahi berkerut.     

"Tapi  … tapi aku tadi sedang bersama Soo Yin, But," ujar Kim Soo Hyun.     

"Sudahlah sekarang juga kau bangun untuk mencari keberadaan kakakmu karena nomor ponselnya tidak aktif," ujar Ny. Park.     

"Memangnya ada apa?" tanya Kim Soo Hyun dengan lemas. Ternyata semua itu hanyalah mimpi.     

"Aeri mengancam akan bunuh diri. Cepat sekarang juga kau pergi mencari kakakmu. Ibu harus kembali ke kamar Aeri." Tanpa menunggu jawaban Kim Soo Hyun wanita paruh baya itu sudah menghilang di balik pintu.     

Kim Soo Hyun terduduk kemudian mengusap gusar wajahnya. Tadi terlihat sangat nyata, tidak disangka jika itu hanyalah sebuah mimpi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.