Istri Simpanan

Bab 208 - Pertama kali ditampar



Bab 208 - Pertama kali ditampar

0Soo Yin menguap sambil merentangkan kedua tangannya ke depan. Malam ini tidurnya nyenyak, sepertinya karena tidak ada Dae Hyun yang mengganggunya. Dengan mata yang terpejam, Soo Yin meregangkan otot-otot kakinya maju ke depan seperti gerakan menendang.     
0

Bug ….     

Terdengar suara seperti benda yang terjatuh. Soo Yin segera membuka matanya untuk mengetahui yang terjadi. Suara itu terdengar sangat dekat dari ranjangnya.     

"Aduh!" erang Dae Hyun yang sudah tergeletak di lantai di bawah ranjang. Ini kedua kalinya tidur bersama Soo Yin bisa terjatuh olehnya.     

"Siapa itu?" Soo Yin bergegas bangun untuk melihat siapa yang terjatuh. Sebagai alat pertahanan diri, ia menggunakan bantal barang kali itu adalah orang jahat yang masuk ke dalam kamarnya.     

Ketika melongokkan kepalanya, hanya kaki Dae Hyun saja yang terlihat sehingga Soo Yin langsung melesatkan pukulan bertubi-tubi ke tubuh Dae Hyun dengan keras dari atas ranjang. Dia akan membuat perhitungan kepada orang yang sudah berani masuk ke dalam kamarnya. Bahkan tidur di sampingnya.     

"Sayang, hentikan," ujar Dae Hyun karena Soo Yin terus memukul wajahnya. Kepalanya yang membentur lantai terasa nyeri.     

Soo Yin menghentikan aksinya setelah mendengar suara seorang pria yang sangat dikenalnya.     

"Sayang, ternyata itu dirimu?" Soo Yin mengerutkan keningnya melihat ternyata suaminya sendiri yang ia pukul. Dipikirnya tadi ada orang asing yang berada di kamarnya.     

"Teganya kau memukul wajahku," gerutu Dae Hyun sambil mencoba untuk duduk.     

"Kupikir kau tadi pria asing. Kenapa kau ada di sini? Bukankah kau mengatakan jika tadi akan kembali ke UN Village? Kenapa sekarang tiba-tiba ada di sini?" tanya Soo Yin bertubi-tubi.     

"Aku sudah kesana sebentar dan setelah itu aku kembali ke sini karena terlalu merindukanmu," sajut Dae Hyun. Kini ia duduk di sisi ranjang bersama Soo Yin.     

"Kenapa tidak menginap di sana? Biasanya Jo Yeon Ho sangat menginginkan kau tidur bersamanya," ujar Soo Yin dengan dahi berkerut. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres terjadi.     

Mana mungkin Jo Yeon Ho memintanya karena mereka bahkan tidak bertemu. Tersulut emosi membuatnya melupakan putranya.     

"Aku hanya ingin bersamamu di sini," ujar Dae Hyun seraya menyandarkan kepalanya di bahu Soo Yin. Bersandar di bahu orang yang disayanginya terasa sangat nyaman. Beban berat di pundaknya terasa lebih ringan saat ini.     

Soo Yin melingkarkan tangannya mengitari punggung Dae Hyun. Saat-saat seperti ini, Soo Yin merasa jika Dae Hyun bukanlah pria dewasa yang kuat. Ada sisi lemah yang terlihat.     

"Bolehkah aku sehari saja menjadi seperti anak kecil lagi?" tanya Dae Hyun. Tamparan yang ibunya lakukan cukup menyakitkan. Meski begitu Dae Hyun sama sekali tidak membenci ibunya. Justru kebenciannya kepada Aeri semakin bertambah. Saat ini merindukan ibu yang dulu selalu memanjakannya ketika waktu kecil.     

"Mana mungkin bisa, kau sudah terlalu tua jika ingin menjadi seperti anak kecil lagi. Apa kau tidak malu pada calon anak kita?" Soo Yin terkekeh geli mendengarkan permintaan suaminya yang sangat tidak masuk akal.     

"Untuk apa aku malu di depan snskku. Kau tahu, semalam pertama kalinya ibuku tega menamparku," ujar Dae Hyun dengan suara sendu. Diraihnya tangan Soo Yin kemudian menempelkan telapak tangan Soo Yin di pipinya.     

"Kenapa?" Soo Yin memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Dae Hyun.     

"Ibu marah karena aku tidak menerima jika janin yang dikandung oleh Aeri bukan anakku." Dae Hyun menengadahkan wajahnya untuk menatap mata Soo Yin. Jika tidak ada kebohongan di matanya.     

"Aeri hamil?" Soo Yin membelalakkan mata tidak percaya. Hingga bola matanya hampir terjatuh. Bagaimana mungkin wanita itu hamil padahal suaminya mengatakan jika tidak melakukan hubungan apapun kecuali malam itu.      

Rongga dadanya kembali berlubang mendengar hal itu. Hatinya terasa begitu sakit setelah percaya begitu besar namun sepertinya kepercayaannya tidak ada artinya di mata Dae Hyun. Mungkin benar jika dirinya hanyalah seorang gadis yang tidak layak berada di hati Soo Yin. Seketika wajah Soo Yin berubah jadi muram.     

Dae Hyun menyadari jika istri kecilnya berubah sehingga ia langsung mengangkat kepalanya dari bahu Soo Yin. Digenggamnya jemari Soo Yin dengan erat.     

"Percayalah, meski Aeri hamil namun janin itu bukanlah anakku. Aku sangat yakin itu. Menurut dokter Kang tidak mungkin setelah kejadian beberapa hari yang lalu langsung hamil. Tanda-tandanya datang terlalu cepat." Dae Hyun segera menjelaskan kepada Soo Yin sedikit tentang semua yang terjadi semalam sebelum kehilangan kepercayaan dari Soo Yin      

Soo Yin memejamkan matanya berusaha untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh suaminya. Namun entah mengapa hatinya masih belum pulih dari rasa nyeri.     

"Dari mana kau mengetahui jika itu bukanlah anakmu?" Soo Yin butuh penjelasan karena dirinya sama sekali tidak mengerti mengenai hal itu.     

"Aku akan melakukan tes DNA, setelah kehamilan Aeri menginjak minggu ke 14," sahut Dae Hyun.     

"Bukankah tes DNA hanya bisa dilakukan setelah bayi lahir?" tanya Soo Yin.     

"Aku sudah menanyakan kepada dokter Kang jika semua itu bisa dilakukan. Menurut perkiraan dokter Kang saat ini usia kandungan Aeri sudah menginjak 6-7 minggu. Satu setengah bulan lagi aku akan mengajaknya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan," ujar Dae Hyun.     

"Apa kau tidak berniat mengetes anak yang ada di dalam kandunganku?" tanya Soo Yin dengan wajah sedih. Entah kenapa kini ia merasa cukup tersinggung dengan perkataan Dae Hyun. Takut jika Dae Hyun tidak mempercayai janin yang ada di dalam kandungannya.     

"Itu karena sudah pasti dia adalah anakku," ucap Dae Hyun seraya tersenyum.     

"Bagaimana jika bukan?"     

"Itu tidak mungkin. Tak mungkin kau mencintai pria lain selain pria tampan seperti diriku," ucap Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya.     

"Kau terlalu percaya diri sekali," cibir Soo Yin sambil memutar bola matanya.     

"Tentu saja, jika tidak mana mungkin aku bisa mendapatkanmu." Dae Hyun kembali mengandarkan kepalanya di bahu Soo Yin.     

"Tentu saja ibu menamparmu. Ia pasti mengira jika kau pria yang tidak bertanggung jawab," tebak Soo Yin.     

"Hmmm, betul. Percayalah jika Aeri waktu itu tidak menjebakku, tak ada niat untuk mengkhianatimu," ujar Dae Hyun dengan sendu.     

"Jika itu bukan anakmu lalu anak siapa?" tanya Soo Yin penasaran.     

"Entahlah, mungkin anak Han atau Lee Young Joun," ujar Dae Hyun dengan cuek. Ia sama sekali tidak peduli ayah dari janin itu.     

Setelah mengatakan secara jujur kepada Soo Yin. Ia tidak perlu khawatir jika besok-besok mendengarnya dari orang lain. Untunglah mengikuti saran dari dokter Kang sehingga tidak terlalu sulit untuk menjelaskan.     

Hari ini mereka tidak bekerja sehingga bisa bersantai seharian di rumah. Akan digunakan Dae Hyun untuk melakukan hal-hal indah bersama Soo Yin. Tak lupa, Dae Hyun bahkan sudah mematikan ponselnya agar tidak diganggu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.