Istri Simpanan

Bab 206 - Bukan anakku



Bab 206 - Bukan anakku

0Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan, malam ini Dae Hyun akan  kembali ke UN Village karena ibunya terus menelepon. Memaksanya untuk pulang sejak sore tadi. Tidak jelas kenapa ibunya menyuruhnya pulang.     
0

Ibunya mengatakan jika ada kabar yang menggembirakan. Entah kabar apa yang di maksud. Mungkin saja Aeri mau menandatangani surat perceraiannya.     

Sebelum kembali ke UN Village, Dae Hyun mengantarkan Soo Yin pulang terlebih dahulu ke villa Pyeongchang-dong. Meski istri kecilnya menolak untuk diantarkan namun Dae Hyun tidak tega jika membiarkannya pulang naik taksi. Ia trauma dengan kemarin malam, jangan sampai kejadian kemarin malam terulang kembali.     

"Sayang maaf, aku tidak bisa menemani tidurmu malam ini." Dae Hyun menggenggam jemari Soo Yin sebelum turun dari mobil.     

"Tidak apa-apa, aku mengerti. Kau juga punya keluarga yang harus kau urus," ucap Soo Yin dengan begitu bijak.     

Melihat senyuman hangat yang terlukis di bibir Soo Yin, Dae Hyun merasa sangat tersentuh. Terkadang istri kecilnya bisa bersikap dewasa juga, namun terkadang ia juga bisa bersikap sangat kekanak-kanakan.     

"Biarkan aku mengantarkanmu sampai ke dalam rumah." Dae Hyun hendak membantu Soo Yin melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya, namun Soo Yin sudah terlebih dahulu menghentikannya tangannya.     

"Aku bisa turun sendiri. Jika kau mengantarkanku, aku khawatir kau tidak jadi pulang," goda Soo Yin sembari terkekeh geli.     

"Benar juga, bahkan sekarang aku tidak berniat untuk pulang," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin dengan sensual.     

"Pulanglah, sampai bertemu kembali besok pagi." Soo Yin segera melepas sabuk pengamannya, sebelum suaminya benar-benar berubah pikiran. Tidak enak karena Soo Yin mengetahui jika Ny. Park sudah berulang kali menghubungi.     

Dae Hyun segera membantu Soo Yin untuk melepaskan sabuk pengaman. Sebelum Soo Yin turun, ia mendekapnya terlebih dahulu ke dalam pelukannya. Rasanya tak ingin berpisah jika seperti ini.     

"Biarkan aku berpamitan kepada calon anak kita." Dae Hyun melepaskan dekapannya kemudian membungkukkan tubuhnya agar bisa menempelkan telinganya di perut Soo Yin. Menunggu sebulan lagi untuk bisa mendengarkan detak jantung calon bayi, membuatnya semakin tidak sabar. Pasti itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Bisa merasakan setiap gerakannya di dalam, pastilah sangat menyenangkan.     

"Baiklah," ucap Soo Yin sembari mengusap rambut Dae Hyun. Bahagia sekali rasanya memiliki seorang suami yang sangat sayang dan perhatian kepadanya.     

"Temani ibumu untuk tidur malam ini. Kau tidak boleh nakal di dalam sana," bisik Dae Hyun kemudian mengecup perut Soo Yin beberapa kali.     

"Sayang, aku sudah mengantuk," rengek Soo Yin. Jika Dae Hyun seperti itu terus kapan ia bisa kembali ke dalam rumah.     

"Baiklah." Dae Hyun duduk kembali seperti semula.     

Soo Yin segera turun dari mobil kemudian melambaikan tangannya menunggu Dae Hyun pergi terlebih dahulu baru ia akan masuk ke dalam rumah.     

=====≠==========================     

UN Village,     

Ketika Dae Hyun sampai di UN Village, ibunya langsung menyambutnya dengan hangat dan ramah. Seolah-olah sudah lama tidak berjumpa. Dae Hyun sudah sangat penasaran melihat ibunya yang tampak begitu sumringah. Semoga saja yang dipikirkannya dengan yang dipikirkan ibunya adalah hal sama.     

"Ada kabar gembira apa, Bu?" tanya Dae Hyun. Karena ibunya malah mengajaknya duduk di sofa. Tidak ada Aeri di sana, sehingga Dae Hyun mengira jika wanita itu sudah pergi dari rumah. Sungguh betapa bahagianya saat ini. Akhirnya wanita itu menyerah juga.     

"Tebaklah," ujar Ny. Park.     

Dae Hyun mengernyitkan dahinya sambil berpikir apa yang membuat ibunya tampak sebahagia itu.     

"Aeri sudah bersedia bercerai dariku," tebak Dae Hyun dengan wajah datar. Hanya itu yang muncul dalam pikirannya.     

"Apa maksudmu? Kenapa justru kau menebak hal itu?" Wajah Ny. Park seketika langsung berubah marah.     

"Ibu, karena itulah kabar bahagia untukku." Dae Hyun menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Tanpa memperdulikan kemarahan Ibunya.     

"Tidak usah berharap jika kau ingin menceraikan Aeri. Kau juga harus bertanggung jawab dengan apa yang kau lakukan. Sudah berbuat enak kau justru ingin kabur," ucap Ny. Park dengan suara meninggi.     

Dae Hyun mengerutkan keningnya, belum mengerti apa yang dimaksud oleh ibunya dengan pertanggungjawaban. Ia merasa tidak melakukan apapun pada Aeri.     

"Istrimu itu sedang mengandung. Apa kau begitu tega akan tetap menceraikannya?" tanya Ny. Park sambil menatap tajam putranya.     

"Apa?" Seketika Dae Hyun langsung berdiri mendengar perkataan yang baru saja dilontarkan oleh ibunya. Rasa kantuk dan lelah menghilang begitu saja . Tidak mungkin jika Aeri sudah hamil padahal baru beberapa hari yang lalu ia dijebak. Sedangkan Soo Yin saja ketahuan hamil saat hampir dua bulan mengandung.     

"Kau harus bertanggung jawab. Bukannya malah seenaknya sendiri tanpa memikirkan calon anakmu," gerutu Ny. Park.     

Tanpa memperdulikan ibunya, Dae Hyun langsung melangkahkan kakinya dengan sangat cepat menaiki tangga. Tidak mungkin Aeri mengandung. Ia merasa sangat yakin jika itu bukanlah anaknya. Kali ini takkan terlalu percaya dengan omong kosonnya.     

Brukkkk ….     

Dae Hyun mendorong pintu hingga menimbulkan suara cukup keras saat daun pintu bertabrakan dengan dinding.     

Aeri yang sedang berbaring di ranjang sampai memegang dadanya karena sangat terkejut. Sontak langsung terduduk.     

"Dae Hyun?" ucapnya.     

"Jujurlah, anak siapa yang ada di kandunganmu?" tanya Dae Hyun dengan wajan begitu gelap.     

"Apa maksudmu? Ten … tentu saja dia adalah darah dagingmu," sahut Aeri terbata. Melihat tatapan Dae Hyun kepadanya sungguh terlihat menakutkan.     

"Kau pikir aku akan percaya dengan semua omong kosongmu! Kau pasti tidak hamil. Jika pun kau hamil, itu pastilah bukan darah dagingku," ucap Dae Hyun sembari berusaha menahan emosinya agar tidak meledak.     

"Dae Hyun, apa maksudmu? Di saat istrimu hamil justru kau menuduhnya yang tidak-tidak," uajr  Ny. Park . Setelah Dae Hyun menaiki tangga, ia segera mengikutinya takut putranya melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.     

"Ibu, aku yakin dia bukanlah anakku,", ucap Dae Hyun dengan sorot mata berapi-api.     

Plakk ….     

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dae Hyun. Sebagai seorang wanita Ny. Park sangat marah dengan tindakan putranya. Ia paling tidak suka melihat pria yang tidak menghargai istrinya.     

Dae Hyun memegangi pipinya yang terasa cukup panas. Sungguh tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Ini pertama kalinya mendapatkan tamparan dari ibunya.     

"Kenapa ibu menamparku?" gerutu Dae Hyun.     

"Itu karena kau tidak bertanggung jawab. Bagaimana bisa kau mengatakan jika itu bukan janinmu?" teriak Ny. Park dengan tubuh gemetar.      

"Ibu, lihat saja nanti. Akan kupastikan jika itu bukanlah darah dagingku. Ibu akan menyesal karena sudah menamparku." Sebenarnya tidak masalah jika ibunya akan marah dengan suatu kesalahan yang memang dilakukannya. Tapi kali ini ibunya rela membela wanita licik seperti Aeri. Itu sungguh tidak masuk akal.     

Aeri memasang wajah tersedihhnya kemudian meraung-raung di hadapan Ny. Park.     

Tanpa peduli Aeri yang menangis keras, Dae Hyun segera melangkahkan kakinya pergi. Sekarang juga harus segera menemui dokter Kang untuk menanyakan semuanya. Pasti dokter Kang sudah salah memeriksa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.