Istri Simpanan

Bab 205 - Hamil



Bab 205 - Hamil

0UN Village     
0

Ny. Park tidak tahu harus bagaimana saat ini. Menantunya mengurung diri di kamar paska Dae Hyun mengirimkan pengacara untuk membantu perceraian mereka. Ia dengan marah bahkan mengusir pengacara tersebut tanpa mau menemuinya.     

"Nyonya … Nyonya!" panggil Eun Hee sembari berjalan menuruni tangga. Ia baru saja mengantarkan makan siang ke kamar Aeri.     

"Ada apa teriak-teriak?" Ny. Park yang tengah duduk di sofa sontak bangkit berdiri.     

"Nyonya, nona Aeri … nona Aeri pingsan," ujar Eun Hee dengan nafas tersengal-sengal.      

"Pingsan? Bagaimana dia bisa pingsan?" tanya Ny. Park dengan melebarkan pupilnya.     

"Saya tidak tahu, Nyonya. Ketika saya masuk Nona Aeri sudah tergeletak di lantai," sahut Eun Hee dengan tubuh  gemetar.      

"Sekarang juga hubungi dokter Kang, biarkan aku memeriksa Aeri." Ny. Park bergegas menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Ada kekhawatiran yang tampak dari raut wajahnya. Jika sampai terjadi sesuatu maka pasti dirinya akan disalahkan oleh ibunya Aeri.     

Eun Hee juga segera memeriksa buku telepon untuk menghubungi dokter Kang.     

Di dalam kamar sudah ada dua pelayan yang membantu mengangkat tubuh Aeri ke ranjang. Ada Jo Yeon Ho yang sudah duduk di sampingnya dengan wajah yang tampak sedij.     

"Ibu, bangun," ucap Jo Yeon Ho di sela isak tangisnya sambil mengguncang tubuh Aeri.     

"Yeon Ho, tenanglah. Ibumu akan baik-baik saja," ujar Ny. Park sambil mendekap Jo Yeon Ho ke dalam pelukannya.     

"Ibuku kenapa, Nek?" ujar Jo Yeon Ho yang masih terisak-isak.     

Ny. Park segera memeriksa suhu tubuh Aeri dengan menempelkan punggung tangannya di dahi. Sebenarnya tidak terlalu panas namun kenapa bisa sampai pingsan.     

Tidak berapa lama kemudian Dokter Kang sudah datang karena saat Eun Hee menghubunginya kebetulan dia sedang dalam perjalanan tidak jauh dari UN Village.     

"Bibi, apa yang terjadi dengan Aeri?" ujar dokter Kang sambil mengeluarkan beberapa peralatan medis dari tasnya.     

"Entahlah, pelayan menemukannya sudah dalam keadaan pingsan," ujar Ny. Park.     

Dokter Kang mulai memeriksa denyut nadi dan perutnya untuk mengetahui bagaimana keadaan Aeri. Ia mengerutkan keningnya setelah mendapati hasil yang menurutnya ragu. Itu pasti salah dan tidak mungkin. Hasil yang sama ketika waktu itu memeriksa Soo Yin.     

Dokter memberikan obat sehingga kini Aeri perlahan sudah tersadar. Aeri dapat melihat dokter Kang yang sedang memeriksanya.     

"Dokter Kang, apa yang sebenarnya terjadi padaku?" ujar Aeri lirih sambil memijat kepalanya yang terasa pusing.     

"Selamat, kau saat ini tengah mengandung," ujar dokter Kang dengan raut wajah yang kurang senang. Jika Dae Hyun tahu mengenai hal ini pasti akan mengamuk.      

"Benarkah?" Wajah Ny. Park tampak sangat berbinar mendengar kabar itu karena itu adalah sesuatu yang dinantikan olehnya.     

"Benar, Bibi" sahut Dokter Kang. Sangat menyesal tadi sudah datang kemari. Cepat atau lambat Dae Hyun pasti akan ngamuk kepadanya.     

Aeri terduduk dengan perasaan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Saat ini antara bahagia dan cemas. Aeri bahagia dengan dia hamil maka Dae Hyun tidak akan bisa menceraikannya. Namun ia juga takut karena Aeri sangat yakin jika anak yang ada di dalam kandungannya bukanlah anak Dae Hyun. Ia menjebaknya baru beberapa hari yang lalu sehingga tidak mungkin hasilnya terlalu cepat kelihatan.     

Setidaknya butuh waktu satu bulan usia kandungan baru diketahui secara manual. Kecuali melakukan USG maka kemungkinan cepat untuk mengetahuinya.     

"Selamat, akhirnya kau akhirnya hamil." Ny. Park langsung memeluk Aeri dengan senang.     

"Apa aku akan mempunyai adik?" tanya Jo Yeon Ho dengan wajah polos.     

"Tentu, Sayang." Ny. Park mengusap rambut Jo Yeon Ho sembari tersenyum.     

"Hore!" seru Jo Yeon Ho dengan penuh semangat. Matanya yang kecil terlihat sangat senang dan antusias. Diusapnya perut Aeri dengan perlahan.     

Aeri masih diam mematung dengan keringat dingin keluar dari tubuhnya. Dengan tatapan kosong, Aeri tengah mencari cara agar Dae Hyun tidak mencurigainya.     

"Aeri, apa kau tidak senang mengetahui hal ini?" ujar Ny. Park sambil menautkan kedua alisnya. Saat melihat wajah Aeri yang tanpa ekspresi.     

Aeri segera tersadar dari lamunannya yang ketakutan.     

"Ibu, tentu saja aku senang. Aku hanya tidak menyangka jika aku hamil," ujar Aeri seraya tersenyum tipis berusaha menutupi kegugupannya.     

Derrrtt … derttt … dertt …     

Tiba-tiba saja ponsel Aeri bergetar. Ny. Park yang berada di dekat nakas langsung meraihnya kemudian menyodorkannya kepada Aeri.     

"Aeri, ada yang menghubungimu. Barang kali ini nomor penting," ujar Ny. Park.     

Aeri memeriksa jika panggilan itu dari nomor yang tidak dikenal. Namun nomor itu adalah milik Han yang sengaja tak diberi nama. Aeri membiarkannya saja, tidak ada niat untuk menjawabnya. Jika menjawabnya sekarang pasti mereka akan curiga namun jika tidak menjawabnya mereka pasti lebih curiga.     

"Aeri, kenapa kau tidak menjawabnya? Bukankah itu adalah adalah suamimu yang menelepon?" tanya Ny. Park.     

"Ah, ini … ini hanya panggilan dari orang tidak dikenal. Mungkin berniat menipuku," ujar Aeri dengan terbata. Berharap semoga saja ibu mertuanya tidak akan merasa curiga.     

Dokter Kang yang berada di sisi Aeri, merasa curiga dengan gerak-geriknya. Entah kenapa dirinya merasa yakin jika anak yang dikandung Aeri bukan darah daging Dae Hyun.     

"Baiklah, saya permisi karena harus kembali ke rumah sakit," pamit dokter Kang.     

"Aeri, sebaiknya kau harus beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi,"  ujar dokter Kang setelah memberikan obat dan vitamin kepada Aeri.     

"Terima kasih, dokter Kang," ucap Ny. Park yang mengantarkan dokter Kang sampai di depan pintu. Ia segera kembali mendekati ranjang Aeri.     

Ny. Park juga berusaha untuk menghubungi ponsel putranya namun nomernya sepertinya sengaja dimatikan. Padahal ia sudah tidak sabar ingin memberitahukan kabar gembira kepadanya. Mungkin Dae Hyun sangat sibuk. Sebaiknya nanti malam saja menghubungi putranya. Saat siang seperti ini pasti tengah sibuk.     

"Dae Hyun pasti sangat senang mendengar kabar bahagia ini. Sayang sekali ponselnya tidak aktif," ujar Ny. Park seraya duduk di samping Aeri. Melupakan fakta bahwa putranya ingin bercerai dengan menantunya.     

Aeri hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan ibu mertuanya.     

"Aku sudah tidak sabar ingin memiliki seorang adik." Jo Yeon Ho tampak begitu gembira sehingga berulang kali memeluk ibunya.     

"Maaf, aku ingin istirahat. Sebaiknya kalian keluar saja," ujar Aeri sembari mendorong tubuh Jo Yeon Ho yang memeluknya.     

"Baiklah," ucap Ny. Park.     

"Yeon Ho, ayo kita keluar. Biarkan ibumu beristirahat terlebih dahulu," ajak Ny. Park sambil mengulurkan tangannya membantu Jo Yeon Ho untuk turun dari ranjang.     

Jo Yeon Ho tampak sangat kecewa sehingga dia memasang wajah cemberut ketika keluar kamar Aeri. Padahal masih sangat ingin bersama dengan ibunya.     

Setelah semua orang keluar, Aeri turun dari ranjang untuk mengunci pintu. Saat ini sangat penasaran ingin menjawab telepon Han yang sedari tadi terus menghubunginya.     

"Ada apa dari tadi menghubungiku terus?" tanya Aeri dengan ketus setelah menjawab telepon dari Han. Suasana hatinya saat ini sedang tidak baik.     

"Aku dipecat dan ini semua gara-gara dirimu," ujar Han.     

"Bagaimana bisa kau dipecat? Bukankah dia selalu percaya kepadamu?" Aeri terkejut mendengar jika kekasih gelapnya dipecat dari hotel.     

"Jika posisimu ingin aman sebaiknya kau singkirkan gadis itu sekarang juga."     

"Untuk itu kau tidak perlu khawatir. Karena dia tidak akan menceraikanku," ujar Aeri dengan penuh percaya diri meskipun tidak terlalu yakin.     

"Apa maksudmu? Kau tidak usah terlalu percaya diri," cibir Han.     

"Sudah, kau tidak perlu mencemaskanku. Aku akan membujuknya agar kau kembali bekerja."     

Mereka terus berbincang beberapa saat untuk merencanakan sesuatu. Takut tiba-tiba saja ada orang mendengarnya, Aeri segera memutuskan sambungan telepon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.