Istri Simpanan

Bab 204 - Tidak punya bukti



Bab 204 - Tidak punya bukti

0Dengan santainya Dae Hyun merangkul pinggang Soo Yin dengan sangat mesra seolah tidak Han di sana. Ini pertama kalinya mereka bersikap seperti ini di depan orang asing. Memang sengaja Dae Hyun melakukannya untuk mengetahui reaksi Han.     
0

"Jadi, anda berselingkuh dari Nona Aeri," ujar Han.     

"Benarkah aku berselingkuh?" tanya Dae Hyun sembari tersenyum miring.     

"Aku merasa kasihan dengan Nona Aeri, mendapatkan pria tukang selingkuh seperti anda. Dia pasti hatinya sangat menderita," ujar Han tanpa menyadari jika dirinya yang telah berselingkuh.     

"Ha … ha … ha …." Dae Hyun tertawa dengan begitu renyah mendengar perkataan Han. Menurutnya itu sangat lucu sekali.     

Soo Yin yang masih berada di samping Dae Hyun berusaha melepaskan diri namun Dae Hyun terlalu kuat merangkul pinggangnya. Padahal ia sudah ketakutan jika ada orang lain yang tiba-tiba saja masuk. Cukup Han saja yang melihat semua itu. Jangan sampai ada yang lain, jika karyawan hotel tahu mengenai hal ini maka akan dipastikan menjadi gosip besar.     

"Kenapa anda justru tertawa?" Dahi Han tampak berkerut dengan wajah kesal.     

"Seharusnya kau yang mengasihani diri sendiri. Selama ini kau bahkan hanya mampu menjadi kekasih gelap Aeri saja," cibir Dae Hyun dengan wajah menggelap.     

"Apa maksud anda?" Han masih saja menyanggah jika ada hubungan gelap antara dirinya dengan Aeri. Karena tak mungkin ia mengatakannya secara terus terang. Aeri bisa marah kepadanya.     

"Jika kau kasihan padanya dan sangat menginginkannya ambil sekarang juga. Aku sama sekali tidak masalah jika kau mengambil sesuatu yang memang milikmu. Aku menyesal dulu telah merebutnya darimu," ucap Dae Hyun dengan santai.      

"Aku tidak menginginkan Nona Aeri sama sekali," sanggah Han.     

"Tidak usah berpura-pura. Sudahlah, aku tidak ingin berdebat. Sekarang juga sebaiknya kau pergi dari hotel ini," ujar Dae Hyun. Percuma saja berdebat dengan pria yang tidak tahu malu.     

"Jadi, anda sungguh ingin memecat saya?" tanya Han sekali lagi.     

Dae Hyun memijat pelipisnya. Entah harus bagaimana lagi memberikan pengertian kepadanya. Haruskah berteriak jika perkataannya tidak main-main.     

"Keluarlah sekarang juga, sebelum aku menyuruh security datang kemari," ancam Dae Hyun.     

"Saya yakin jika anda akan menyesal sudah memecat saya dari hotel ini." Dengan mengepalkan tinjunya, Han segera berbalik kemudian melangkahkan kakinya keluar. Membanting pintunya dengan sangat keras.     

Dae Hyun yang tadinya sangat marah kini justru ingin tertawa mendengar pembelaan yang Han lakukan. Begitu cintanya pada Aeri sehingga rela mengorbankan perasaannya.      

Setelah Han keluar, pintu kembali terbuka. Kini Chang Yuan yang masuk sambil membawa paper bag di tangannya.     

"Tuan, apa yang baru saja terjadi?" tanya Chang Yuan. Ketika tadi berpapasan dengan Manajer Han di depan pintu wajahnya tampak pucat.     

"Suruh orang untuk mengawasi Han. Aku tidak ingin dia membuat keributan di hotel ini," perintah Dae Hyun dengan wajah datar.     

"Baik, Tuan." Chang Yuan sudah bisa mengetahui sedikit apa yang terjadi dari ekspresi wajah Dae Hyun.     

"Nona, ini baju untuk anda." Chang Yuan segera menyerahkan paper bag yang ada di tangannya kepada Soo Yin.     

"Terima kasih, Asisten Chang. Maaf, jadi merepotkan," ujar Soo Yin sembari mengulurkan tangannya untuk menerimanya. Rasanya sangat tidak enak hati seorang pria harus repot-repot membelikan pakaian wanita.     

"Tidak sama sekali, Nona. Kalau begitu saya permisi," pamit Chang Yuan. Tidak ingin mengganggu bosnya yang tampaknya akan makan siang berdua. Chang Yuan bisa menebaknya karena tadi melirik terdapat nampan yang berisi makanan.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya.     

Soo Yin segera mendorong tubuh Dae Hyun sedikit menjauh karena sejak tadi merangkul pinggangnya terlalu erat.     

"Apa yang kau lakukan di depan Manajer Han?" gerutu Soo Yin sambil menutupi wajahnya.     

"Memangnya kenapa?" tanya Dae Hyun dengan dahi berkerut.     

"Bagaimana jika nanti ia akan membocorkan hubungan kita kepada keluargamu?" ujar Soo Yin yang kini ketakutan.     

"Tenanglah, dia tidak punya bukti apapun sehingga kita bisa menyangkalnya. Kau tidak perlu khawatir," ujar Dae Hyun sembari menangkup wajah istrinya yang tertutup telapak tangan.     

Soo Yin perlahan menyingkirkan telapak tangannya dari wajah.     

"Bagaimana jika mereka percaya?"     

"Tidak akan." Dae Hyun mengecup kedua mata Soo Yin secara bergantian untuk menenangkannya. Istri kecilnya itu sungguh berlebihan menyikapi masalah seperti itu.     

"Jika sampai ketahuan, itu salahmu," ucap Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Iya, Sayang. Ngomong-ngomong kau tadi sangat berani menampar wajah Han," puji Dae Hyun sembari tersenyum. Tak disangka jika istri kecilnya sekarang sudah berani.     

"Itu karena dia menghinaku, beruntung aku tidak meninju wajahnya," ucap Soo Yin dengan mimik wajah yang begitu lucu.     

"Sekarang sebaiknya kau mengganti pakaianmu. Aku sudah membuatkan kopi sekaligus makan siang. Kopinya pasti sekarang sudah dingin," ujar Dae Hyun sembari berdecak kesal.      

"Biarkan aku mencicipi kopi dulu." Soo Yin segera meraih secangkir kopi cappucino buatan suaminya. Ternyata lumayan enak rasanya. Soo Yin jadi ingin menghabiskannya dalam sekali tegukan karena sudah hangat.     

"Sayang, ingat jangan minum terlalu banyak," ujar Dae Hyun mengingatkan.     

"Aku baru mencicipinya sedikit," ujar Soo Yin sembari meringis. Segera menaruh cangkir kembali ke atas meja yang ternyata isinya tinggal separuh.      

"Kau tidak boleh meminumnya lagi." Dae Hyun segera menghabiskan sisa cappuccino Soo Yin dalam satu kaki tegukan.     

Soo Yin segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Memang tidak terlalu banyak noda kopi di bajunya. Namun cukup membuatnya terasa lengket.     

Menunggu Soo Yin yang tengah mengganti pakaiannya, Dae Hyun membawa nampan berisi makanan menuju meja di depan sofa. Lebih nyaman makan di sana. Sebelum ada seseorang yang tiba-tiba masuk, Dae Hyun juga mengunci pintu terlebih dahulu.     

Dae Hyun membuat dua porsi pasta Fetucini, yang dalam bahasa Italia berarti pita kecil. Fetucini dihidangkan dengan saus tomat dengan taburan daging atau carbonara.      

Kebetulan di restoran yang ada hotel itu juga menyediakan berbagai pasta sehingga Dae Hyun tadi meminjam dapur restoran sebentar untuk membuatnya. Semoga saja Soo Yin menyukainya. Mengingat makanan ini adalah menu yang asing. Dae Hyun belajar membuatnya ketika berada di Italia sudah beberapa tahun yang lalu.     

Soo Yin sudah keluar dengan pakaian yang dibeli oleh Chang Yuan. Ternyata pria itu sangat pandai memilih baju yang pas di tubuhnya.     

"Asisten Chang, sangat pandai memilihkan pakaian," puji Soo Yin yang sudah berdiri di depan Dae Hyun.     

"Tentu saja, dia dapat diandalkan dalam segala hal," ujar Dae Hyun yang setuju dengan perkataan Soo Yin. Itu sebabnya dia tak terlalu khawatir jika meninggalkan pekerjaannya.     

"Sayang, apa ini sejenis pasta?" tanya Soo Yin dengan mata yang berbinar ketika matanya memandang meja.     

"Hmm, makanlah. Kuharap kau menyukainya." Dae Hyun meraih satu piring pasta kemudian menyerahkannya kepada Soo Yin.     

"Kelihatannya enak, apa kau membuatnya sendiri?"      

"Aku hanya mencoba membuatnya kembali setelah sekian lama tidak memasaknya."     

"Ini sangat enak, kau memang suami terbaik," ucap Soo Yin setelah mencicipi satu suapan. Terlalu senang membuat Soo Yin refleks mencium pipi Dae Hyun sekali.      

Dae Hyun hanya tersenyum sambil mengusap pipinya. Istri kecilnya memang sangat manis jika tengah merasa bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.