Istri Simpanan

Bab 202 - Demi Kebaikan



Bab 202 - Demi Kebaikan

0Soo Yin menyipitkan matanya sembari ingin tertawa mendengar cibiran Han kepadanya.     
0

"Sekarang juga, bersihkan semua itu?" ujar Han sambil memicingkan matanya.     

Soo Yin hanya diam saja tanpa melakukan apa yang diperintahkan oleh Han. Itu bukanlah kesalahannya sehingga Soo Yin tidak mau melakukannya. Tidak peduli jika nanti suaminya àkan marah.     

Amarah Han semakin meningkat melihat Soo Yin yang berdiam diri tanpa melakukan perintahnya. Ia segera maju satu langkah kemudian menekan bahu Soo Yin hingga ia terduduk lantai.     

"Aduh!" erang Soo Yin karena bahunya terasa sakit dan lututnya juga terasa nyeri.     

Tepat pada saat itu, pintu terbuka dari luar. Ternyata Dae Hyun yang masuk.     

Begitu masuk ke dalam ruangannya, pandangan Dae Hyun langsung tertuju pada Soo Yin yang terduduk di lantai. Ia tampak meringis kesakitan.     

"Ada apa ini?" tanya Dae Hyun dengan suara dinginnya. Ia segera melangkahkan kakinya menghampiri mereka.     

"Maaf, Tuan. Laporan yang sudah saya perbaiki rusak oleh sekretaris anda yang begitu ceroboh," ujar Han sambil melirik Soo Yin.     

"Soo Yin, berdirilah." Dae Hyun mengulurkan tangannya untuk membantu Soo Yin berdiri.     

"Soo Yin, kenapa kau tidak membersihkan berkas itu!" bentak Han yang sudah kehabisan kesabarannya. Dengan memarahinya Han juga berniat mencari muka.     

Biasanya Dae Hyun sangat percaya kepadanya jika ia sudah marah-marah seperti ini maka siapapun pasti akan segera dipecat.     

Dae Hyun sangat tidak terima Han membentak istri kecilnya.     

"Jangan pernah membentaknya!" seru Dae Hyun dengan cukup keras sambil mengeratkan kepalannya. Wajahnya terlihat memerah karena menahan amarah. Sorot matanya juga tampak begitu tajam dan menakutkan.     

"Tapi, dia merusak laporan yang anda minta, Tuan." Han begitu tercengang, tidak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya.     

"Kau bisa membuatnya lagi jika rusak," ujar Dae Hyun.     

"Tapi ini semua adalah karena kesalahan Soo Yin. Dia sedang membawa kopi dan tiba-tiba menabrakku," ujar Han melakukan pembelaan. Jangan sampai senjata makan tuan. Tak mungkin ia mengerjakan semuanya kembali.     

"Sengaja atau tidak sengaja itu adalah tugasmu. Bukan tugas seorang sekretaris, karena tugas Soo Yin hanyalah membantu pekerjaanku," ucap Dae Hyun dengan penuh penekanan.     

"Tapi …." ujar Han.     

"Aku tidak peduli. Laporan itu harus sudah ada di mejaku sore ini juga," ujar Dae Hyun.     

Dengan terpaksa Han memungut berkas yang sudah kotor. Dia berjalan melewati Soo Yin sambik meliriknya dengan tatapan tajam.     

"Saya permisi, Tuan," ujar Han dengan rasa amarahnya yang memuncak. Seandainya Aeri tidak memintanya, tak mungkin ia melakukan pekerjaan dua kali. Sungguh itu menghabiskan waktu yang banyak. Tidak mungkin laporan itu selesai pada sore hari.     

Soo Yin hendak berjongkok berniat membersihkan pecahan gelas yang berada di lantai. Namun Dae Hyun segera memegang pergelangan tangannya.     

"Tidak usah, biarkan pelayan saja yang membersihkannya," ujar Dae Hyun dengan lembut.     

"Tidak apa-apa, aku bisa membersihkannya," ujar Soo Yin.     

"Jangan membantah," ucap Dae Hyun dengan tegas.     

"Apa yang dilakukan Manajer Han kepadamu?" Dae Hyun tampak panik melihat pergelangan Soo Yin yang memerah.     

"Ah, ini tidak apa-apa." Soo Yin menutupi pergelangan tangannya yang memerah. Jangan sampai membuat panik Dae Hyun hanya gara-gara hal kecil seperti itu.     

"Aku tadi melihatnya tampak mencari sesuatu. Namun dia justru berjalan ke arahku sehingga kopi yang aku bawa itu tumpah," ujar Soo Yin dengan wajah ditekuk.     

"Tidak usah dipikirkan. Mungkin dia memang berniat untuk mencari alasan seolah-olah kau yang membuat kesalahan," ujar Dae Hyun untuk menenangkan istri kecilnya.     

"Aku sungguh minta maaf. Aku tidak melakukan apapun," ujar Soo Yin dengan sendu.     

"Sayang, tenanglah. Aku percaya kepadamu, tak mungkin kau melakukan hal seperti itu." Dae Hyun merengkuh wajah Soo Yin, diangkatnya dagu istri kecilnya kemudian mengusap lembut bibirnya dengan ibu jari.      

Saat Dae Hyun menatapnya, Soo Yin justru menyandarkan kepalanya di dada suaminya.     

"Terima kasih, kau begitu percaya kepadaku," ucap Soo Yin.     

"Tentu saja, aku pasti lebih percaya pada istriku sendiri dari pada penghianat seperti dia," ujar Dae Hyun sembari mengusap rambut Soo Yin yang panjang.     

Yang ada di pikiran Soo Yin kali ini adalah ingin mengetahui keberadaan Jean. Hingga membuat matanya berkaca-kaca.     

"Sayang, Jean sudah tidak bekerja di sini lagi," isak Soo Yin. Hatinya teramat sedih mengingat satu-satunya sahabat yang dimilikinya kini tidak tahu dimana kaberadaaannya.     

"Benarkah?" Dae Hyun juga cukup terkejut mendengar hal ini.     

"Tolong bantu aku untuk mencarinya. Aku ingin menjelaskan semuanya jika aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Kim Soo Hyun," ucap Soo Yin di sela isak tangisnya.     

Dae Hyun mengusap punggungnya denganlembut untuk menenangkannya.     

"Baiklah, tidak perlu khawatir aku akan meminta seseorang untuk mencarinya. Sekarang berhentilah menangis, jika kau menangis calon anak kita juga akan sedih," ujar Dae Hyun sembari mengecup puncak kepala istrinya.     

"Benarkah?" tanya Soo Yin yang sudah melepaskan diri dari dekapan suaminya. Mendengar jika bayi yang ada di dalam kandungannya merasa sedih, sontak membuat air matanya langsung terhenti.     

"Benar, apa kau tidak ingin apa kata dokter Mi Young?" tanya Dae Hyun.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan.     

"Bukankah dokter Mi Young mengatakan jika kau harus selalu merasa bahagia. Mulai sekarang janganlah terlalu bersedih. Aku berjanji pasti akan membantumu menemukan Jean, cepat atau lambat." Dae Hyun memegang bahu Soo Yin agar percaya kepada ucapannya yang tidak main-main.     

Soo Yin menghela nafas panjang kemudian menyunggingkan senyum di bibirnya. Benar kata Dae Hyun, sebaiknya ia jangan terlalu bersedih.     

"Ini baru istriku," ujar Dae Hyun sembari menekan hidung Soo Yin.     

"Lihatlah Manajer Han membuat kopiku tumpah padahal aku ingin meminumnya," ujar Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Rasanya sangat kesal sekali kepada pria itu. Tadi bahkan belum sempat untuk mencicipinya.     

"Wanita hamil tidak boleh terlalu banyak minum kopi. Itu tidak baik bagi perkembangan janin," ujar Dae Hyun.     

"Apa tidak boleh meminumnya sedikit saja?" tanya Soo Yin.     

"Kalau sediki tentu saja boleh. Tetaplah di sini, biarkan aku membuatnya untukmu. Kau juga sepertinya harus mengganti pakaianmu," ujar Dae Hyun.     

Dae Hyun segera menghubungi Chang Yuan agar segera membelikan baju yang pas untuk dikenakan oleh istri kecilnya. Jangan sampai Chang Yuan salah memilih.     

"Seharusnya tidak perlu merepotkan Asisten Chang, aku bisa keluar membelinya sendiri," ujar Soo Yin. Kebetulan ada butik baju yang letaknya tidak terlalu jauh dari area hotel.     

"Aku tidak ingin kau merasa lelah," ucap Dae Hyun.     

"Selalu saja kata itu yang kau ucapkan," gerutu Soo Yin.     

"Ini aku lakukan demi calon anak kita. Kau hanya harus patuh dan tidak boleh membantah."     

"Baiklah," ujar Soo Yin sembari menghela nafas panjang.     

"Apa kau sudah makan siang?" tanya Dae Hyun.     

Soo Yin kembali menggelengkan kepalanya.     

"Kembalilah ke mejamu, aku tidak akan lama." Dae Hyun mengusap pipi Soo Yin sebelum akhirnya bergegas melangkahkan kakinya keluar ruangan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.