Istri Simpanan

Bab 200 - Sukar dimengerti



Bab 200 - Sukar dimengerti

0Soo Yin memakai sandalnya agar kakinya tidak terkena air ketika berada di kamar mandi. Ia berdiri untuk membantu melepaskan kancing baju suaminya satu per satu.     
0

"Kakimu sakit, aku bisa melakukannya sendiri," tolak Dae Hyun. ia tidak ingin terlalu merepotkan istri kecilnya yang pasti sangat kelelahan setelah berjalan cukup jauh.     

"Aku senang melakukannya," ucap Soo Yin dengan seulas senyum terukir di bibirnya. Begitulah Soo Yin jika dilarang, kalimat itu yang selalu diucapkan.     

Soo Yin masuk ke dalam kamar mandi guna menyiapkan air hangat untuk suaminya. Meski Dae Hyun sudah bersikeras melarang namun Soo Yin tetap saja teguh pada pendiriannya. Kakinya memang masih terasa pegal namun Soo Yin berusaha untuk menahannya.     

"Masuklah, biarkan aku memijat tubuhmu. Kau pasti hari ini sangat lelah," ujar Soo Yin sembari tersenyum. Ia duduk di tepi bak mandi.     

Dae Hyun menuruti permintaan istrinya untuk masuk ke dalam bak mandi.     

Soo Yin berusaha memijat bahu Dae Hyun yng duduk membelakanginya. Meski tangannya tidak terlalu pandai melakukannya. Baru sebentar saja, tangannya sudah terasa pegal.     

"Katakan apa yang tadi terjadi?" Dae Hyun sudah tidak sabar mendengarnya.      

"Berjanjilah kau tidak akan marah kepada Kim Soo Hyun," ujar Soo Yin.     

"Hmmm, cepatlah katakan sebelum aku benar-benar marah," ujar Dae Hyun.     

"Tadi Jean mengajakku nongkrong seperti dulu. Dia mengajakku ke Daehn Cinema kemudian kami ke lantai paling atas yang ternyata itu adalah Sky Rise Garden." Soo Yin menghentikan ceritanya sambil menghela nafas panjang.     

"Lalu?" Dae Hyun memejamkan matanya menikmati pijatan lembut Soo Yin di lehernya, ternyata nyaman dan tidak terlalu buruk.     

"Awalnya baik-baik saja sebelum Jean pamit ke toilet. Namun Jean lama sejak tidak kembali. Justru adikmu yang sudah berada di sana karena sesaat terjadi mati listrik." Soo Yin memang sengaja tidak mengatakan bagian kembang api karena ia tahu jika suaminya pasti akan marah.     

"Apa dia mengatakan sesuatu?" Mendengar cerita Soo Yin, pastilah adiknya berniat menyatakan perasaannya. Jika tidak, tidak mungkin sampai ke Sky Rose Garden. Yang Dae Hyun tau itu adalah tempat romantis meski menu yang disediakan hanyalah desert dari berbagai negara di dunia.     

"Dia mengatakan jika …." Lidah Soo Yin sungguh terasa berat dan kelu.     

Dae Hyun terdiam menunggu Soo Yin mengatakan semuanya. Meski dadanya sudah bergemuruh mengetahui kemungkinan yang terjadi.     

"Dia memintaku untuk menikah dengannya," sahut Soo Yin lirih. Ia begitu takut jika suaminya akan marah mengetahui hal itu.     

Dae Hyun berbalik untuk menatap Soo Yin dalam-dalam. Soo Yin memejamkan matanya siap jika Dae Hyun akan melampiaskan semua amarahnya kepadanya. Memang kesalahannya karena tidak menyadari sejak awal.     

Bukan kemarahan yang didapatkan dari suaminya. Namun ciuman yang begitu lembut mendarat di bibirnya. Soo Yin perlahan membuka matanya untuk melihat mata Dae Hyun justru terpejam.      

Dae Hyun terus mencium bibir Soo Yin dengan lembut. Ia mencoba menenangkan diri agar tidak tersulut emosi. Beginilah caranya untuk meredam emosinya.     

Mereka cukup lama melakukannya sebelum akhirnya Dae Hyun melepaskan ciumannya dari bibir Soo Yin.     

"Apa kau menerimanya?" tanya Dae Hyun sembari menatap lekat-lekat bola mata istrinya.     

"Aku … aku belum menjawabnya," sahut Soo Yin.     

"Kim Soo Hyun tidak memberikan waktu untukku berbicara. Dia malah memberikan waktu satu bulan untukku berpikir. Apa yang sekarang harus kulakukan?" lanjut Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Baguslah, bersikaplah biasa saja selama satu bulan. Untunglah kau tidak menolaknya langsung. Setidaknya ada waktu satu bulan agar dia menjadi direktur terlebih dahulu" ucap Dae Hyun dengan wajah yang tidak terlalu tegang lagi.     

Soo Yin mengerutkan keningnya, tidak mengerti apa yang dipikirkan suaminya. Ia pikir suaminya akan memarahinya.     

"Aku tidak mengerti," ucap Soo Yin sembari mengerjapkan kedua bola matanya.     

"Dalam satu bulan ini aku akan memberikan jabatanku sebagai direktur hotel kepada Kim Soo Hyun. Agar setelah kita pergi dari Seoul aku tidak perlu mencemaskan hotel."     

"Aku sungguh belum mengerti." Soo Yin menggelengkan kepalanya.     

"Jika kau menolak Kim Soo Hyun sekarang maka sudah dipastikan dia akan pergi seperti dari Seoul seperti dulu lagi. Jika dia sudah menjadi direktur tak mungkin dirinya bisa pergi," ujar Dae Hyun. Saudaranya itu memiliki pemikiran yang cukup rumit yang terkadang sulit dimengerti oleh orang lain. Setelah ayahnya kembali ke Seoul, Dae Hyun akan segera mengundurkan diri.     

Terkadang hidup bergelimang harta bukan berarti bisa hidup bahagia. Rasanya sudah cukup baginya bekerja keras untuk hotel. Kini gantian Kim Soo Hyun yang harus melakukannya.     

Satu yang diimpikannya saat ini hanyalah bisa hidup bahagia bersama Soo Yin dengan kenyamanan dan ketentraman.     

"Kenapa kau berniat mengundurkan diri?" tanya Soo Yin. Menjadi direktur suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah bahkan seringkali persaudaraan akan hancur karena berebut jabatan. Namun suaminya justru ingin mengundurkan diri. Terkadang Dae Hyun sungguh sukar untuk dimengerti.     

"Aku tidak ingin waktuku terlalu sibuk untuk mengurus pekerjaan dari pada keluarga. Kau tidak perlu khawatir meski aku tidak menjadi direktur lagi, kita akan hidup berkecukupan. Aku sudah menyiapkan segalanya," ujar Dae Hyun sembari mengusap pipi Soo Yin dengan ibu jarinya.     

"Aku mengerti," ujar Soo Yin sambil terus berusaha mencerna ucapan suaminya.     

"Aku ingin tahu, bagaimana cara Kim Soo Hyun mengungkapkan perasaannya?" tanya Dae Hyun dengan rasa penasaran.     

"Apa kau yakin ingin mengetahui hal itu?" ujar Soo Yin sembari menautkan kedua alisnya untuk memastikan jika Dae Hyun tidak akan marah lagi.     

"Tentu saja, aku yakin itu pastilah sangat biasa saja," cibir Dae Hyun dengan penuh percaya diri.     

"Dia bahkan sangat luar biasa hingga mampu membuat wanita tidak akan bisa tidur dibuatnya," ujar Soo Yin.     

"Cepat katakan," perintah Dae Hyun.     

"Baiklah aku akan menceritakannya." Soo Yin mengehela nafas pelan sambil mengingat-ingat apa yang terjadi.     

"Dia memberikan kejutan melalui kembang api dengan tulisan I love you di langit. Lalu dia juga menaruh sebuah kalung di dalam Cheese cake. Hampir saja aku menelannya," ujar Soo Yin.     

"Cara seperti itu sudah tidak romantis lagi. Sudah terlalu biasa, apa dia tidak bisa mencari cara lain lagi," cibir Dae Hyun sembari mendengus.     

Soo Yin memutar bola matanya mendengar pernyataan Dae Hyun.     

"Itu jauh lebih romantis daripada pria yang saat ini ada di depanku. Jangankan melamar, mengatakan untuk menikahiku saja tidak," ujar Soo Yin.     

"Itu jauh lebih romantis karena aku mengatakannya secara langsung kepada ayahmu," sanggah Dae Hyun untuk membela diri.     

"Itu bukan romantis namun pemaksaan," ujar Soo Yin.     

"Jika tak begitu, kau tidak akan mau menikah denganku," ucap Dae Hyun dengan nada datar.     

"Tentu saja, siapa yang akan menikah dengan pria yang sudah mempunyai isteri," gerutu Soo Yin.     

"Meski sudah mempunyai isteri namun wajahku jauh lebih tampan dari pria yang masih lajang," ucap Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya.      

"Ya ampun, tak kusangka kau terlalu percaya diri sekali. Sudahlah aku ingin mengganti pakaianku," ujar Soo Yin yang sudah berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu. Tak ingin berlama-lama berdebat dengan suaminya.     

"Kau bahkan belum selesai melakukan tugasmu!" seru Dae Hyun.     

"Tugasku sudah selesai," ucap Soo Yin dari balik pintu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.