Istri Simpanan

Bab 195 - Tidak berguna



Bab 195 - Tidak berguna

0Soo Yin merasa bosan terus berada di ruangan. Jean sudah berjanji akan membuat kopi untuknya belum juga muncul sejak pagi tadi. Padahal Soo Yin sudah sangat ingin mencicipinya.     
0

Tidak ada yang dilakukannya di sana karena Dae Hyun bahkan tidak membiarkannya untuk mengerjakan sesuatu. Dengan alasan tak boleh kelelahan yang selalu menjadi kata-katanya yang tidak bisa dibantah.     

Ada rasa sesal tidak mengikuti suaminya ke ruang pertemuan. Tak mungkin jika sekarang mendadak ke sana. Yang hanya dilakukan Soo Yin saat ini adalah duduk sambil memainkan ponselnya. Benar-benar seperti orang yang tidak berguna.     

Tok … tok … tok ….     

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Dengan malas Soo Yin mengangkat kepalanya yang bersandar di atas meja. Dengan menyeret kakinya Soo Yin ke arah  pintu.     

"Jean?" Seketika mata Soo Yin langsung berbinar. Rasa kantuk dan bosan yang sudah terkumpul kini semuanya menghilang ketika melihat sahabatnya yang datang. Sudah sejak tadi menunggu Jean namun tak kunjung muncul.     

"Maaf, aku terlambat. Ada pekerjaan yang harus aku aku lakukan terlebih dahulu," ucap Jean.     

Soo Yin menarik tangan Jean agar masuk ruangan bersamanya. Ingin sekali mengobrol setelah sekian lama tak ada obrolan yang tercipta di antara mereka.     

"Jean, bisakah kita mengobrol sebentar. Aku sendirian dan butuh teman mengobrol."     

"Aku banyak pekerjaan, jika ingin mengobrol nanti malam saja. Memangnya kau tidak punya pekerjaan? Tuan Dae Hyun tampak sangat sibuk tadi," ujar Jean sembari menautkan kedua alisnya. Ada rasa curiga biasanya seorang sekretaris itu sangat sibuk berbeda dengan Soo Yin yang terlihat santai.     

"Aku … aku sudah mengerjakan semua tugasku," sahut Soo Yin terbata. Di dunia ini tidak akan ada yang percaya jika tugas sekretaris itu mudah. Selalu sibuk jika atasannya juga sibuk.     

Mata Jean tertuju pada buket bunga di meja Soo Yin yang terletak rapi. Bunga itu adalah yang tadi pagi dilihatnya sedang dipegang Kim Soo Hyun. Meski banyak bunga yang sama namun Jean sangat yakin itu memanglah sama.     

Soo Yin menyadari jika Jean tampak tertarik dengan bunga yang ada di mejanya.     

"Jean, bisakah kau membawa bunga ini pergi?" ujar Soo Yin. Hampir saja lupa untuk mengeluarkannya dari ruangan ini. Jangan sampai Dae Hyun melakukan apa yang diucapkannya.     

"Kenapa?" tanya Jean dengan dahi berkerut karena bingung.     

"Aku sedang flu sehingga tidak bisa menghirup serbuk bunga," ujar Soo Yin sembari menutupi hidungnya. Dengan cepat menyerahkannya kepada Jean. Semoga saja Jean tidak akan curiga.     

"Baiklah," sahut Jean.     

"Aku pergi dulu, jangan lupa nanti malam." Setelah menaruh cangkir di meja, Jean segera ke luar sambil membawa buket bunga di tangannya. Meski bunga ini bukan dari Kim Soo Hyun secara langsung namun Jean entah kenapa tetap merasa senang menerimanya.     

Air liur Soo Yin terasa ingin menetes sehingga ia segera menyesap secangkir cappucino yang dibuat Jean selagi hangat. Ternyata Jean masih ingat dengan seleranya.     

Soo Yin kembali sendirian sehingga ia memutuskan masuk ke dalam kamar untuk membaringkan tubuhnya. Rasa kantuk mulai datang karena semalam hanya tidur sebentar saja setelah hampir pagi hari.     

================================     

Dae Hyun baru saja selesai memimpin rapat setelah lewat pada tengah hari. Rapat kali ini cukup panjang karena mereka membicarakan gedung terbaru yang digunakan untuk spa dan salon kecantikan yang akan diperbarui semua fasilitasnya. Sebentar lagi akan diresmikan, tinggal menunggu semuanya siap.     

Raut wajah lelah tergambar dari wajahnya. Pikirannya terbagi ke dalam tiga masalah saat kno. Harus memikirkan Soo Yin yang tengah mengandung. Mengurus perceraiannya dengan Aeri. Belum lagi harus bekerja keras untuk tetap memajukan hotel. Dae Hyun semakin tidak sabar untuk hidup tenang jika terus seperti ini.     

Dae Hyun memijat pelipisnya sambil melangkahkan kakinya memasuki ruangan.      

Kosong, tidak ada siapapun di dalam ruangannya. Padahal Dae Hyun berharap ketika masuk dapat melihat wajah ceria istrinya yang mampu mengembalikan moodnya. Seulas senyuman Soo Yin mampu membangkitkan semangatnya kembali.     

"Soo Yin!" panggil Dae Hyun sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Awalnya berpikir jika Soo Yin sudah pulang namun ketika melihat tasnya masih berada di atas meja ia menjadi ragu. Tak mungkin Soo Yin pulang tak membawa tasnya.     

Dae Hyun segera memeriksa toilet namun juga kosong. Tidak mungkin jika dia tertidur. Untuk lebih memastikannya, Dae Hyun segera masuk ke dalam kamar.     

Ternyata benar, Soo Yin tertidur dalam posisi telentang dengan baju yang sedikit tersingkap sehingga perutnya yang sudah menyembul terlihat. Dengkuran halus keluar dari bibir ranumnya.     

Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang sudah lewat makan siang. Dae Hyun khawatir jika Soo Yin belum makan. Seharusnya tadi mengajaknya saja sehingga ia tidak akan merasa bosan. Sekarang ia merasa jika dirinya kini terlalu posesif terhadap istrinya. Tak mengizinkannya melakukan aktivitas apapun.      

Dae Hyun naik ke atas ranjang berbaring di sisi Soo Yin, tiba-tiba saja matanya terasa kantuk padahal sebelumnya tidak pernah tidur siang di saat matahari terik seperti ini.     

Bug ….     

Dae Hyun baru saja memejamkan mata ketika ada sesuatu yang menghantam perutnya cukup keras. Membuat perutnya sedikit nyeri. Ketika membuka mata, terlihat kaki satu Soo Yin berada di perutnya.     

"Dasar, binatang buas!"     

"Pergi kau dari dunia ini!"     

"Dasar buaya!"     

Entah apa yang dimimpikan oleh Soo Yin sehingga ia mengeluarkan kata umpatan seperti itu. Bahkan kini kaki dan tangannya sekuat tenaga mendorong tubuh Dae Hyun hingga ia terjatuh ke lantai.     

"Aduh!" rintih Dae Hyun tatkala bokongnya menyentuh lantai. Diusapnya celananya sambil bangkit berdiri. Sepertinya dia ditakdirkan tidak boleh tidur pada siang hari. Ada saja halangan ketika ingin istirahat sekejap.     

Dae Hyun memilih melangkahkan kakinya ke luar karena sebentar lagi akan ada acara ke luar hotel. Dikarenakan Soo Yin masih tertidur, Dae Hyun memutuskan tidak mengajaknya lagi.     

Ketika melewati meja kerja Soo Yin, dipandangnya sekali lagi ternyata bunga pemberian Kim Soo Hyun sudah tidak ada. Dae Hyun segera menyuruh salah seorang anak buahnya untuk mengirimkan bunga yang sama persis lalu menulis sebuah surat. Ia meletakkannya bunga itu di samping Soo Yin bersama surat tersebut. Sepertinya hari ini akan sulit untuk bertemu dengannya.     

Tak lama setelah Dae Hyun pergi, Soo Yin terbangun dari tidurnya. Pandangannya langsung tertuju pada bunga yang ada tepat di depan wajahnya.     

"Bukankah bunga ini sudah dibawa Jean," gumam Soo Yin yang sudah terduduk.     

Soo Yin mengulurkan tangan untuk meraih secarik kertas yang berada di atas buket bunga. Ternyata ada sebuah pesan dari suaminya.     

Sayang, maaf jika aku tidak membangunkanmu karena kau tampak tertidur begitu pulas ketika aku kembali.     

Setelah kau terbangun segeralah untuk pulang karena aku akan kembali ke hotel mungkin pada malam hari.     

Jangan lupa untuk makan.     

I love you.     

Soo Yin membaca kata demi kata yang tertulis di sana. Sangat disayangkan tadi ia tertidur. Terlalu merasa bosan akhirnya Soo Yin memutuskan untuk pulang saja. Nanti malam harus bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan bersama Jean.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.