Istri Simpanan

Bab 189 - Istriku bukan barang



Bab 189 - Istriku bukan barang

0Dae Hyun benar-benar tidak membiarkan Kim Soo Hyun untuk mendekati istrinya. Terlebih lagi setelah mengetahui jika mereka berdua dalam satu mobil yang sama ketika berangkat ke hotel pagi tadi. Itu membuat dadanya bergemuruh. Seharusnya yang bertemu dengan Soo Yin untuk pertama kali adalah suaminya bukan iparnya. Untunglah alasan Soo Yin bisa diterima karena mobilnya yang mogok.     
0

Dae Hyun dan Soo Yin sudah berada di restoran terlebih dahulu sambil menunggu Tuan Haa Joon datang. Berdasarkan janji yang sudah dibuat, Tuah Haa Joon akan datang sepuluh menit lagi.     

Mereka berbincang sambil bersenda gurau. Meski tak sampai berpegangan tangan namun mereka terlihat dekat. Bukan hubungan seperti antara bawahan dan atasan. Para pengunjung yang lain bahkan mengira mereka sepasang kekasih.     

Tidak menyadari jika sedang diawasi karena tanpa mereka ketahui ada seseorang yang mengawasi tidak jauh dari tempat mereka duduk. Pria bertopi itu mengambil foto mereka dari berbagai sudut yang tampak begitu menarik.     

Pria bertopi itu bahkan sudah mengambil foto saat Dae Hyun membukakan pintu untuk Soo Yin ketika di parkiran     

Dertt … derrtt … derttt ….     

Ada sebuah panggilan yang masuk. Ternyata itu adalah pesan dari Chang Yuan.     

"Ada apa, Asisten Chang?" tanya Dae Hyun.     

"Tuan, tolong jaga sikap anda bersama Nona karena ada seseorang yang tampaknya mengawasii. Anda bisa melihatnya di meja yang terletak di sudut," ujar Chang Yuan.     

Dae Hyun mengedarkan pandangannya ke sudut. Ternyata benar ada seorang pria yang bertopi pura-pura tengah memainkan ponselnya.     

"Ya, aku melihatnya. Kau urus dia setelah dia keluar dari restoran," ujar Dae Hyun.     

"Baik, Tuan."     

Dae Hyun curiga jika pria itu adalah suruhan Aeri yang dibayar untuk mengikutinya. Ia tau jika Aeri bukankah tipe wanita yang mudah menerima.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin dengan dahi berkerut.     

"Tidak apa, Asisten Chang hanya memberitahu jika sebentar lagi Tuan Haa Joon tiba," ujar Dae Hyun. Setidaknya ia berbohong demi kebaikan karena tidak ingin Soo Yin menjadi cemas.      

Benar saja, beberapa menit kemudian seorang pria paruh baya yang sejak tadi mereka tunggu telah datang bersama seorang asistennya.     

"Selamat datang, Tuan." Dae Hyun menjabat tangan tuan Haa Jon dan asistennya secara bergantian. Begitu pula dengan Soo Yin yang mengikuti apa yang dilakukan suaminya.     

"Maaf, kami sedikit terlambat," ujar Haa Joon sembari melirik Soo Yin yang duduk di samping Dae Hyun. Matanya terus mengamati Soo Yin dari atas hingga bawah.     

Soo Yin merasa risih dengan tatapan pria paruh baya yang usianya sepertinya sama dengan ayahnya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan tatapan itu. Tatapan itu biasa dilakukan oleh pria hidung belang.     

Dae Hyun juga menyadari jika tampaknya Haa Joon tertarik dengan Soo Yin. Berdasarkan informasi yang didengarnya, Haa Joon memang pengusaha yang cukup sukses. Hanya saja kekurangannya adalah dia sering kali bermain dengan wanita muda. Sudah banyak para gadis yang menjadi korbannya     

"Hmmm, bisakah kita mulai," ujar Dae Hyun sambil berusaha menahan emosinya.     

"Baiklah, tampaknya anda sudah tidak sabar," ujar Haa Joon tak mengalihkan pandangannya dari wajah Soo Yin.     

"Saya tidak memiliki banyak waktu," ucap Dae Hyun dengan nada datar.     

Mereka pun mulai berdiskusi mengenai pembagian keuntungan jika Haa Joon berkerjasama dengan Dae Hyun. Pria paruh baya itu tampak tertarik namun sepertinya dia menginginkan sesuatu sehingga belum mencapai kesepakatan.     

Soo Yin pamit ke toilet karena sudah sangat tidak nyaman. Baru kali ini diajak Dae Hyun menemui seseorang yang matanya jelalatan. Soo Yin merasa pria itu seolah-olah sedang menelanjanginya.     

"Siapa gadis tadi?" tanya tuan Haa Joo sambil memandang ke arah toilet.     

"Sekretarisku," sahut Dae Hyun singkat.     

"Bisakah aku berkenalan dengannya?" ucap Haa Joon sembari terkekeh.     

"Bukankah tadi anda sudah mengetahui siapa namanya?" ujar Dae Hyun dengan nada sedikit meninggi.     

"Maksudku, bisakah kau memberikannya kepadaku?" ujar Haa Joon dengan tersenyum miring.     

"Aku akan menginvestasikan seluruh kekayaanku di The Silla Seoul Hotel, dengan barter kau harus menyerahkannya kepadaku," lanjut Haa Joon secara terus terang.     

Dae Hyun menatap tajam ke arah Haa Joon tanpa peduli jika pria itu akan tersinggung. Kesabarannya kini sudah mulai habis.     

"Dia bukanlah barang. Jika anda tidak berniat bekerja sama dengan kami itu tidak masalah. Kami bisa mencari orang lain saja," ucap Dae Hyun dengan nada dingin. Ia tak habis pikir jika pria paruh baya itu sangat tidak tahu malu. Ingin sekali meninju wajahnya jika tak mengingat ini di tempat yang begitu ramai.     

"Berapa harga gadis itu? Biarkan aku membayarnya sekarang juga," ujar Haa Joon dengan seringai liciknya. Jika menginginkan sesuatu, Haa Joon adalah tipe orang yang harus mendapatkan keinginannya.     

"Bukankah sudah kukatakan jika dia bukan barang? Dia bahkan jauh lebih berharga dengan semua kekayaan yang anda miliki," ucap Dae Hyun yang sudah bangkit berdiri sembari tangannya menggebrak meja.     

"Tidak kusangka jika anda begitu sombong. Baiklah kerjasama kita batal," ujar tuan Haa Joon dengan dada yang naik turun menahan amarahnya. Ia merasa sudah dihina oleh Dae Hyun.     

"Silahkan, aku juga tidak tertarik bekerja sama dengan anda," balas Dae Hyun dengan nada dingin.     

Chang Yuan baru saja menyelesaikan tugasnya untuk mencari tahu siapa pria bertopi tadi sehingga ia datang terlambat. Meski sudah berhasil menghancurkan ponselnya namun Chang Yuan tidak tahu siapa yang menyuruhnya karena pria itu sudah kabur terlebih dahulu.     

Begitu masuk ke restoran, Chang Yuan cukup terkejut dengan apa yang tengah terjadi. Dengan langkah cepat ia segera menghampiri bosnya karena sepertinya telah terjadi sedikit keributan.     

Haa Joon beserta asistennya sudah berdiri hendak pergi, tepat ketika Chang Yuan sudah berdiri di sana.     

"Tuan Haa Joon, kenapa anda terburu-buru?" ujar Chang Yuan dengan sopan. Terbiasa mewakili Dae Hyun, membuatnya sudah bisa mengambil hati dan berhubungan baik dengan para investor.     

"Asisten Chang, maaf kami pergi. Silahkan hubungi aku jika Tuan Dae Hyun berubah pikiran dengan penawaran yang aku berikan," ujar Haa Joon yang kemudian pergi meninggalkan restoran.     

Dae Hyun terduduk sembari mengusap gusar wajahnya. Kerja samanya hari ini benar-benar kacau.      

Chang Yuan sudah bisa menebak apa yang sudah terjadi.     

"Apa Tuan Haa Joon menginginkan Nona?" tebak Chang Yuan.     

"Hmmm, dasar pria tua bangka yang tidak tahu malu. Sekalipun dia memberikan seluruh uangnya aku tidak akan melepaskan Soo Yin," gerutu Dae Hyun sembari mendengus kesal.     

"Bukankah tadi saya sudah berpesan agar anda jangan membawa Nona?" ujar Chang Yuan.     

"Jika aku tidak membawanya Kim Soo Hyun pasti akan merasa sangat senang," tukas Dae Hyun.     

Chang Yuan memijat pelipisnya, menghadapi sikap keras kepala bosnya. Memang apa salahnya jika Soo Yin bertemu dengan Kim Soo Hyun jika Soo Yin tetap memilihnya sebagai suami. Bosnya kini semakin posesif saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.