Istri Simpanan

Bab 186 - Tidak sesuai rencana



Bab 186 - Tidak sesuai rencana

0Hari ini Soo Yin sudah bersiap-siap di teras, tinggal menunggu Chung Ho saja yang tengah mengeluarkan mobil dari garasi. Dengan memakai blouse berwarna biru muda yang dipadukan dengan rok berwarna hitam yang agak mengembang, Soo Yin tampak begitu anggun. Tali tas berwarna cokelat menggantung di pundaknya.     
0

Sejak pagi-pagi sekali Soo Yin sudah bersiap-siap dengan penampilannya agar Dae Hyun senang melihatnya. Senyuman juga tak terhenti dari bibirnya.     

"Nona, semoga berhasil," ujar Bibi Xia untuk memberikan semangat kepada Soo Yin agar berhasil membuatnya terkejut.     

"Makasih, Bibi," ujar Soo Yin dengan dada yang berdebar-debar sehingga ia menghirup udara dalam-dalam kemudian melepaskannya. Diulanginya beberapa kali agar hatinya benar-benar tenang. Lama tidak bertemu dengan suaminya membuat jantungnya berdetak kencang. Ini seperti seorang remaja yang sudah lama tidak bertemu dengan kekasihnya.     

"Ingat Nona juga harus berjalan dengan hati-hati agar kandungan Nona tetap aman." Bibi Xia tak henti-hentinya mengingatkan Soo Yin agar selalu berhati-hati.     

"Tenang saja, aku pasti akan menjaganya," ucap Soo Yin dengan wajah sumringah sembari mengusap perutnya dengan lembut.     

Tak lama kemudian Chung Ho sudah menunggu Soo Yin di depan teras. Soo Yin berpamitan terlebih dahulu kepada Bibi Xia.     

"Hati-hati di jalan!" seru bibi Xia ketika Soo Yin sudah masuk ke dalam mobil.     

Soo Yin terus memandang ke sisi kanan dan kiri jalan. Soo Yin merasa seperti telah terbebas dari sangkarnya. Sebenarnya Dae Hyun mengizinkannya untuk ke luar namun Soo Yin sendiri yang tidak menginginkannya. Baginya menenangkan diri berarti dirinya harus jauh dari dunia luar.     

Semua baik-baik saja sebelum akhirnya tiba-tiba mobil berhenti di tengah jalan. Padahal jarak dari jalan itu ke hotel masih lama.     

"Chung Ho, kenapa mobilnya?" tanya Soo Yin.     

"Tetaplah di dalam, Nona. Aku akan memeriksanya sebentar," ujar Chung Ho sembari menoleh ke belakang kemudian turun.     

Chung Ho mulai memeriksa bagian mesin untuk melihat kerusakan yang terjadi. Setelah itu mencoba menghidupkan mobil beberapa kali. Namun mobil tak kunjung mau hidup.      

Soo Yin yang merasa panas segera ke luar dari mobil untuk mencari udara segar. Meski ada AC namun Soo Yin tidak terlalu menyukainya. Terlebih lagi terkadang Soo Yin merasa mual jika menghirup pengharum ruangan.     

"Nona, saya minta maaf. Sepertinya mobil ini harus dibawa ke bengkel," ujar Chung Ho yang sudah merasa putus asa karena usahanya sia-sia.     

"Baiklah, kalau begitu aku taksi saja," ujar Soo Yin. Ia segera mengambil tasnya yang ada di mobil.     

Soo Yin berjalan agak jauh ke depan untuk menunggu taksi.     

Kim Soo Hyun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ia terburu-buru. Ini sudah siang, jangan sampai ia terlambat karena Dae Hyun pasti akan memarahinya. Namun penyebabnya terlambat juga karena harus mengantarkan Jo Yeon Ho ke sekolahnya.      

Belum lagi setelah drama tadi pagi, Aeri meraung-raung tidak jelas. Ia sampai bingung antara iba ataupun muak karena sikapnya sangat berlebihan. Pantas saja saudaranya ingin bercerai, tampaknya sudah bosan dengan semua aktingnya.     

Jika sampai saudaranya nanti memarahinya maka nanti ia akan marah balik. Karena semua ini juga kesalahannya. Jika tidak, mana mungkin ia bisa datang kesiangan.     

Kim Soo Hyun tiba-tiba menghentikan mobilnya secara mendadak ketika sekilas melihat seorang gadisi tengah berdiri di pinggir jalan. Ia melihat kaca spion, masih seperti bermimpi melihatnya karena sudah lama tidak berjumpa. Dengan penuh semangat, Kim Soo Hyun memundurkan mobilnya agar berhenti tepat di depannya.     

Namun gadis itu tampak cuek, tidak menyadari kedatangannya sehingga Kim Soo Hyun turun dari mobilnya.     

"Hai, calon istriku," sapa Kim Soo Hyun dengan begitu sumringah. Terlalu lama tidak bertemu membuat Kim Soo Hyun bersikap seperti sedia kala yang agak lebih agresif.     

Soo Yin menoleh, itu seperti suara seorang pria yang tak asing di dengar di telinganya. Benar saja ternyata itu adalah adik iparnya. Soo Yin cukup terkejut ketika melihatnya, ditambah lagi dengan panggilannya tadi yang membuatnya semakin tidak nyaman.     

Hati kecilnya menyayangkan bukan Dae Hyun yang menghampirinya.     

"Untuk apa kau berdiri di sini?" tanya Kim Soo Hyun karena Soo Yin diam saja. Dengan begitu percaya diri berpikir bahwa Soo Yin pasti terpesona dengan ketampanannya.     

"A … aku sedang menunggu taksi," sahut Soo Yin terbata.     

"Apakah kau akan pergi bekerja hari ini?" tanya Kim Soo Hyun dengan begitu sumringah. Berharap jika tebakannya pasti benar.     

"Hmmm," sahut Soo Yin sembari tersenyum tipis. Tidaklah mungkin jika ia berbohong.     

"Masuklah."     

Dengan cekatan Kim Soo Hyun sudah membukakan pintu mobil penumpang depan untuk Soo Yin. Rasanya seperti mimpi bisa bertemu dengan Soo Yin di pagi hari seerti ini. Mampu membuat hatinya yang kesal menjadi membaik.     

Soo Yin terpaksa masuk ke dalam mobil Kim Soo Hyun dengan langkah berat. Rencananya tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Padahal tadi sudah pagi-pagi bangun tidur agar sampai di hotel lebih dulu dari suaminya. Kini justru harus kesiangan karena mobilnya mendadak mogok.     

"Soo Yin, bagaimana dengan kuliahmu? Apa semuanya berjalan dengan lancar?" tanya Kim Soo Hyun.     

"Lumayan," sahut Soo Yin seraya tersenyum tipis.     

"Tinggal menunggu pengumuman saja," lanjut Soo Yin. Ia bahkan sampai lupa dengan kuliahnya.     

"Kau pasti kelak bisa menjadi dokter yang hebat," puji Kim Soo Hyun dengan penuh antusias.     

"Ah, aku juga belum yakin dengan hasilnya. Di sana persaingannya sangat ketat. Mereka pintar-pintar semua," sahut Soo Yin yang sedikit mulai putus asa. Ia terlalu percaya diri mendaftar di sana dengan kemampuannya yang tidak seberapa.      

Mampu kuliah di Seoul National University adalah kebanggan tersendiri bagi setiap orang karena kampus itu bukanlah main-main. Hampir seluruh warga Korea ingin kuliah di sana karena kelak setelah lulus akan dijamin bisa kerja.     

"Kau juga cukup cerdas untuk kuliah di sana," ujar Dae Hyun.     

Kim Soo Hyun terus menyemangati Soo Yin agar pantang menyerah dan tidak boleh putus asa.     

Dengan sengaja Kim Soo Hyu memperlambat laju mobilnya agar bisa berduaan dengan Soo Yin lebih lama. Dia tidak perlu memikirkan kemarahan saudaranya. Yang terpenting saat ini bisa bersama Soo Yin. Urusan Dae Hyun belakangan saja.     

Soo Yin semakin kesal karena tak kunjung sampai di hotel. Namun setiap kali meminta Kim Soo Hyun melajukan mobilnya, selalu saja ada alasan yang dia lontarkan     

Derrrtt ... derttt … derrrtt …     

Saat tengah asyik memandang wajah Soo Yin dari samping tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Mau tidak mau Kim Soo Hyun memeriksa siapa yang memanggilnya yang ternyata adalah saudaranya.     

"Hallo," sahut Kim Soo Hyun dengan malas.     

"Kim Soo Hyun! Dimana kau berada? Kenapa sampai sekarang belum datang? Kau pikir bisa berangkat seenaknya sendiri!!" teriak Dae Hyun dari seberang telepon.     

Kim Soo Hyun sampai menjauhkan ponsel dari telinganya karena begitu memekakan telinga.     

"Kakak, sabarlah, jangan marah-marah seperti itu. Aku akan segera sampai," ujar Kim Soo Hyun.     

"Sepuluh menit kau harus sudah sampai di hotel!"     

Tut Tut Tut     

Sambungan telepon sudah terputus.     

"Dasar tidak sabaran," gerutu Kim Soo Hyun.     

Soo Yin bisa mendengar nada emosi suaminya saat ini. Entah masalah apa yang menimpanya sehingga ia marah-marah pada adiknya sendiri. Namun Soo Yin tidak berani menanyakannya kepada Kim Soo Hyun meski penasaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.