Istri Simpanan

Bab 182 - Ingin menenangkan diri



Bab 182 - Ingin menenangkan diri

0Kim Soo Hyun mengantarkan Soo Yin ke kontrakannya. Awalnya berniat ingin mampir namun Soo Yin mengatakan jika pria dilarang masuk sebagai alasannya. Padahal ia bahkan sudah lama tidak tinggal di sana.     
0

Salju perlahan mulai turun di malam yang gelap sehingga suasana semakin mencekam. Soo Yin kehilangan arah setelah berjalan di jalanan yang sepi menembus dinginnya malam ditambah lagi salju yang mulai membasahi kepalanya. Entah sudah berapa lama kakinya terus melangkah tanpa tahu tujuan.     

Tubuhnya kini menggigil sehingga Soo Yin memutuskan untuk berhenti di depan sebuah toko, untuk berteduh di teras sejenak. Saat ini sudah hampir tengah malam.     

Pikiran Soo Yin saat ini terasa limbung. Hatinya dilema berat sehingga tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.     

Ia memang sengaja pergi ketika Dae Hyun sedang ke kamarnya. Meski sebisa mungkin untuk mengenyahkan ucapan Aeri dari pikirannya namun Soo Yin tetap saja mengingatnya. Bukan tidak percaya dengan ucapan suaminya untuk segera berpisah dengan Aeri namun saat ini ia ingin menenangkan diri terlebih dahulu.     

Soo Yin berusaha menopang berat badannya dengan kaki yang sudah gemetaran. Terlalu dingin membuat kakinya tak mampu lagi untuk berdiri sehingga ia merosot terduduk ke lantai. Kedua tangannya memeluk kedua lututnya dengan erat. Yang diinginkannya saat ini semoga Dae Hyun tidak menemukannya.     

Di tempat yang berbeda dan di waktu yang bersamaan, salju ternyata turun semakin deras. Dae Hyun terus mengemudikan mobilnya menembus jalanan yang licin dipenuhi salju yang sudah mulai tebal. Cemas dan khawatir kini menyatu di hatinya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada istri kecilnya. Seharusnya sebelum berkata ia memikirkan dahulu. Dae Hyun merasa kesal dengan kebodohannya. Seharusnya ia tidak terpancing oleh ucapan dokter Kang kemarin.     

Dae Hyun berulang kali memukul kemudinya dengan kuat. Ia sudah menghubungi Kim Soo Hyun untuk menanyakan dimana mengantar Soo Yin pulang. Namun setelah dicari ke kontrakan lamanya ia tidak menemukannya.     

Baru saja kemarin mereka begitu bahagia mendengar sebentar lagi akan memiliki buah hati namun rintangan seolah terus saja ingin menghalangi kebahagiaan mereka.      

"Sayang, dimana kau berada?" ucap Dae Hyun dengan lirih. Berulang kali mencoba menghubunginya namun nomornya tidak aktif sama sekali.     

Sudah hampir dua jam Dae Hyun menembus jalanan yang sepi. Tak tau harus pergi kemana lagi untuk mencari Soo Yin. Namun tak ada rasa sedikitpun untuk putus asa. Ia terlalu mencemaskannya jika tidak segera menemukannya. Jangan sampai terlambat untuk menemukannya sebelum ia berbuat nekad.     

Dae Hyun terus menyusuri dengan pandangan ke kanan dan ke kiri. Sebelum akhirnya pandangannya terhenti pada seseorang yang tengah duduk di depan sebuah toko sambil memeluk kedua lututnya. Dae Hyun terus mengamatinya hingga beberapa saat sebelum memutuskan untuk turun.     

Soo Yin merasakan dingin yang teramat di tubuhnya. Suasana semakin sepi sehingga membuatnya merinding. Di saat turun salju sederas ini akan jarang orang yang berani ke luar karena suhu di luar seperti es.      

'Soo Yin, kau dulu adalah gadis kuat. Namun kenapa sekarang kau selemah ini? Apakah cinta sudah mengubah segalanya?' ~ ucap Soo Yin pada dirinya sendiri. Sebisa mungkin Soo Yin menahan diri agar air matanya tidak terjatuh. Besok ia akan memikirkan cara bagaimana untuk bertahan hidup ke depannya.     

Soo Yin menggigit jari jempolnya untuk mengurangi gertakan gigi yang dihasilkan karena menahan hawa dingin. Sampai-sampai ia tidak mendengarkan ada sebuah mobil yang berhenti tidak jauh dari tempatnya berteduh.     

"Soo Yin!"     

Soo Yin menoleh ketika sayup-sayup terdengar sebuah suara yang memanggilnya. Itu hanyalah ilusi, karena tidak mungkin pria itu masih mencarinya di saat sudah dini hari seperti ini. Lagi pula dirinya bukanlah orang yang penting.     

Ternyata itu bukanlah ilusi ataupun mimpi karena ia bahkan belum memejamkan matanya. Pria itu semakin berjalan mendekatinya. Hingga ia mendekapnya dengan erat. Waktu terasa berhenti beberapa detik, jujur saja jika Soo Yin merasa tenang berasa di pelukannya. Tak dapat dipungkiri tadi dirinya merasa begitu takut akan tinggal dimana setelah ini.     

Dae Hyun terlalu bahagia bisa menemukan Soo Yin baik-baik saja. Ini kedua kalinya Soo Yin ingin pergi dari sisinya.     

"Soo Yin, jangan pernah pergi lagi," bisik Dae Hyun dengan suara sendu. Dipeluknya Soo Yin semakin erat ke dalam pelukannya.     

Soo Yin Tak bergeming sampai akhirnya ia membalas pelukan suaminya dengan mengusap punggungnya. Perasaan Soo Yin saat ini terombang-ambing seperti sebuah kapal yang terkena badai di lautan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Antara ingin pergi jauh dan tetap bertahan.     

Jika dia bertahan namun hatinya tak sanggup jika orang menyebutnya sebagai jalang atau gadis penggoda. Ingin pergi, namun sanggupkah jika melihat Dae Hyun kembali ke pelukan wanita licik seperti Aeri.     

Soo Yin mengulang kembali beberapa memori yang sudah terjadi beberapa waktu yang lalu. Mencoba memilah agar tidak kehilangan arah. Untuk menentukan bagaimana selanjutnya ia akan bersikap.     

Kenapa Tuhan begitu tidak adil sehingga memberikan pilihan yang begitu sulit seperti ini.     

Pikiran Soo Yin seperti melayang di udara. Bahkan ketika Dae Hyun menuntunnya untuk masuk ke dalam mobilnya. Kakinya dengan mudahnya melangkah begitu saja.     

Dae Hyun sudah melepaskan mantelnya kemudian memakaikannya di tubuh Soo Yin yang sudah sangat dingin.     

"Sayang, kenapa kau ingin pergi? Sudah lupakah kau dengan janjimu?" Dae Hyun cemas karena sejak tadi Soo Yin hanya diam saja.     

Soo Yin terbangun dari lamunannya. Ia menoleh ke samping sebentar sebelum akhirnya tatapannya lurus ke depan.     

"Aku tidak ingin menghancurkan keluargamu dan kepercayaan ibumu yang diberikan kepadaku," ucap Soo Yin dengan getir.     

"Aku yakin ibu tidak akan marah. Ia pasti setuju jika mengetahui hubungan kita seperti halnya ingin menikahkan kau dengan Kim Soo Hyun," ujar Dae Hyun dengan penuh harap istrinya akan kembali seperti semula. Ia berjanji tidak akan melakukan hal bodoh lagi.     

"Bukankah kau juga berjanji untuk bertahan demi calon buah hati kita?" lanjutnya. Dae Hyun lebih suka melihat Soo Yin dengan wajah cemberut dari pada melihatnya datar dan tanpa ekspresi seperti itu. Itu bukan seperti Soo Yin yang dikenalnya selama ini.     

"Bukankah janji bisa diingkari?" ujar Soo Yin.     

"Sayang, apa yang harus aku lakukan agar kau memaafkan kesalahanku?" Dae Hyun mengusap gusar wajahnya. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi agar Soo Yin mau memaafkannya seperti semula.     

"Kau tidak perlu melakukan apapun. Aku hanya membutuhkan waktu untuk sendiri," ucap Soo Yin. Ia ingin menenangkan pikirannya terlebih dahulu.     

"Baiklah, jika itu maumu. Namun tetap tinggalah di villa agar aku bisa merasa tenang," pinta Dae Hyun. Dengan mengetahui dimana keberadaan Soo Yin membuatnya lebih tenang dalam bekerja.     

Soo Yin menganggukan kepalanya, menyetujui permintaan Dae Hyun. Lagi pula dirinya juga tidak tahu akan tinggal dimana.     

Setelah mengantarkan Soo Yin kembali ke villa, Dae Hyun menginap di hotel sesuai rencananya. Untuk sementara waktu biarlah tidak bertemu dengan istrinya. Yang terpenting dia mengetahui jika keadaannya baik-baik saja. Ada Bibi Xia dan Chung Ho yang akan menjaganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.