Istri Simpanan

Bab 177 - Tak semudah yang dibayangkan



Bab 177 - Tak semudah yang dibayangkan

0Soo Yin sudah meringkuk di sudut sofa dengan mata yang terpejam dengan rapat.     
0

Marah dan kesal merasuki jiwa Dae Hyun hingga rasanya ingin melemparkan mangkuk itu ke lantai. Namun sebisa mungkin ia mencoba menahan kekesalan di hatinya.     

Ia terus mengulangi kegiatannya yaitu menghirup nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya lewat mulut. Setelah cukup tenang Dae Hyun menghampiri Soo Yin. Meletakkan nampan yang berisi semangkuk ramyeon di atas meja.     

Soo Yin tampak kedinginan, terlihat ia berusaha merapatkan sweater di tubuhnya.     

Melihatnya yang sudah tertidur dengan nyenyak, Dae Hyun menyesal atas semua rasa kekesalannya yang hampir saja meledak. Padahal seorang ibu hamil memang cenderung melakukan hal itu. Lama sekali Dae Hyun memandang istri kecilnya.     

Chang Yuan baru saja membereskan meja dapur sebelum akhirnya menemui kedua orang yang begitu dihormati di ruang tamu.     

"Nona sudah tertidur, Tuan?" tanya Chang Yuan. Sekilas matanya melirik semangkuk ramyeon buatannya yang masih utuh.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun.     

"Apa anda akan membawa Nona pulang?"     

"Jadi, kau mengusir kami?" Dae Hyun membalikkan tubuhnya untuk memandang wajah Chang Yuan.     

"Tidak, Tuan. Sebaiknya anda membawa Nona untuk tidur di kamarku," ucap Chang Yuan. Tak disangka sekarang bosnya lebih cepat tersinggung.     

Chang Yuan bergegas pergi ke kamarnya kemudian mengganti seprai dan selimut yang baru saja dibelinya beberapa hari yang lalu. Pria muda itu memang tinggal sendirian karena kedua orang tuanya tinggal di kampung yang jauh. Yang perlu dilakukannya adalah bekerja keras untuk mengirimkan mereka uang.     

"Sudah selesai, Tuan," ujar Chang Yuan yang sudah kembali ke ruang tamu.     

Tanpa peduli asistennya akan tidur dimana, Dae Hyun segera membawa tubuh Soo Yin masuk dalam kamar. Tubuhnya yang sangat lelah membuatnya ikut ambruk di samping tubuh sang istri. Sebelum ikut memejamkan mata, Dae Hyun mengecup kening Soo Yin terlebih dahulu.     

Malam ini terasa begitu panjang karena banyak hal yang harus dilaluinya. Sungguh ini pengalaman pertama Dae Hyun menghadapi wanita hamil yang ternyata tak semudah yang dibayangkan.     

================================     

Matahari sudah meninggi hampir berada di tengah-tengah cakrawala. Tiga orang di sebuah apartemen masih asyik memejamkan matanya. Enggan untuk pergi dari alam bawah sadar mereka.      

Beruntung hari ini tidak bekerja sehingga tidak perlu tergesa-gesa karena diburu oleh waktu.     

Chang Yuan tidur di ruang tamu dengan berbaring di atas sofa. Demi sang bos ia rela melakukannya karena hidupnya jauh lebih buruk dari ini jika saja tak pernah bertemu dengan Dae Hyun.     

Sedangkan di dalam kamar Dae Hyun dan Soo Yin masih tertidur dalam posisi berpelukan.      

Perlahan sinar matahari yang sudah meninggi menyeruak masuk menerangi kamar melewati jendela kaca. Hingga salah seorang di antara mereka tersadar.      

Soo Yin menggeliat untuk meregangkan otot-otot tubuhnya. Matanya yang baru terbuka sedikit menatap langit-langit kamar dengan corak yang asing di penglihatannya. Secara perlahan ia mulai mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam.     

Matanya kemudian segera beralih memandang seorang pria yang masih tertidur pulas di sampingnya. Bibirnya terukir senyuman hangat mengingat semalam pria yang ada di depannya berjuang keras menuruti semua permintaannya.     

Soo Yin mengusap lembut wajah tampan yang sudah mulai ada guratan garis halus di dahinya meski begitu tak dapat dipungkiri jika Soo Yin sudah terpesona olehnya. Itu pasti karena selama ini hidupnya dihabiskan untuk bekerja sangat keras. Jika tidak, mana mungkin hotel yang dipimpinnya bisa sukses.     

"Maaf, semalam aku merepotkanmu," ucap Soo Yin dengan rasa bersalah menyelimuti hatinya. Seharusnya semalam ia bisa menunda keinginannya hingga pagi hari. Namun rasanya Semalam sungguh tidak bisa membendung keinginannya. Ada bisikan secara terus menerus agar keinginannya terpenuhi sekarang juga. Tidak boleh besok.     

Soo Yin mengangkat kepalanya sedikit kemudian mengecup pipi Dae Hyun yang kasar karena ditumbuhi rambut. Memang tidak terlalu terlihat karena Dae Hyun selalu rajin mencukurnya.     

Perutnya yang memang sudah lapar sejak semalam kini semakin keroncongan. Soo Yin bangkit dari ranjang kemudian ke kamar mandi untuk mencuci muka. Kamar mandi yang begitu bersih membuatnya begitu takjub. Itu karena yang punya adalah seorang pria. Dari sini membuktikan jika Chang Yuan adalah seorang pekerja keras yang suka dengan kerapian.     

Soo Yin ke luar kamar sembari mengedarkan pandangannya ke arah sofa. Di sana Chang Yuan masih meringkuk dengan selimut yang berantakan. Ini semua karena ulahnya sehingga orang lain harus terusik. Soo Yin merasa semakin tidak enak hati.     

Di sudut dapur, Soo Yin melihat ada kulkas di sana sehingga dengan cepat membukanya untuk menemukan beberapa bahan makanan. Ketika melewati meja makan ternyata masih ada semangkuk ramyeon yang semalam diinginkan olehnya. Sayang sekali semalam sudah terlalu ngantuk sehingga ia ketiduran.     

Soo Yin duduk di salah satu kursi kemudian mulai mencicipinya. Sebenarnya lebih enak jika dimakan dalam keadaan hangat tapi Soo Yin tidak ingin semakin mengecewakan orang lain termasuk suaminya.     

Setelah beberapa suapan mencicipinya, ternyata rasanya lumayan enak. Chang Yuan pandai memasak seperti halnya Dae Hyun. Setelah menghabiskan setengah mangkuk Soo Yin melanjutkan kegiatannya ingin membuatkan sarapan untuk dua pria yang semalam sudah dibuat repot..     

Ia mencoba mengingat-ingat apa saja bahan yang diperlukan untuk membuat Kimbab sesuai dengan resep yang nenek Hae Sok katakan kepadanya. Kimbab adalah nasi yang digulung dengan rumput laut kering yang di dalamnya berisi sayuran seperti wortel, bayam, timun, telur dan daging. Sebenarnya tidak sulit untuk membuatnya.     

Aroma masakan yang begitu lezat menyeruak masuk ke dalam lobang hidung seorang pria yang masih tertidur sehingga mereka mulai terbangun. Sedangkan Chang Yuan sudah bangun terlebih dahulu ketika mendengar suara denting perabotan dari arah dapurnya.     

Dae Hyun menepuk ranjang di sampingnya untuk mencari keberadaan Soo Yin dengan mata yang masih terpejam. Tidak ada siapapun di sana sehingga dengan rasa cemas Dae Hyun terduduk. Dengan cepat turun dari ranjang untuk mencari keberadaan Soo Yin.     

Dae Hyun terus melangkahkan kakinya sebelum akhirnya terhenti ketika ada suara tawa dan canda yang terdengar dari arah dapur. Diam-diam Dae Hyun mengintip penasaran dengan apa yang mereka tengah lakukan.     

Soo Yin tertawa renyah sambil sesekali mencubit lengan Chang Yuan. Dada Dae Hyun bergemuruh melihat pemandangan yang ada di depannya. Hawa panas disertai amarah menjalar di sekujur tubuh. Namun Dae Hyun segera tersadar jika apa yang dirasakannya adalah sebuah kesalahan. Mereka hanya bercanda jadi jangan terlalu khawatir. Tidak mungkin Soo Yin menyukai Chang Yuan meski mereka tampak serasi karena usia mereka berjarak tidak terlalu jauh.     

"Ehemmm." Dae Hyun mengeluarkan suaranya dengan cukup keras ketika memasuki dapur.     

Soo Yin yang tengah berada di depan kompor menolehkan wajahnya ke belakang.     

"Sayang, kau sudah bangun." Dengan senyuman manis tersungging di bibirnya, Soo Yin menghampiri Dae Hyun. Tanpa memperdulikan ada Chang Yuan bersama mereka, Soo Yin melingkarkan lengannya di leher Dae Hyun kemudian mengecup bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.