Istri Simpanan

Bab 166 - Tidak usah gugup



Bab 166 - Tidak usah gugup

0Taman kanak-kanak.     
0

Jo Yeon Ho terus memandang ke arah kursi yang masih kosong. Kursi itu seharusnya sudah diduduki oleh kedua orang tuanya padahal sebentar lagi acara akan dimulai. Wajahnya tampak sangat tidak bersemangat.     

Tadi Dae Hyun berpamitan ke luar sebentar tapi hingga sekarang tidak juga muncul. Jo Yeon Ho menjadi semakin sedih jangan-jangan ayahnya tidak menyayanginya lagi.     

"Selamat pagi, selamat datang untuk para wali murid. Terima kasih sudah berkenan hadir pada acara hari ini. Baiklah, kami akan segera membuka acaranya," ucap Pembawa acara yang sudah berada di atas panggung.     

Jo Yeon Ho terus menunduk dengan memainkan jemarinya tanpa mendengarkan sambutan pembawa acara yang sudah menggema.     

Acara pun sudah dimulai dengan acara yang pertama adalah acara penyambutan kepada orang tua oleh para murid perempuan yang menarikan tari tradisional Korea.     

°     

°     

Dae Hyun tadi meminta izin ke luar dari aula karena akan menunggu Soo Yin yang sudah dalam perjalanan. Pria itu sudah berdiri di pintu gerbang sembari menyandarkan tangannya pada sisi tiang.     

Sebenarnya Dae Hyun merasa ragu untuk meminta Soo Yin datang ke sana. Terlebih lagi ada kecemasan di dalam hatinya. Namun dirinya hanya bisa meminta tolong kepada istri kecilnya.     

Tidak beberapa lama kemudian sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Dae Hyun segera menghampiri mobil itu karena sudah mengetahui jika itu adalah mobil yang dikemudikan Chung Ho.     

"Jangan mendekat!" ucap Soo Yin sebelum memijakkan kakinya di tanah. Jangan sampai semua orang tahu hubungan mereka karena kecerobohan suaminya.     

"Berhati-hatilah, sedikit," ujar Dae Hyun. Hendak mengulurkan tangannya meraih pergelangan tangan Soo namun Soo Yin menepisnya.     

"Bukankah sudah berulang kali aku katakan, jangan membuatku seperti orang sakit," tukas Soo Yin dengan menyipitkan matanya.     

"Baiklah." Dae Hyun segera menjauhkan tubuhnya.     

Dae Hyun dan Soo Yin berjalan berdampingan dengan sedikit ada jarak di antara mereka menuju aula tempat berlangsungnya acara. Soo Yin meminta Dae Hyun untuk berjalan terlebih dahulu agar ia mengikuti langkah di belakangnya.     

Suasana aula bersorak riuh dengan tepuk tangan yang menggema di dalam ruangan. Para murid yang sudah lulus kali ini satu per satu sudah naik ke panggung untuk mengatakan salam perpisahan secara bersama.     

Jo Yeon Ho terus memandang kakinya karena setiap ia melihat kursi yang masih kosong membuatnya semakin sedih. Ia tampak sangat idak bersemangat hingga pembawa acaranya meminta agar semua murid memandang ke depan barulah Jo Yeon Ho mengangkat dagunya.     

Dae Hyun dan Soo Yin kini sudah duduk saling berdampingan. Soo Yin sangat antusias melihat Jo Yeon Ho di atas panggung. Ia melambaikan tangannya ketika Jo Yeon Ho beradu pandang dengannya.     

Jo Yeon Ho langsung sumringah ketika melihat ayahnya dan Soo Yin sudah datang. Melebarkan senyumannya hingga deretan giginya tampak. Kini Jo Yeon Ho sudah kembali bersemangat lagi.      

"Yeon Ho sangat tampan," puji Soo Yin sembari terus bertepuk tangan mengikuti yang lain.     

"Tentu saja, itu karena ayahnya juga sangat tampan," sahut Dae Hyun dengan pandangan tertuju pada panggung.     

"Kau ini terlalu percaya diri sekali," cibir Soo Yin sembari memutar bola matanya.     

"Memang begitulah faktanya. Jika tidak, mana mungkin aku bisa memiliki dua istri," sahut Dae Hyun sambil mengedipkan sebelah matanya.      

"Kim Soo Hyun jauh lebih tampan," ucap Soo Yin.     

Dae Hyun menoleh ke arah Soo Yin ketika mendengar ucapan samar-samar yang keluar dari mulut istri kecilnya. Ini cukup membuatnya cemburu.     

"Benarkah? Setampan apapun wajahnya dia tidak akan berhasil untuk mendapatkan istri kecilku," sahut Dae Hyun dengan penuh penekanan.     

"Bagaimana jika suatu saat nanti aku berubah pikiran?" goda Dae Hyun.     

"Itu tidak akan terjadi. Hanya aku yang boleh menyentuhmu," ucap Dae Hyun dengan nada dingin. Guratan otot rahangnya tampak menegang.     

Soo Yin mencubit paha Dae Hyun dengan cukup keras sehingga pria itu meringis kesakitan. Soo Yin merasa geram karena kepercayaan diri suaminya terlalu tinggi.     

"Kemana Aeri? Kenapa dia tidak datang ke acara ini?" tanya Soo Yin untuk mengalihkan pembicaraan mereka. Jangan sampai ada yang menguping obrolan sensitif itu.     

"Entahlah, Yeon Ho bilang dia pergi ke rumah ibunya namun aku tidak yakin. Namun itu jauh lebih baik ia tidak datang sehingga nanti aku akan dengan mudah memberikannya surat gugatan cerai," sahut Dae Hyun dengan datar.     

"Apa maksudmu? Kau akan menceraikannya?" Soo Yin cukup tercengang mendengar pernyataan Dae Hyun.     

"Tentu saja, aku ingin segera menceraikannya agar kita bertiga bisa hidup bahagia," sahut Dae Hyun hendak mengusap perut istrinya namun Soo menepisnya.     

Soo Yin mengedarkan pandangan ada beberapa orang yang tampak memperhatikan mereka. Mungkin mereka sudah mengenal jika ibu Jo Yeon Ho adalah Aeri.     

"Jaga sikapmu, lihatlah beberapa orang ibu-ibu memperhatikan kita," bisik Soo Yin dengan tatapan lurus ke depan.     

"Biarkan saja, tidak usah dipedulikan," ucap Dae Hyun dengan santai sembari menyilangkan kakinya. Kaki kanannya menindih kaki kiri.     

Soo Yin menggeser kursinya menjauh sedikit dari Dae Hyun. Tatapan penuh intimidasi membuatnya tidak nyaman. Ia merasakan seperti orang yang tertuduh.     

"Baiklah, sekarang kita akan memasuki acara inti. Kami akan memanggil para siswa satu per satu untuk maju ke depan. Kami harap para orang tua bersiap-siap untuk mendampingi putranya," ujar Pembaca acara dengan suara yang menggema melalui mikrofon. Tak terasa acara sudah berlangsung cukup lama.     

Soo Yin mengatur nafasnya untuk menghilangkan rasa gugupnya. Berulang kali menghirup nafas dalam-dalam dari hidung kemudian mengeluarkannya dari mulut. Bahkan keringat dingin membasahi telapak tangannya.     

"Kenapa kau tampak gugup begitu?" ujar Dae Hyun dengan alis yang berkerut.     

"Ini pertama kalinya aku mewakili menjadi orang tua di acara penting seperti ini." Soo Yin mengedarkan pandangannya ke sekeliling aula barang kali Aeri sudah datang sehingga ia tak perlu melakukannya. Apalagi tatapan beberapa wanita membuatnya sangat tidak nyaman.     

"Tidak perlu risau. Kita hanya perlu maju ke depan setelah itu selesai," ujar Dae Hyun untuk meyakinkan Soo Yin.     

Kini beberapa siswa sudah maju ke atas panggung untuk diberikan piagam kelulusan.     

°     

°     

Aeri baru saja turun dari mobilnya dengan langkah tergesa-gesa. Jika sampai terlambat makah habislah dirinya. Bukan hanya Jo Yeon Ho yang akan marah namun kemungkinan besar semua penghuni rumah akan memojokkannya. Mengatakannya wanita tidak peduli dengan putranya.     

"Untuk selanjutnya adalah Jo Yeon Ho, silahkan pada bapak Dae Hyun dan Ibu Aeri untuk maju ke depan." Aeri samar-samar dapat mendengar pembaca acara memanggil namanya. Dengan langkah anggun Aeri segera memasuki Aula dengan penampilan yang sangat memukau. Ia benar-benar seperti seorang ratu karena pakaian dan make up-nya cukup glamour. Sangat berbeda dengan yang lain.     

Di atas panggung baru ada Jo Yeon Ho dan Dae Hyun. Dengan langkah seperti di atas catwalk Aeri berjalan menuju panggung berharap banyak semua orang memperhatikannya. Hingga ia menghentikan langkahnya ketika Soo Yin berdiri kemudian berjalan menaiki panggung. Ia berdiri di sisi sebelah kiri Jo Yeon Ho.     

"Kenapa selalu saja ada gadis itu?" gumam Aeri dengan amarah yang menggelora di dadanya. Ia ingin terus melangkah namun dirinya masih punya harga diri sehingga tidak ingin membuat keributan.     

Dengan rasa kesal Aeri berbalik melangkahkan kakinya ke luar dari aula. Setelah acara selesai ia akan membuat perhitungan kepada gadis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.