Istri Simpanan

Bab 165 - Pengganti



Bab 165 - Pengganti

0Soo Yin tengah menikmati angin segar di halaman belakang sembari menikmati pemandangan yang berbukit. Dengan terus mengulum senyum Soo Yin mengusap perutnya, tak pernah bosan sama sekali sejak kemarin. Ada rasa kebahagiaan tersendiri ketika mendengar sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Memang jauh dari bayangannya yang belum ingin memiliki anak tapi tidak perlu menyesali apa yang sudah terjadi.     
0

"Nona!" panggil Bibi Xia dengan terus melangkahkan kakinya mendekati Soo Yin.     

Suara panggilan itu membuyarkan Soo Yin dari angan-angannya. Ia menoleh ke belakang untuk melihat wanita paruh baya itu. Dengan cepat Bibi Xia sudah berada di belakangnya sembari menggenggam ponsel.     

"Nona, Tuan Dae Hyun ingin berbicara dengan anda," ujar Bibi Xia dengan nafas yang tidak teratur karena berjalan dengan terburu-buru.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin dengan dahi yang berkerut. Padahal mereka baru saja berpisah namun sudah menghubunginya. Soo Yin menaruh curiga jika Dae Hyun pasti akan mengatakan kalimat yang sudah diucapkannya berulang-ulang.     

"Silahkan, Nona." Bibi Xia memberikan ponselnya kepada Soo Yin.     

"Hallo, ada apa sudah menghubungiku? Padahal baru saja kita berpisah. Jika kau hanya ingin menasehatiku lagi, aku sudah mengingat semuanya," ujar Soo Yin tanpa membiarkan Dae Hyun untuk berbicara.     

"Sayang, maaf jika aku sedikit merepotkanmu tapi aku sungguh butuh bantuanmu saat ini," ujar Dae Hyun secara terus terang karena sudah tidak ada waktu lagi.     

"Memangnya kenapa?"     

"Aku ingin kau mewakili Aeri sebagai ibu Yeon Ho. Maukah kau melakukannya?" tanya Dae Hyun agak ragu.     

"Memangnya kemana istrimu?" Soo Yin ingin tahu dimana keberadaan Aeri sehingga tidak bisa datang.     

"Nanti aku akan menceritakannya. Sekarang bersiaplah, sebentar lagi aku akan menjemputmu."     

"Tidak usah, biarkan aku datang bersama Chung Ho."     

"Baiklah, tapi suruh Chung Ho untuk mengemudikan mobil pelan-pelan. Jangan memakai sepatu tinggi …." Soo Yin dengan setia mendengarkan larangan Dae Hyun yang tidak boleh dilakukan olehnya. Padahal semalam sudah berulang kali mengatakannya.     

Soo Yin mengembalikan ponselnya kepada Bibi Xia setelah menyudahi obrolannya dengan Dae Hyun. Ia segera kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.     

Soo Yin mengeluarkan beberapa gaun d ke atas ranjang. Setelah memilah-milah akhirnya Soo Yin menemukan baju yang terlihat cocok dipakai di tubuhnya.     

Soo Yin memilih gaun berwarna merah muda sebatas lutut. Berulang kali memandang tubuhnya di cermin ternyata perutnya belum kelihatan menyembul. Soo Yin membiarkan rambutnya tergerai dengan memakai hiasan pita di atasnya.     

"Semoga saja ini tidak terlalu berlebihan," gumam Soo Yin sembari memutar tubuhnya beberapa kali.     

Soo Yin memakai sepatu berwarna silver tanpa hak tinggi karena Dae Hyun tidak mengizinkannya.     

Setelah bersiap-siap Soo Yin menemui Chung Ho yang sudah menunggu di parkiran untuk segera berangkat. Namun terlebih dahulu Soo Yin ingin singgah ke suatu tempat     

============≠================     

Aparteman Mawar.     

Sinar matahari sudah menyeruak masuk menembus ke jendela kaca yang berpenghalang tirai. Seorang wanita tanpa sehelai benang di tubuhnya masih tertidur dengan pulas. Ia hanya seorang diri di sana dengan berbalutkan selimut tebal.     

Kondisi kamarnya sangat berantakan dengan beberapa botol minuman yang masih berserakan di lantai.      

Suara dering alarm bahkan tak bisa membangunkannya dari mimpi indahnya saat ini.     

"Dae Hyun, ayo lebih dalam lagi."     

"Aku ingin melewati malam panjang ini bersamamu."     

Entah apa yang tengah dimimpikan oleh Aeri sehingga ia meracau tidak jelas. Padahal semalam baru saja melakukan pergulatan panas dengan kekasih gelapnya.     

Kini musik alarm berdering kembali. Barulah Aeri bisa mendengarnya meski hanya samar-samar.      

"Dimana aku?" gumam Aeri sembari meraba tempat tidur dengan mata yang hanya terbuka sedikit.      

Dengan mata yang masih mengantuk Aeri mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ini bukan seperti cat warna kamarnya di UN Village. Aeri segera terduduk setelah perlahan mengingat apa yang terjadi semalam.     

"Sial, jam berapa sekarang!" umpat Aeri sembari meraih ponselnya yang berada di dalam tas. Ternyata ia lupa tidak menghidupkan ponselnya kembali. Baru saja aktif ada sebuah pesan singkat yang langsung masuk.     

[Ibu, kenapa belum pulang? Ibu akan datang ke pesta kelulusanku, kan?] Pengasuh.     

Aeri menepuk jidatnya buru-buru turun dari ranjang sembari membalut tubuhnya dengan selimut. Ia memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian dengan cepat memakainya. Aeri hampir saja melupakan hari penting bagi Jo Yeon Ho.     

Ia harus segera pergi ke salon untuk bersiap-siap. Semoga saja belum terlambat karena pergi ke salon membutuhkan waktu yang cukup lama.     

Dengan kondisi perut yang kelaparan, tiba-tiba saja ada aroma masakan yang menggugah seleranya. Aeri melongokkan kepalanya ke dapur. Ada Han yang tengah berdiri di depan kompor hanya memakai celana pendek saja.     

"Han, kenapa kau tidak membangunkanku?" gerutu Aeri dengan rasa kesal padahal sebelumnya ia sudah mengatakan agar membangunkannya pagi-pagi.     

"Untuk apa kau bangun pagi-pagi?" Han menoleh ke belakang untuk memandang Aeri.     

"Hari ini aku harus datang ke acara kelulusan Jo Yeon Ho," ucap Aeri sembari melangkahkan kakinya menuju meja makan. Meski harus segera pergi sekarang namun cacing di perutnya sudah meronta minta jatah.     

"Untuk apa kau datang ke sana. Acara semacam itu tidaklah penting," cibir Han sembari menaikkan sebelah bibirnya ke atas.     

"Sebenarnya aku juga malas tapi jika aku tidak datang maka aku akan kehilangan kepercayaan dari anak itu," ucap Aeri seraya mendesah.     

"Cepat siapkan makanannya karena aku harus pergi ke salon untuk bersiap-siap. Aku ingin penampilanku paling menonjol di antara yang lain," sambung Aeri yang sudah tidak sabar ingin makan karena Han tidak kunjung menghidangkannya.     

Han menaruh dua mangkuk Ramyeon di meja. Dengan cepat Aeri menariknya lebih dekat. Panas-panas ia melahapnya, meski lidahnya terasa terbakar.     

"Kenapa kau belum bersiap-siap?" tanya Aeri karena Han tampak santai.     

"Aku sudah memalsukan pendapatan bulan sehingga aku berniat mengundurkan diri saja. Uang itu sudah cukup untuk membiayai kehidupanku satu tahun," sahut Han dengan tersenyum licik.     

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau begitu bodoh sampai melakukan hal itu? Jika Dae Hyun tahu mengetahui hal itu aku juga akan terbawa," ucap Aeri dengan menatap tajam ke arah Han. Ia lantas berdiri sembari menunjuk wajah Han dengan jari telunjuknya.     

"Tenanglah, dia tidak akan curiga. Buktinya sampai sekarang aku masih baik-baik saja," sahut Han dengan santai sambil mengangkat kedua bahunya.     

"Kau pikir dia bodoh! Kenapa kau begitu begitu ceroboh? Jika kau tertangkap maka aku juga akan terseret! Besok berikan laporan yang asli jika kau masih ingin hidup!" ucap Aeri sembari menggebrak meja.     

"Sudah kubilang dia tidak akan curiga," sahut Han.     

"Aku tidak mau tahu. Hari ini juga kau harus memberikan padanya. Atau kita tidak akan pernah berhubungan lagi," ancam Aeri dengan wajah memerah menahan amarahnya. Tak disangka jika dirinya memiliki kekasih yg begitu bodoh.     

"Baiklah, nanti aku akan memberikan laporan aslinya," sahut Han. Ia tidak mungkin menolak keinginan Aeri.     

Setelah selesai menghabiskan makanannya Aeri segera pergi ke salon untuk merias wajahnya secantik mungkin agar semua orang terpana dengan kehadirannya. Ia ingin menjadi pusat perhatian di sekolah Jo Yeon Ho.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.