Istri Simpanan

Bab 146 Mencari suasana baru 21+



Bab 146 Mencari suasana baru 21+

0Dae Hyun menggunakan sebelah tangan kirinya memegang tengkuk Soo Yin untuk menahannya. Sedangkan tangan kanannya mulai bergerilya nakal menyusuri punggung hingga menelusup masuk menyusuri baju longgar yang digunakan istrinya sehingga ia lebih leluasa untuk masuk.     
0

Hati Soo Yin ingin menolak dengan apa yang dilakukan oleh Dae Hyun. apalagi mereka saat ini berada di pinggir jalan. Namun kemampuan sentuhan Dae Hyun yang memabukkan membuat tubuhnya merespon lain dan menginginkan lebih.     

Hati dan tubuhnya sangat tidak bisa diajak kompromi saat ini.     

Tubuh Soo Yin menggelinjang ketika tangan suaminya yang nakal menyentuh salah satu bukit yang masih terhalang oleh kain. Dae Hyun tersenyum senang melihat istri kecilnya yang tampak menikmati setiap sentuhannya.     

Dae Hyun teringat semalam ketika melihat tubuh Aeri yang sangat menggiurkan. Seandainya semalam Soo Yin yang berpakaian seperti itu pasti akan sangat menyenangkan. Sayang sekali itu Aeri sehingga malah membuatnya semakin tidak suka.     

Dae Hyun menghentikan ciumannya. Bibirnya kini menelusuri leher hingga tulang selangka milik istri kecilnya. Ia sudah tidak tahan lagi ingin menikmati setiap lekukan tubuh Soo Yin yang sudah beberapa hari tidak dirasakannya.      

Soo Yin mencekal pergelangan tangan Dae Hyun ketika teringat mereka masih dalam perjalanan. Tidak mungkin mereka melakukan sesuatu di dalam mobil.     

"Ada apa?" tanya Dae Hyun dengan mata yang berkabut karena semalaman ia sudah berusaha kuat untuk menahannya. Ia hanya seorang pria yang terkadang lemah dalam hal itu.     

"Ingat kita saat ini berada di dalam mobil," ujar Soo Yin sembari menautkan kembali kancing bajunya yang sudah terlepas.     

"Memangnya kenapa jika kita berada di dalam mobil?" bisik Dae Hyun dengan sensual di telinga Soo Yin. Matanya nanar dan sayu karena sudah menahan sesuatu yang ingin ia salurkan.     

"Nanti ada orang yang melihat kita," ujar Soo Yin yang sudah selesai mengancingkan bajunya.     

"Tidak akan ada yang melihat kita. Kaca mobil ini tidak akan tembus pandang," ucap Dae Hyun dengan santai. Ia mengetahui apa yang ditakutkan oleh istrinya.     

"Tapi …."     

Dae Hyun tidak memberi kesempatan untuk Soo Yin memprotesnya. Ia membungkam mulut Soo Yin dengan lebih agresif lagi. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengatur kursi agar bisa digunakan untuk berbaring. Kini posisi Soo Yin sudah telentang sehingga Dae Hyun langsung beranjak dari kursinya.     

Dae Hyun kini menindih tubuh Soo Yin dengan tatapan berkabut. Soo Yin hanya bisa pasrah ketika Dae Hyun sudah melepaskan semua pakaiannya. Meski akal sehatnya berusaha menolak namun tubuhnya merespon lain dengan menginginkan sentuhan lebih jauh lagi. Sungguh dirinya kini merasa sangat lemah.     

Tanpa sadar Soo Yin bahkan mengeluarkan suara desahan tertahan yang terdengar sangat sexi di telinga Dae Hyun. Membuat Dae Hyun semakin bergairah. Ia mengamati setiap jengkal tubuh Soo Yin yang lebih berisi saat ini.      

Memang tubuh Soo Yin masih kalah dengan tubuh Aeri yang selalu melakukan perawatan mahal. Dae Hyun tidak membutuhkan itu. Ia sudah terlanjur jatuh cinta kepada Soo Yin tanpa syarat sehingga bagaimanapun keadaan Soo Yin is akan selalu mencintainya hingga akhir hayat nanti.     

Setelah sama-sama terbang melayang sampai di langit ke tujuh Dae Hyun melepaskan tubuh Soo Yin dan kembali ke kursinya.      

Soo Yin yang merasa lemas masih tetap berbaring pada posisinya. Ia merasa jika Dae Hyun sudah tidak waras. Bagaimana mungkin mereka tetap melakukan di dalam mobil. Sungguh sangat tidak nyaman.     

Dae Hyun mengancingkan kembali kancing bajunya. Seperti biasa tubuhnya punggungnya akan terasa perih karena Soo Yin terus saja mencakarnya dengan kuat.     

"Punggungku terasa panas," ujar Dae Hyun sembari meringis. Dae Hyun mengatur kursi Soo Yin kembali seperti semula. Ia juga membantu mengancingkan kemeja Soo Yin yang berantakan karena ulahnya.     

"Itu salahmu sendiri tidak sabaran menunggu sampai di rumah," gerutu Soo Yin sembari merapikan rambutnya yang sangat acak-acakan.     

"Kita harus mencoba beberapa tempat agar memiliki suasana yang baru," ujar Dae Hyun seraya tersenyum nakal.     

"Aku tidak mau lagi. Dasar tidak punya malu! Ini bahkan di jalan namun tetap saja kau melakukannya." Soo Yin mengerucutkan bibirnya.     

"Aku sudah tidak tahan karena sudah semalaman aku menahannya," sahut Dae Hyun dengan jujur.     

"Memangnya kenapa?     

"Aeri semalam mencoba merayuku karena aku pria normal tentu saja hampir tergoda namun demi kau seorang aku bisa menahannya," ujar Dae Hyun.     

"Kenapa kau tidak melakukannya saja bersama Aeri semalam?" Soo Yin memutar bola matanya.     

"Mana mungkin aku melakukan dengannya. Aku hanya menginginkanmu." Das Hyun meraih jemari Soo Yin kemudian mencium jemari itu.     

"Tapi Aku tidak suka kita melakukannya di dalam mobil," ucap Soo Yin yang masih kesal dengan suaminya.     

"Sudahlah, bukankah kau juga menikmatinya? Itu juga karena kau yang memulainya sehingga aku tergoda," goda Dae Hyun sembari terkekeh geli.     

"Kau sangat menyebalkan!" Soo Yin hendak memukul dada Dae Hyun namun tangannya sudah dicekal.     

Dae Hyun manarik tubuh Soo Yin ke dalam pelukannya. Sungguh tidak ada niat untuk menyakiti perasaan wanita yang begitu dicintainya.     

"Jika kau sibuk dengan urusan kuliahmu sebaiknya kau tidak usah pergi bekerja terlebih dahulu. Kau fokus saja untuk melewati berbagai tes dan wawancara karena itu pasti akan menguras pikiran," ucap Dae Hyun. Ia tidak ingin jika Soo Yin kelelahan harus bolak balik bekerja.     

"Sayang, apa tidak apa-apa jika aku tidak bekerja?" tanya Soo Yin sembari menengadahkan wajahnya.     

"Tentu saja," sahut Dae Hyun sembari tersenyum penuh kehangatan.     

"Bagaimana jika orang akan curiga?"     

"Tidak usah dipikirkan karena aku yang akan memikirkannya. Kau hanya perlu belajar dengan giat agar lulus dengan tesnya. Tapi ingat …."     

"Apa?" tanya Soo Yin.     

"Kau tidak boleh terlalu dekat dengan pria manapun. Aku tidak suka hal itu," ujar Dae Hyun. Ia tidak ingin ada saingan cintanya lagi apalagi jika saingannya lebih muda darinya.     

"Lalu bagaimana dengan Kim Soo Hyun? Ibumu bahkan menyuruh Kim Soo Hyun untuk segera melamarku," ujar Soo Yin dengan tersenyum menggoda.     

"Aku akan menggagalkannya, kalau perlu kuberi dia pelajaran agar dia tidak berani mendekatimu lagi," ujar Dae Hyun.     

"Kau tidak boleh kasar kepadanya. Aku tidak ingin kalian bertengkar hanya karena aku yang sama sekali tidak penting." Soo Yin mengulurkan tangannya untuk mengusap bulu-bulu halus yang tumbuh di dagunya.     

"Kau sangat penting bagiku." Dae Hyun mengecup puncak kepala Soo Yin sembari mengusap punggungnya.     

"Aku ingin tahu, kenapa kalian semalam bertengkar?" tanya Soo Yin.     

"Tidak usah membahasnya, mulai sekarang jangan terpengaruh oleh apapun yang dikatakan Jo Yeon Ho. Dia hanya seorang anak kecil yang belum mengetahui urusan orang dewasa," ujar Dae Hyun.     

"Hmmm, baiklah. Aku tadi hanya merasa menjadi orang yang jahat karena telah berusaha memisahkan kalian," ucap Soo Yin sembari memiringkan kepalanya untuk memandang suaminya.     

"Itu tidak benar, meski kita belum bertemu aku akan tetap ingin berpisah dengannya," ucap Dae Hyun.     

"Seandainya saja kita bertemu di saat kau sudah sendiri," ujar Soo Yin dengan sediki berangan-angan membayangkan jika mereka bertemu di saat Dae Hyun sudah sendiri pasti lebih membahagiakan.     

"Tidak usah menyesali semua yang sudah terjadi." Dae Hyun mengeratkan pelukannya.     

Tok … tok ….     

Soo Yin bergegas membetulkan posisi duduknya ketika tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk jendela kaca mobil. Dae Hyun menurunkan kaca untuk mengetahui apa yang terjadi.     

"Selamat siang, tolong jangan memarkirkan mobil di pinggir jalan karena akan mengganggu pengendara lain," ucap seorang pria yang menggunakan seragam polisi.     

"Baiklah, kami juga akan segera pergi dari sini," ucap Dae Hyun dengan santai.     

"Silahkan lanjutkan perjalanan anda," ujar pria itu sambil membungkukkan tubuhnya.     

Dae Hyun segera menaikkan kaca mobilnya kembali kemudian melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda beberapa waktu.     

"Sungguh memalukan!" gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Untung saja polisi tidak datang beberapa menit yang lalu.     

Dae Hyun hanya mengulum senyum ketika melihat istri kecilnya yang tampak kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.