Istri Simpanan

Bab 142 - Baik-baik saja



Bab 142 - Baik-baik saja

0Semua orang yang ada di rumah itu kembali menyusuri setiap sudut ruangan hingga halaman yang sudah gelap. Para pelayan mencari Jo Yeon Ho menggunakan senter sebagai penerangan. Barangkali ia berada di tempat gelap namun tetap saja hasilnya nihil.     
0

"Yeon Ho, dimana kau berada?" ujar Dae Hyun yang mengusap gusar wajahnya. Padahal setelah makan malam anak itu kembali ke kamarnya kenapa sekarang ia tiba-tiba menghilang.     

Dae Hyun lupa jika belum memeriksa cctv sehingga bergegas ke ruang keamanan. Ia memeriksa rekaman yang terjadi beberapa waktu yang lalu di beberapa ruangan karena tidak semua sudut rumah di pasang cctv.     

Mata Dae Hyun tertuju pada rekaman beberapa waktu yang lalu. Seorang anak kecil berlari menuruni tangga kemudian diam-diam masuk ke dalam kamar tamu. Waktu itu tepat setelah mereka selesai makan malam dan ketika dirinya bertengkar dengan Aeri.     

"Apa Yeon Ho mendengarkan pertengkaran kami tadi?" gumam Dae Hyun sembari memijat pelipisnya. Meskipun merasa lega karena sudah mengetahui keberadaan putranya tapi Dae Hyun merasa lemas. Semoga saja anak itu tidak mendengarkan percakapan mereka semalam.     

Anak sekecil Jo Yeon Ho belum pantas mengetahui permasalan yang terjadi di antara mereka. Selama ini Dae Hyun berusaha untuk berusaha menutupi semuanya dari Jo Yeon Ho. Selama ini Dae Hyun mencoba bertahan karena tidak ingin menyakiti putranya.     

Setelah selesai memeriksa cctv, Dae Hyun bergegas ke luar ingin segera memeriksa kamar tamu. Ia berdiri lama sekali di depan pintu namun ia segera mengurungkan niatnya untuk mengetuk karena takut mengganggu tidur istri kecilnya. Yang terpenting sekarang ia sudah tahu jika Jo Yeon Ho sudah berada di dalam dan keadaannya baik-baik saja.     

Dae Hyun akhirnya memilih meninggalkan kamar tamu. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang tengah dimana semua orang tengah berkumpul.     

"Jo Yeon Ho sudah ditemukan. Sekarang kembalilah istirahat ke kamar masing-masing," ujar Dae Hyun kepada semua pelayan yang sudah ikut mencari putranya.     

"Dimana Jo Yeon Ho?" ujar Aeri. Ia tidak bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara mereka.     

"Tidak usah mengganggunya karena ia sudah tertidur," ucap Dae Hyun dengan nada datar.     

"Dae Hyun, dimana cucuku?" tanya Ny. Park yang juga sangat khawatir.     

"Tidak usah cemas, Bu. Dia baik-baik saja, sekarang kembalilah tidur ke kamar masing-masing," ujar Dae Hyun yang kemudian menaiki tangga.     

"Kakak, kami bahkan belum melihatnya," ujar Kim Soo Hyun dengan setengah berteriak. Ia kesal dengan saudaranya yang tampak santai padahal putranya belum juga ditemukan.     

"Bukankah sudah kukatakan jika dia baik-baik saja?" Dae Hyun menghentikan langkahnya menaiki anak tangga. Ia berbalik sebentar sebelum melanjutkan langkahnya kembali.     

"Ibu, lihatlah Kakak yang tidak memperdulikan Yeon Ho," ucap Kim Soo Hyun sembari berkacak pinggang.     

"Yeon Ho mungkin sudah benar-benar ditemukan. Ayo kita tidur saja," ajak Ny. Park sembari menggenggam tangan Aeri.     

Kim Soo Hyun memilih kembali ke kamarnya sambil mendengus kesal dengan saudaranya yang terlihat santai.     

"Awhhh!" pekik Aeri ketika tangannya yang terluka di genggam dengan kuat oleh Ny. Park.     

"Aeri, apa yang terjadi dengan tanganmu?" tanya Ny. Park yang menyadari tangan Aeri terluka. Luka itu mengeluarkan darah lagi karena Ny. Park tidak sengaja meremasnya cukup kuat.     

"Tidak apa-apa, Bu," ujar Aeri sembari menyembunyikan tangannya.     

"Biarkan ibu yang mengobatinya."     

"Tidak usah, Bu. Biarkan aku mengobatinya sendiri. Sebaiknya ibu istirahat saja." Aeri tidak ingin ibunya mengetahui pertengkaran yang terjadi.     

Akhirnya Ny. Park menyetujui untuk ke kamarnya karena sekarang sudah larut malam.     

Semua akhirnya kembali ke dalam kamar masing-masing meski mereka sama sekali tidak tahu dimana keberadaan Jo Yeon Ho.     

================================     

Setelah mendengar orang tuanya yang bertengkar Jo Yeon Ho tadi diam-diam memutar knop pintu kamar yang ditempati oleh Soo Yin yang ternyata tidak dikunci. Ia butuh bantuan seseorang untuk menenangkan diri karena mendengar pertikaian antara ayah dan ibunya.     

Ia hendak membangunkan Soo Yin namun merasa takut akan mengganggunya sehingga ia memilih berbaring meringkuk di samping Soo Yin. Entah apa yang dipikirkan anak itu saat ini. Ia terus terisak tanpa bersuara hingga lama-lama matanya terasa kantuk.     

Sejak masuk ke dalam kamar, Soo Yin mendengarkan musik menggunakan earphone karena ingin tidur nyenyak dan tidak ada yang mengganggunya. Ia tidak menyadari jika ada seseorang yang tidur di sampingnya.     

Saat Soo Yin merentangkan kedua tangannya barulah ia tersadar. Soo Yin segera terbangun untuk melihat siapa yang berada di samping.     

"Yeon Ho?" ujar Soo Yin sembari melepaskan earphone dari telinganya. Ia menopang tubuh dengan tangannya untuk duduk.     

Jo Yeon Ho tidur dengan posisi meringkuk, kedua tangannya dihimpit di antara kedua kakinya. Anak itu tampak kedinginan karena cuaca di luar sedang buruk. Soo Yin segera menyibak selimut yang menutupi tubuhnya kemudian mengalihkannya pada tubuh Jo Yeon Ho.     

Soo Yin mengulurkan tangannya untuk membelai wajah kecil yang menggemaskan itu. Wajahnya begitu damai ketika tertidur. Dengan bibir yang mungil yang berwarna merah muda. Alisnya sesekali tampak berkerut. Entah apa yang tengah dimimpikan oleh anak itu.     

Jo Yeon Ho mengerjapkan kedua matanya saat menyadari ada tangan besar yang terus menelusuri kulitnya. Ia membuka kedua bola matanya yang bersinar begitu cerah.     

"Maaf, aku membangunkanmu," ujar Soo Yin. Ia menjauhkan tangannya dari wajah Jo Yeon Ho.     

Jo Yeon Ho menggelengkan kepalanya pelan dengan tatapan mata yang sayu. Ada kesedihan yang terlihat pada bola mata yang masih bening itu.     

"Kenapa aku bisa tidur di sini? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Soo Yin sembari mengerutkan keningnya.     

Jo Yeon Ho duduk sembari memeluk bantal guling. Ia memandang Soo Yin dengan mata berkaca-kaca.     

"Kakak, apakah Ibu dan Ayah akan berpisah?" ujar Jo Yeon Ho tiba-tiba tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Soo Yin     

"Hah? Apa yang kau pikirkan?" Soo Yin terbelalak mendengar Jo Yeon Ho mengatakan hal itu.     

"Semalam aku mendengarkan mereka bertengkar lagi," ujar Jo Yeon Ho yang langsung menangis sesenggukan.      

Hati Soo Yin bergetar mendengar tangisan Jo Yeon Ho yang terdengar sangat pilu. Ia langsung mendekap tubuh Jo Yeon Ho ke dalam pelukannya.     

"Kakak, tolong bantu aku agar mereka tidak bertengkar lagi." Semalam Jo Yeon Ho merasa takut mendengar orang tuanya yang saling berteriak meski tidak jelas apa yang mereka ucapkan.     

Jo Yeon Ho yang sudah hampir berusia tujuh tahun kini sudah mulai mengerti jika orang tuanya yang tidak pernah akur seperti orang tua teman-temannya yang selalu mengantarkan mereka ke sekolah secara bersama-sama.     

Ia terkadang merasa iri kepada teman-temannya. Dulu ayahnya yang selalu mengantarkannya tapi sekarang di saat ibunya telah sedikit berubah justru Jo Yeon Ho merasa tidak dipedulikan lagi oleh ayahnya.     

Jo Yeon Ho ingin seperti teman-temannya yang selalu pergi liburan bersama kedua orang tua mereka. Namun sepertinya bagi keluarganya hal itu sangat langka     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.