Istri Simpanan

Bab 133 - Seperti ibu-ibu yang sedang hamil muda



Bab 133 - Seperti ibu-ibu yang sedang hamil muda

0Soo Yin duduk di kursi tepat di samping ranjang tempat Dae Hyun yang tengah menyandarkan kepalanya. Ia mulai menyuapkan bubur yang disediakan rumah sakit untuk suaminya namun sejak tadi Dae Hyun selalu saja menolaknya.     
0

"Sayang, aku tidak mau memakannya. Rasanya sangat aneh," ujar Dae Hyun sembari menggelengkan kepalanya. Ia merasa jijik melihat bubur itu yang tampak lembek. Sama sekali tidak membuatnya berselera untuk makan.     

"Kau harus memakannya sampai habis," ucap Soo Yin sembari menyodorkan sendok lagi namun Dae Hyun menutupi mulutnya dengan telapak tangan.     

"Tolong, jauhkan bubur itu dariku. Perutku terasa diaduk-aduk," ujar Dae Hyun sembari mendorong mangkuk itu agar jauh darinya.     

"Kau ini kenapa menjadi sangat aneh?" gerutu Soo Yin mengerutkan keningnya. Sejak kapan suaminya menjadi mual hanya melihat bubur padahal tadinya baik-baik saja. Ia seperti ibu-ibu yang sedang hamil muda.     

"Aku juga tidak tahu tapi beberapa hari ini aku tidak suka makanan yang lembek," sahut Dae Hyun. Ia juga merasa aneh dengan tubuhnya yang terkadang mudah lelah serta lidahnya yang sangat pemilih dalam rasa makanan.     

"Sebaiknya kau harus menanyakan pada dokter Kang mengenai kondisi tubuhmu," ujar Soo Yin. Dokter Kang sudah menjadi dokter pribadinya sejak lama sehingga dia pasti lebih mengetahui mengenai kondisi fisik suaminya.     

"Setelah kembali ke Seoul aku akan menemuinya," ucap Dae Hyun karena ia merasa kesal tubuhnya menjadi lemah.     

Soo Yin akhirnya meletakkan kembali mangkuk bubur itu di atas nakas. Ia memandang jam dinding yang baru pukul tujuh malam tapi matanya sudah terasa ngantuk.     

"Jika kau sudah sembuh kenapa kita tidak kembali ke rumah nenek?" tanya Soo Yin. Ia sudah tidak betah jika berlama-lama berada di rumah sakit.     

"Aku tidak ingin tidur sekamar dengan Aeri," tolak Dae Hyun.     

"Kenapa?"     

"Karena aku tidak ingin membuatmu cemburu," sahut Dae Hyun seraya mencubit hidung istri kecilnya.     

"Aku tidak akan cemburu." Soo Yin menopang dagunya dengan kedua tangan.     

"Benarkah? Saat Yeon Woo memelukku saja kau sangat marah," goda Dae Hyun.     

"Itu karena sepertinya dia menyukaimu dan kalian pernah dekat bahkan kau juga nampak menikmatinya. Huh, dasar pria!" sanggah Soo Yin sembari mengembang kempiskan hidungnya.     

"Cemburumu itu terkadang tidak beralasan. Tenanglah, aku tidak akan mengkhianati kepercayaan yang kau berikan kepadaku," ujar Dae Hyun sembari mendekap tubuh Soo Yin ke dalam pelukannya.     

Soo Yin memutar bola matanya. Dae Hyun mendekapnya terlalu erat sehingga ia berusaha melepaskan diri. Lagi pula Soo Yin juga takut jika tiba-tiba ada seseorang yang masuk.     

"Jaga sikapmu itu. Aku tidak ingin ada yang memergoki kita lagi," ucap Soo Yin sembari mendorong tubuh kekar Dae Hyun.     

"Aku hanya ingin kau percaya kepadaku," ucap Dae Hyun.     

"Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya karena aku ingin mencari makan di luar," ujar Soo Yin yang menggeser kursinya ke belakang untuk memudahkannya berdiri kemudian melangkahkan kakinya ke luar.     

Baru saja menutup pintu dari luar Soo Yin merogoh saku celananya untuk menemukan uang namun ia tidak menemukan apapun. Ia lupa jika tidak membawa dompetnya karena tadi sangat terburu-buru.     

Soo Yin berbalik masuk ke dalam ruangan lagi sembari menggigit jari telunjuknya.     

"Ada apa? Bukankah kau ingin ke luar?" ujar Dae Hyun ketika melihat istri kecilnya justru masuk kembali.     

"Aku tidak membawa uang," sahut Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Apakah kau membawa uang?" lanjut Soo Yin dengan sedikit rasa malu.     

Dae Hyun segera mengambil sesuatu dari saku celananya. Ia mengeluarkan salah kartu ATM dari dompetnya. Sebenarnya sudah lama Dae Hyun berniat memberikan ATM pada istri kecilnya namun Soo Yin selalu saja menolaknya. Sepertinya ini adalah waktu yang sangat tepat untuk memberikannya kembali.     

"Ambillah, jangan pernah dikembalikan," ucap Dae Hyun dengan nada perintah sembari menyodorkan kartu itu pada Soo Yin.      

"Aku hanya butuh sedikit saja. Apa tidak ada uang cash?" ujar Soo Yin. Ia hanya ingin membeli makanan pinggir jalan sehingga tidak perlu menggunakan ATM. Ia juga menyodorkan kembali kartu itu pada suaminya.     

"Sayang, bukankah sudah kukatakan jangan mengembalikannya. Kau selalu saja menolak setiap uang yang aku berikan. Simpan saja untuk biaya kuliahmu nanti," ujar Dae Hyun sembari menutup jemari Soo Yin agar ia menggenggam kartu itu.     

"Tapi aku bahkan tidak tahu akan melanjutkan pendidikanku. Aku belum terlalu memikirkan hal itu," ucap Soo Yin.     

"Ayolah, kau harus tetap kuliah. Aku ingin melihat jika kelak nanti kau sukses," bujuk Dae Hyun.     

"Baiklah, tapi kau besok harus menemaniku mendaftar karena Jae-hwa sudah mendaftar terlebih dahulu kemarin. Apa tidak apa-apa jika aku kuliah di bidang medis karena pasti semua itu membutuhkan biaya yang banyak. Aku tidak ingin membuatmu kecewa dengan kemampuanku yang tidak seberapa," ujar Soo Yin sembari mengigit bibir bawahnya. Ia takut mengecewakan suaminya.     

"Aku yakin kau pasti bisa. Bukankah kau bilang ingin bersaing dengan Aeri?" Dae Hyun mengingatkan perbincangan mereka beberapa waktu yang lalu. Dia ingin istrinya bersemangat dan tidak putus asa seperti itu.     

"Benar, jika nanti aku menjadi istri satu-satunya aku ingin membuktikan kepada semua orang jika kau tak salah memilihku," sahut Soo Yin dengan tersenyum tipis. Sanggupkah ia menyaingi istri pertama suaminya yang begitu sempurna? Soo Yin terkadang ingin menertawakan dirinya sendiri yang terlalu percaya diri.     

Pernikahan yang harus disembunyikan dan menjadi istri kedua bukanlah impiannya. Namun semua telah terjadi Soo Yin bisa pasrah untuk apa yang terjadi ke depannya.     

"Tenanglah, besok aku yang akan menjadi wali untukmu," ujar Dae Hyun.     

"Kau menjadi ayahku?" tanya Soo Yin sembari mengerjakan kedua bola matanya. Ia tadi tidak begitu mendengarkan ucapan suaminya karena pikirannya sejenak berkelana.     

"Maksudku menjadi wakil ayahmu. Tidak akan ada yang percaya jika pria setampan diriku sudah memiliki anak gadis," ujar Dae Hyun sembari terkekeh.     

"Kau itu terlalu percaya diri sekali," cibir Soo Yin.     

"Jika tidak tampan mana mungkin kau akan jatuh cinta kepadaku," ucap Dae Hyun sembari mengerling untuk menggoda istrinya.     

"Itu karena kau memaksaku," sanggah Soo Yin dengan pipi yang mulai memerah.     

"Aku lapar, aku akan membeli makanan terlebih dahulu," lanjut Soo Yin untuk mengalihkan pembicaraan, lagi pula perutnya sudah minta diisi.     

"Tunggu, aku juga ingin ke luar. Di ruangan ini membuatku benar-benar seperti orang lemah," ujar Dae Hyun seraya menyibak selimutnya. Ia bergegas turun dari ranjang. Ia melangkahkan kakinya untuk meraih mantelnya yang berada di gantungan.     

Dae Hyun tidak memakai pakaian yang disediakan oleh rumah sakit karena ia sangat tidak suka memakainya. Dengan berpakaian biasa akan lebih mudah ke luar dari area rumah sakit karena dokter akan mengira jika itu adalah anggota keluarga dari salah satu pasien.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.