Istri Simpanan

Bab 122 - Tidak sendirian



Bab 122 - Tidak sendirian

0Dua jam kemudian.     
0

Kini Dae Hyun sudah mengemudikan mobilnya di jalan yang agak sempit dengan kondisi jalan yang berkerikil dan berbatu.     

Tempat perkampungan nenek Dae Hyun terletak di pinggiran kota yang jauh dari hiruk pikuk. Sangat damai dan tidak bising karena masih jarang mobil yang masuk area perkampungan.      

Sudah sepuluh tahun lebih Dae Hyun tidak mengunjungi perkampungan ini karena neneknya saat itu ingin pindah ke Ghosan setelah kakeknya meninggal.      

Tidak ada yang berubah sama sekali dengan kampung itu. Pakaiannya yang masih memakai pakaian tradisional Korea serta pekerjaan rakyat di sana juga masih bertani. Desa itu masih mempertahankan keunikan dan budaya Korea tradisional.     

Dae Hyun menghentikan mobilnya di pinggir jalan di depan sebuah rumah yang paling besar di kampung itu. Rumah tradisional yang bernuansa dinasti Joseon. Kakek Dae Hyun dahulu pernah menjadi kepala desa yang sangat dihormati oleh warga sekitar. Itu mungkin yang menjadi alasan neneknya ingin tinggal di rumah itu lagi.     

Dae Hyun memandang wajah Soo Yin yang masih tertidur pulas. Ternyata istri kecilnya sangat ngantuk berat sehingga tidak bangun sama sekali selama dalam perjalanan. Dae Hyun meregangkan otot-ototnya terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil.     

Di depan sebuah rumah tampak seorang wanita tua dengan rambut yang sudah memutih tengah berkutat pada sesuatu di tangannya. Ia tampak tengah asyik menyulam. Dae Hyun dapat melihatnya karena pintu gerbang terbuka lebar.     

Dae Hyun tersenyum ketika melihat neneknya yang masih sehat meski usianya sudah menua. Tidak disangka jika mereka sudah tidak bertemu hampir setahun.     

"Nenek?" panggil Dae Hyun ketika sudah berada di halaman karena neneknya seperti tidak menyadari kedatangannya.     

Wanita tua itu mendongakkan wajahnya ketika mendengar suara yang begitu ia rindukan. Wanita tua yang bernama Hae Sok itu menyipitkan matanya kemudian ia menyingkirkan kaca mata minus itu.     

"Nenek, ini aku Dae Hyun." Dae Hyun langsung mencium tangan yang sudah keriput termakan usia kemudian memeluk tubuhnya untuk meluapkan rasa rindunya. Ternyata waktu setahun itu cukup lama sehingga Hae Sok mungkin sudah lupa padanya.     

"Kau benar-benar sungguh Dae Hyun? cucuku?" ujar Hae Sok sembari menepuk punggunilg Dae Hyun. Ia seperti bermimpi pria itu mengunjunginya.     

"Nenek, maafkan aku yang tidak pernah mengunjungimu. Cucumu ini memang tidak tahu diri," ucap Dae Hyun dengan rasa sesal.     

"Tidak perlu meminta maaf, nenek senang akhirnya kau datang ke sini," ujar Hae Sok. Ia tidak marah sama sekali dengan cucu sulungnya kare ia tahu jika Dae Hyun sangatlah sibuk.     

"Terima kasih, Nek," ucap Dae Hyun.     

"Sebaiknya kita mengobrolnya di dalam saja. Kau pasti sangat lelah karena perjalanan dari Seoul memakan waktu yang cukup lama," ajak Hae Sok yang mulai mengemasi peralatan menyulamnya.     

"Nek, sebenarnya aku tidak datang sendirian. Aku datang bersama seseorang," ucap Dae Hyun dengan hati-hati. Ia sangat berharap neneknya menerima Soo Yin.     

"Lalu di mana dia?" ujar Hae Sok seraya memandang ke sekeliling halaman namun sepertinya tidak ada seorang pun di sana.     

"Tunggu sebentar, Nek. Aku akan memanggilnya karena ia masih tertidur di dalam mobil." Dae Hyun langsung bergegas menuju mobilnya yang masih terparkir di pinggir jalan.     

Dae Hyun masuk lagi ke dalam mobilnya kemudian segera membangunkan Soo Yin hingga membuat gadis itu mengerjapkan kedua matanya. Soo Yin menguap sembari meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Tidur dalam kondisi duduk membuat pinggangnya terasa pegal.     

"Apa kita sudah sampai?" ujar Soo Yin sembari mengucek kedua matanya yang masih ingin terpejam.     

"Bangunlah, nanti kau bisa istirahat lagi di dalam. Badanmu pasti terasa pegal," ucap Dae Hyun seraya mengulurkan tangan untuk memijat pundak istrinya.     

"Aku baik-baik saja," tolak Soo Yin seraya menyingkirkan tangan Dae Hyun dari pundaknya karena ia yakin Dae Hyun pasti jauh lebih lelah dari pada dirinya.     

Soo Yin yang sudah benar-benar tersadar melebarkan matanya ketika melihat rumah di kanan dan kiri jalan ternyata masih tradisional dan masih terlihat sangat asri.     

"Kita sudah sampai di desa nenek?" tanya Soo Yin untuk memastikan. Ia kagum di masa yang sudah modern seperti ini namun masih ada desa mempertahankan budaya tradisional.     

"Ayo keluar, nenek sudah menunggu di dalam," ujar Dae Hyun. Ia segera membantu Soo Yin untuk turun dari mobil.     

Dae Hyun juga mengeluarkan beberapa oleh-oleh yang dibawanya dari Seoul untuk neneknya dari dalam bagasi. Ketika Soo Yin hendak membantu membawa barang bawaan mereka, Dae Hyun menolak karena ia tidak ingin membuat tubuh istri kecilnya kelelahan.     

Soo Yin masuk ke halaman sambil memutar tubuhnya untuk melihat sekeliling rumah. Halamannya cukup luas dengan lingkungan yang masih asri. Soo Yin senang Dae Hyun membawanya ke sana karena ia bisa merilekskan sedikit pikirannya dari kesibukan selama berada di Seoul. Jika tua nanti Soo Yin juga ingin tinggal di desa seperti ini.     

Gadis itu masih saja berdiri di halaman meski Dae Hyun sudah masuk ke dalam rumah.     

"Sayang, ayo masuk. Nenek sudah menunggu di dalam," ajak Dae Hyun agar mereka segera menemui neneknya.     

Soo Yin mengerucutkan bibirnya ketika Dae Hyun terus saja memanggilnya untuk ikut masuk padahal ia masih ingin melihat halaman rumah itu yang dipenuhi dengan berbagai tanaman bunga.     

"Temui nenek terlebih dahulu, nanti kita bisa melihat-lihat lagi," bujuk Dae Hyun dengan nada yang lebih lembut karena istrinya memasang raut wajah kesal.     

"Baiklah," ujar Soo Yin mengikuti Dae Hyun untuk masuk ke dalam ruang tamu yang benar-benar masih tradisional. Tidak ada sofa atau kursi di sana. Kita hanya bisa duduk berkumpul lesehan mengelilingi sebuah meja.     

Saat masuk ternyata Hae Sok tidak ada di ruang tamu. Ia tengah menyuruh para pelayan untuk menyiapkan jamuan untuk cucunya.     

"Dimana nenek? Katamu sudah menunggu," ujar Soo Yin. Ia kembali merasa gugup sehingga ia meremas telapak tangannya yang berkeringat. Padahal saat di luar tadi ia sudah baik-baik saja.     

"Nenek sedang ke dalam sebentar. Apa kau masih cemas?" tanya Dae Hyun.     

Soo Yin mengangguk sembari menggigit bibir bawahnya.     

"Tidak usah takut, anggap saja seperti bertemu dengan nenekmu sendiri. Lagi pula nenekku tidak akan memakan gadis secantik dirimu," ujar Dae Hyun terkekeh geli karena istrinya terus saja merasa cemas.      

"Kau ini …." Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun dengan kuat agar ia tidak bercanda.     

"Maaf, nenek ke belakang sebentar," ujar Hae Sok seraya menyunggingkan senyum ramah ketika melihat Soo Yin.     

"Selamat datang di rumah nenek," ujar Hae Sok pada Soo Yin.     

Soo Yin hanya menyunggingkan senyum tipis kemudian membungkukkan tubuhnya untuk memberi salam pada Hae Sok. Dalam hati ia berdoa semoga saja nenek suaminya kelak bisa menerimanya sebagai menantu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.