Istri Simpanan

Bab 96 - Bunjee Artpia



Bab 96 - Bunjee Artpia

0Dae Hyun memarkirkan mobilnya terlebih dahulu sebelum membukakan pintu untuk istri kecilnya. Dae Hyun membantu Soo Yin untuk turun dari mobil karena mata yang tertutup kain membuatnya agak kesulitan.     
0

"Sebenarnya kita akan kemana?" tanya Soo Yin yang sudah merasa sangat penasaran. Ia menggenggam erat pergelangan tangan Dae Hyun karena takut kalau suaminya akan berbuat macam-macam.     

Tiba-tiba terbesit dalam pikiran Soo Yin kalau dirinya akan dibuang ke jurang oleh suaminya sehingga ia menyuruhnya menutup mata. Apa suaminya berniat membuangnya setelah mendapatkan apa yang diinginkannya? Soo Yin sebenarnya sangat takut tapi kemudian ia mengenyahkan pikiran buruk itu dari kepalanya.     

"Nanti kau juga akan tahu," ujar Dae Hyun sembari terus berjalan sambil menuntun Soo Yin agar tidak terjatuh.     

"Kau tidak berniat membuangku ke jurang kan?" celetuk Soo Yin. Meski berusaha untuk tetap berpikir positif tapi tetap saja ia tetap memikirkan hal itu.     

"Ha ha ha, kau ini sangat lucu. Bagaimana mungkin aku membuang istri yang paling kucintai?" ujar Dae Hyun sembari tertawa begitu renyah. Ia tidak menyangka jika istri kecilnya akan berpikiran negatif semacam itu.     

"Ya mungkin saja karena kau sudah bosan padaku sehingga kau berniat lebih baik membuangku," sahut Soo Yin seraya mencebikkan bibirnya.     

"Sudah, jangan berpikiran bodoh semacam itu," ujar Dae Hyun.     

Tidak berapa lama kemudian Dae Hyun menghentikan langkahnya yang diikuti langkah Soo Yin yang juga berhenti. Pelan-pelan Dae Hyun mulai membuka ikatan kain di kepala yang menutupi mata istrinya.     

"Lihatlah, kalau itu bukanlah jurang," bisik Dae Hyun di telinga sang istri. Ia melingkarkan tangannya di perut Soo Yin.     

Soo Yin langsung melebarkan matanya saat melihat pemandangan yang begitu indah di sekelilingnya. Ternyata mereka saat ini berada di tengah-tengah taman bunga yang berwarna kuning. Sungguh sangat indah dan mempesona. Soo Yin berulang kali mengerjapkan matanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia seperti bermimpi dapat berdiri di tengah bunga indah seperti itu.     

"Apa kita sungguh berada di Bunjee Artpia?" tanya Soo sembari menoleh untuk memandang Dae Hyun. Meski Soo Yin belum pernah ke tempat ini sebelumnya tapi dia mendengar cerita mengenai sebuah taman bunga yang sangat terkenal dan indah di pulau Jeju. Bunjee Artpia memiliki begitu banyak jenis tanaman yang di dapat dari seluruh dunia.     

"Tentu saja," ujar Dae Hyun sembari menempelkan pipinya di pipi Soo Yin. Ia sangat senang melihat istri kecilnya yang tampak sangat bahagia seperti itu.      

"Terima kasih, kau sudah mengajakku ke tempat ini," ucap Soo Yin dengan mata berbinar-binar memandang hamparan bunga yang sangat luas. Rasanya dia ingin tinggal di sini saja.     

"Sama-sama, Sayang. Aku akan melakukan apapun yang bisa membuatmu tersenyum," ujar Dae Hyun.     

"Lalu bagaimana dengan Jo Yeon Ho? pasti dia sangat kecewa karena kita menunda pulang ke Seoul," ucap Soo Yin. Ia memiringkan kembali kepalanya ke belakang untuk menatap Dae Hyun.     

"Tidak usah dipikirkan. Nanti aku akan memikirkan cara untuk membujuknya. Yang terpenting saat ini adalah memenuhi keinginan istriku tersayang," ucap Dae Hyun seraya tersenyum. Ia tidak menyesal jika harus menunda kepulangannya ke Seoul selagi bisa membuat wajah istri kecilnya tersenyum.     

"Baiklah." Soo Yin juga benar-benar ingin menikah berada di sana walaupun hanya sebentar saja.     

Soo Yin merentangkan tangannya sembari menghirup aroma bunga yang begitu harum. Angin sepoi-sepoi membuat rambutnya berterbangan. Ia memejamkan matanya sebentar untuk menghirup lebih dalam udara yang masih segar.     

Soo Yin melepaskan diri dari pelukan suaminya karena membuat tubuhnya tidak bisa bebas bergerak. Ia kemudianberlari kesana kemari seperti kupu-kupu yang berterbangan mencari kelopak bunga untuk bertengger.     

Dae Hyun mengikuti kemanapun Soo Yin melangkah. Terkadang ia sampai tertinggal jauh dari istrinya.     

"Jangan terlalu jauh," ujar Dae Hyun terengah-engah karena Soo Yin terus berlarian mengitari taman seperti tidak merasa lelah sama sekali.     

"Sayang, cepatlah kemari!" seru Soo Yin sembari melambaikan tangannya agar Dae Hyun menghampirinya. Ia menghentikan langkahnya agar Dae Hyun tidak ketinggalan.     

"Apa kau tidak lelah sama sekali, sebaiknya kita istirahat dulu," ujar Dae Hyun yang sudah berada di dekat Soo Yin.     

"Aku tidak ingin membuang-buang waktuku di sini. Aku benar-benar ingin menikmati taman ini," ucap Soo Yin dengan wajah yang sumringah.     

Dae Hyun hanya menggelengkan kepalanya sembari menghela napas panjang.     

"Sayang, bagaimana kalau kita mengambil foto di sini?" ujar Soo Yin. Dia ingin mengabadikan momen ketika berada di Bunjee Artpia karena tidak tahu kapan mereka akan ke tempat itu lagi. Soo Yin sejak kecil sangat menyukai bunga sehingga ketika melihat bunga yang begitu luas ia merasa sangat bahagia.     

"Tentu saja," ujar Dae Hyun. Meski tidak suka berfoto namun untuk membuat istrinya senang tidak masalah jika melakukan foto sesekali.     

Mereka mengambil beberapa foto dari gaya yang berbeda-beda. Dari yang berpelukan, berpegangan tangan, bahkan ada foto ketika bibir mereka saling menyatu. Bahkan terkadang Soo Yin juga meminta bantuan oleh pengunjung lain agar memotret mereka.      

Soo Yin merasa agak lelah karena terus berlarian sehingga memilih untuk duduk sebentar di atas rerumputan di sela-sela pohon bunga.     

"Kau kelelahan?" tanya Dae Hyun yang ikut duduk di samping istrinya.     

"Hanya sedikit saja," ujar Soo Yin.     

Dae Hyun mengulurkan tangannya untuk memijat kaki istrinya. Namun Soo Yin langsung memegang pergelangan tangannya. Meski lelah namun semuanya tergantikan dengan pemandangan yang menakjubkan.     

"Aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah mengajakku ke mari," ujar Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun. Sungguh dirinya merasa seperti bulan madu yang sesungguhnya.     

Dae Hyun merengkuh pinggang istrinya kemudian memeluknya dengan erat.     

"Aku sudah membeli tanah di dekat sana. Aku ingin suatu saat nanti bisa tinggal di sini bersamamu." Dae Hyun menunjuk sebuah tempat yang berada tidak jauh dari taman itu.     

"Apa kau akan membuat rumah di sana?" tanya Soo Yin dengan wajah yang berbinar. Tiba-tiba dia membayangkan suatu saat nanti bisa tinggal bersama dengan Dae Hyun di sana tanpa ada yang menganggu. Pastilah semua itu akan terasa sangat menyenangkan.     

"Aku sudah menghubungi arsitek untuk segera membangunnya. Aku sungguh ingin tinggal di sana bersama anak-anak kita," ujar Dae Hyun sembari menempelkan bibirnya di puncak kepala Soo Yin.     

"Anak-anak?" Soo Yin mendongakkan wajahnya untuk menatap Dae Hyun. Dirinya bahkan belum terpikirkan sama sekali memiliki anak. Ia takut tidak bisa mengurus mereka.     

"Apa kau tidak ingin memiliki anak denganku?" Dae Hyun membalas tatapan Soo Yin.      

"Aku … aku hanya belum siap untuk memiliki anak. Lagi pula umurku masih 18 tahun. Rasanya masih terlalu muda jika merencanakannya sekarang," ujar Soo Yeon.     

"Memangnya kenapa? aku tidak masalah dengan itu," ujar Dae Hyun.     

"Aku ingin menikmati masa mudaku terlebih dahulu. Baru setelah itu memikirkan anak," ujar Soo Yin.     

"Kau bisa menikmati masa mudamu sambil mengurus anak kita. Jika kau menundanya terlalu lama maka aku mungkin umurku sudah terlalu tua," ucap Dae Hyun.     

"Aku tidak mau. Aku takut tidak dapat mengurusnya dengan benar. Lagi pula tidak masalah jika umurmu sudah tua," ucap Soo Yin.     

"Ayolah, Sayang. Aku sangat ingin memiliki anak bersamamu. Nanti ada pengasuh yang akan mengurus anak kita sehingga kau tidak perlu khawatir," bujuk Dae Hyun.     

"Aku akan memikirkannya nanti," ujar Soo Yin. Dia kembali hendak berdiri namun Dae Hyun justru menarik pergelangan tangannya sehingga membuatnya terjatuh ke pangkuan Dae Hyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.