Istri Simpanan

Bab 88 - Jeju Island (part 2)



Bab 88 - Jeju Island (part 2)

0"Sayang, aku sungguh minta maaf!" teriak Soo Yin sambil berlari-lari kecil mengikuti langkah Dae Hyun.     
0

Brukk ….     

Soo Yin berlari tanpa melihat pijakannya hingga ia tersandung batu karang yang tajam yang membuatnya langsung terjatuh. Ada darah yang mengalir di kakinya.     

Dae Hyun membalikkan tubuhnya saat mendengar Soo Yin terjatuh. Dia langsung bergegas menghampiri istrinya itu.     

"Kakimu terluka?" Dae Hyun berjongkok untuk memeriksanya. Ternyata ada batu karang yang menusuk telapak kakinya.     

"Apa terasa perih?" ujar Dae Hyun sembari membasuhnya dengan air laut.     

"Sedikit," ujar Soo Yin sembari menggigit bibir bawahnya.     

Dae Hyun langsung mengangkat tubuh mungil istrinya. Merasa kasihan jika harus membiarkannya berjalan sendiri menaiki tangga. Lagi pula mana mungkin dia tega membiarkan istrinya berjalan dengan kondisi kaki yang sakit.     

"Aku bisa berjalan sendiri," ucap Soo Yin sembari mengalungkan tangannya di leher.     

"Sudah, tidak usah keras kepala." Dae Hyun tidak perduli dengan Soo Yin yang terus minta untuk diturunkan.     

"Maaf, aku selalu saja membuatmu terluka," ujar Dae Hyun menatap bola mata yang selalu dirindukannya.     

"Aku juga minta maaf karena tidak percaya denganmu," sahut Soo Yin dengan penuh penyesalan. Padahal Dae Hyun sudah berulang kali menyatakan bahwa dia mencintainya.     

"Sudah, lupakan saja. Yang terpenting untuk ke depannya kau tidak boleh bersikap seperti itu," ujar Dae Hyun sembari tersenyum lembut.     

"Hmmm." Soo Yin menganggukkan kepalanya. Mulai saat ini tidak akan berpikiran negatif terhadap suaminya.     

Dae Hyun terus membopong tubuh Soo Yin hingga sampai di resort kemudian menurunkannya di sofa. Dae Hyun bergegas mencari kotak obat di dalam nakas. Setelah menemukannya Dae Hyun segera mencuci lukanya dengan alkohol kemudian memberinya obat agar lukanya cepat kering.     

"Apa kau akan mandi sekarang?" tanya Dae Hyun.     

"Nanti saja, kakiku masih terasa agak perih," sahut Soo Yin sambil meringis.     

"Kalau begitu sebaiknya kau ganti baju. Aku tidak ingin kau sakit," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Ia juga merasa tubuhnya agak dingin.     

Dae Hyun segera mengambilkan pakaian ganti untuk istri kecilnya. Setelah itu baru menghubungi pelayan agar segera mengirimkan makan malam ke resortnya.     

Tidak berapa lama kemudian para pelayan mulai menghidangkan berbagai macam menu di meja makan. Soo Yin yang memang merasa lapar langsung makan dengan lahap. Ia tidak pernah merasa malu untuk menjadi dirinya sendiri di depan Dae Hyun.     

"Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih berisi," ujar Dae Hyun yang terus memandangi istrinya. Melihatnya makan dengan lahap membuat perutnya terasa kenyang.     

"Kau juga makan yang banyak." Soo Yin mengambilkan beberapa hidangan seafood hingga piring Dae Hyun penuh.     

"Aku tidak boleh makan seafood terlalu banyak. Apa kau ingin aku menderita kolesterol?" ujar Dae Hyun ketika memandang piringnya yang seperti gunung.     

"Ah, aku lupa, kau kan sudah tua sehingga tidak boleh makan seafood terlalu banyak," ejek Soo Yin sembari tertawa menggoda. Ia mengambil kembali makanan itu kemudian meletakkan di piringnya.     

"Dasar gadis nakal!" ucap Dae Hyun dengan menggelengkan kepalanya.     

Soo Yin malah menjulurkan lidahnya ke arah Dae Hyun. Ia tidak peduli jika pria itu akan marah kepadanya. Lagi pula itu memang fakta sebenarnya.     

"Bagaimana pekerjaanmu? lebih menyenangkan bekerja denganku atau dengan adikku?" tanya Dae Hyun sekedar ingin tahu sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.     

"Adikmu sangat aneh, dia membawakan bunga dan coklat setiap hari untukku katanya sebagai ucapan terima kasih karena telah membantunya," sahut Soo Yin dengan jujur. Gadis itu tidak menyadari jika Kim Soo Hyun memiliki perasaan terhadap dirinya.     

"Apa kau memakan cokelatnya?" Ada rasa cemburu saat adiknya begitu gencar melakukan pendekatan terhadap istrinya. Ternyata membawa Soo Yin ke pulau Jeju bersamanya sangatlah tepat. Dengan begitu adiknya tidak akan memiliki kesempatan.     

"Aku mengumpulkannya di laci. Nanti akan kuberikan kepada Jean," ujar Soo Yin yang sudah selesai makan. Ia mulai mengusap mulutnya yang belepotan menggunakan tidur.     

"Untuk apa kau memberikannya pada Jean?"     

"Kau tahu saat malam setelah bertemu dengan Tuan Takashi? ternyata Jean dan Kim Soo Hyun kencan di restoran yang sama. Itu mengapa aku bisa bertemu dengan mereka dan Kim Soo Hyun memaksaku untuk diantarkan pulang hanya saja aku ketiduran," ucap Soo Yin menjelaskan panjang lebar mengenai malam itu.     

Sepertinya Dae Hyun harus memberi peringatan pada saudaranya agar tidak mempermainkan perasaan wanita. Jangan sampai Kim Soo Hyun mendekati Jean hanya untuk mendapatkan Soo Yin. Dia tidak akan membiarkan Jean menjadi korban.     

"Apa kau minta diantar ke villa?" tanya Dae Hyun.     

"Tentu saja tidak, aku minta diantar ke kontrakan yang dulu pernah  kutinggali," ucap Soo Yin seraya tertawa.     

Tiba-tiba ponsel Dae Hyun berdering. Inilah yang selalu membuatnya kesal, ada saja orang yang menghubungi di saat bersama seperti ini. Dia membiarkan saja ponselnya berdering beberapa kali tanpa ada niat untuk menjawabnya.     

"Kenapa tidak dijawab?" tanya Soo Yin.     

"Biarkan saja, aku tidak ingin ada yang menganggu di saat bersama denganmu." Dae Hyun meraih tangan Soo Yin yang berada di atas meja.     

"Aku tidak apa-apa. Angkatlah, barang kali itu telepon penting," ujar Soo Yin sembari meremas jemari Dae Hyun.     

Dae Hyun mendengus kesal tapi  kemudian berdiri dan melangkahkan kakinya ke kamar. Karena ponselnya berada di atas nakas yang terletak di samping ranjang. Dia mengeraskan volume suaranya sehingga bisa terdengar sampai luar.     

Menunggu Dae Hyun yang tengah menjawab panggilan, Soo Yin memilih merapikan meja agar tidak berantakan. Ini bisa meringankan sedikit kerja pelayan.      

Sosok Kim Nam melintas di benaknya.     

"Bukankah Ayah tinggal di pulau Jeju? tapi aku tidak tahu alamatnya karena Ayah tidak pernah memberitahukan kepadaku," gumam Soo Yin sembari menggigit ujung kukunya.     

"Sayang, biarkan pelayan saja yang melakukannya," ujar Dae Hyun yang membuyarkan Soo Yin dari lamunannya yang baru beberapa menit.     

"Oh, tidak apa-apa. Aku hanya membantu sedikit saja. Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Soo Yin sembari menautkan kedua alisnya.     

Dae Hyun menghela napas panjang.     

"Orang yang menjual tanahnya meminta aku berkunjung malam ini ke rumahnya," sahut Dae Hyun dengan tatapan yang tidak enak.     

"Pergilah, aku tidak apa-apa di sini sendirian," ujar Soo Yin.     

"Tapi berjanjilah kau akan tetap berada di sini dan tidak akan pergi kemanapun?" ucap Dae Hyun yang mencemaskan takut istrinya akan pergi.     

"Tentu saja, aku tidak akan kemana-mana." Soo Yin mengacungkan cari kelingkingnya yang langsung dikaitkan oleh Dae Hyun.     

"Mandi dan istirahatlah! bajumu sudah ada di dalam." Dae Hyun mengecup puncak kepala Soo Yin dengan lembut.     

"Baiklah, hati-hati dan jangan terlalu malam kembali," ucap Soo Yin yang melambaikan tangannya ke arah Dae Hyun yang perlahan menghilang di kegelapan malam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.