Istri Simpanan

Bab 75 - Kejutan



Bab 75 - Kejutan

0Pagi ini Soo Yin berangkat lebih awal. Akhir-akhir ini setiap tidur tanpa Dae Hyun di sampingnya dia merasa sulit untuk memejamkan matanya. Soo Yin segera masuk namun kondisi ruangan masih sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Dae Hyun sehingga gadis itu bergegas ke mejanya.     
0

Ada satu buket bunga mawar putih terletak di meja beserta dengan coklat yang diikat dengan pita berwarna merah muda. Soo Yin segera mengambilnya untuk mengetahui siapa penulisnya.     

Ternyata ada sebuah kertas yang terlipat di tengah-tangah bunga. Soo Yin merasa sangat penasaran sehingga langsung membukanya. Ternyata kertas itu berisi sebuah kata-kata.     

Kau seperti senja     

Meski hadir hanya sekejap namun begitu indah dan orang akan selalu memandangmu     

Kau seperti air yang selalu dibutuhkan dalam hidup ini     

Aku sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu denganmu.     

Memandang wajahmu membuat hatiku berdebar-debar tak menentu     

Tahukah kau jika setiap malam aku selalu memimpikan bisa hidup bersamamu?     

Memiliki anak-anak yang lucu bersamamu     

Membesarkan mereka dengan penuh cinta kasih kita berdua     

Maukah kau mendampingi hidupku?     

Dariku yang selalu mencintaimu     

Soo Yin senyum-senyum sendiri ketika membacanya. Sungguh tidak menyangka jika suaminya bisa membuat kata-kata yang mampu meluluhkan hatinya. Meskipun memang agak berantakan kata-katanya. Walaupun tidak tertera dengan jelas siapa penulisnya namun Soo Yin yakin jika semua itu adalah dari suaminya.     

Soo Yin menghirup aroma bunga sembari senyum merekah. Gadis itu sangat senang karena pagi-pagi sudah diberi kejutan bunga oleh suaminya. Dia kemudian menata bunga tersebut di atas meja.     

"Pagi, Sayang," sapa Dae Hyun sembari memeluk Soo Yin dari belakang. Merasa sangat rindu karena ketika lembur tidak ditemani olehnya.     

"Pagi," ujar Soo Yin dengan memiringkan tubuhnya untuk menatap Dae Hyun.     

"Terima kasih." Dengan wajah yang memerah Soo Yin mengecup pipi suaminya membuat Dae Hyun membelalakan mata. Sungguh senang istri kecilnya kini sedikit lebih agresif.     

"Hari ini kau terlihat sangat bahagia," ujar Dae Hyun.     

"Tentu saja karena sepagi ini kau sudah memberikanku bunga dan coklat," ucap Soo Yin sembari menyunggingkan senyum.     

"Bunga?" Dae Hyun tidak mengerti apa maksud istrinya karena dia sama sekali tidak memberi bunga.     

"Bukankah bunga ini kau yang mengirimnya?" Soo Yin mengambil bunga itu dan menghirupnya kembali.     

"Oh, ini ... ya tentu saja aku yang mengirimnya." Dae Hyun terpaksa berbohong karena tidak ingin membuat istrinya sedih. Padahal selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya untuk mengirim coklat dan bunga di pagi hari.     

Nanti dirinya akan mencari tahu siapa sebenarnya yang mengirimkan bunga itu. Sungguh dirinya saat ini merasa sangat bersalah. Tiba-tiba teringat jangan-jangan yang mengirimnya adalah Kim Soo Hyun.     

"Tidak kusangka kau pandai merangkai kata-kata. Dari mana kau belajar?" tanya Soo Yin.     

"Kata-kata?"     

"Bukankah ini kau yang menulisnya? atau jangan-jangan kau menyuruh orang lain yang menulis?" ujar Soo Yin sembari memperlihatkan kertas tersebut hingga Dae Hyun dapat membacanya sekilas karena Soo Yin menutupnya kembali.     

"Tentu saja itu tulisanku. Saat sekolah aku sangat menyukai sastra," ujar Dae Hyun. Fakta yang sebenarnya dia sangat membenci sastra karena membuatnya pusing harus mengarang.     

Tidak salah lagi kalau ini pasti dari Kim Soo Hyun karena dia terkenal sangat pandai meluluhkan hati wanita dengan puisinya.     

"Sayang, apa aku ada jadwal ke luar hari ini?" tanya Dae Hyun berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin terlalu banyak berbohong pada istrinya. Semoga saja Kim Soo Hyun tidak mengatakannya.     

Soo Yin segera melihat jurnal karena tidak ingat jadwal suaminya sama sekali. Karena sering kali Chang Yuan yang mengurusnya     

"Malam ini ada makan malam dengan Tuan Takashi, hanya itu saja. Apa semalam kau tidak jadi lembur?" ujar Soo Yin yang sangat penasaran.     

"Tidak, aku hanya sebentar saja lemburnya. Aku malas jika Aeri yang menemaniku. Aku lebih suka kau yang menemani," ujar Dae Hyun sembari memeluk kembali tubuh istrinya. Menelusupkan kepalanya di rambut Soo Yin.     

Soo Yin merasa geli dengan hembusan napas Dae Hyun di tengkuknya. Beruntung tiba-tiba ponselnya bergetar sehingga Soo Yin segera melepaskan diri dari pelukan Dae Hyun. Ternyata Jean yang mengirimkan sebuah pesan.     

[Soo Yin, aku ingin bertemu denganmu] tulis Jean.     

[Ok, nanti siang kita bertemu di kantin] balas Soo Yin kemudian meletakkan ponselnya kembali di atas meja.     

"Siapa?" tanya Dae Hyun penasaran.     

"Jean mengajakku untuk bertemu, sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan," sahut Soo Yin.     

"Aku kira pria lain," ujar Dae Hyu.     

Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun sembari mencebikkan bibirnya.     

"Aduh!" seru Dae Hyun.     

"Maka dari hilangkan pikiran burukmu itu. Cepat selesaikan pekerjaan yang menumpuk itu," gerutu Soo Yin.     

Dae Hyun mengecup bibir Soo Yin sekilas kemudian segera pergi ke tempat duduknya. Dia takut istrinya akan mencubitnya lagi.     

===========================     

Sesuai janjinya dengan Jean, Soo Yin segera ke kantin setelah waktu makan siang. Soo Yin memandang Jean yang tengah duduk melamun sembari menggigit bibir bawahnya.     

"Jean?" panggil Soo Yin seraya memegang bahu sahabatnya itu.     

"Hai, kau sudah datang rupanya." Jean tampak terkejut oleh kehadiran Soo Yin.     

"Ada apa? kau nampak sangat resah?" tanya Soo Yin sambil meletakkan nampan di meja.     

"Aku ... aku ... aku diajak makan malam oleh seseorang," ucap Jean dengan terbata.     

"Sungguh? katakan padaku pria mana yang mengajakmu?" Soo Yin sangat bersemangat ketika mendengar kabar baik itu.     

"Lain kali aku akan mengatakannya padamu. Soo Yin, aku tidak tahu harus memakai baju seperti apa?" Sebenarnya Jean ingin memberitahukan yang sebenarnya namun dirinya sudah berjanji untuk merahasiakan semuanya.     

"Jadi kau tidak mau mengatakan pria itu padaku?" Soo Yin terlihat kecewa karena tidak mengetahui siapa orangnya.     

"Bukan begitu, tentu saja aku pasti akan memberitahumu tapi tidak sekarang karena kami baru saja kenal," ujar Jean.     

"Jadi kalian baru kenal?" tanya Soo Yin.     

Jean menganggukan kepalanya.     

"Namun aku tidak memiliki baju." Jean menundukkan kepalanya, dirinya tidak punya cukup uang untuk membeli sebuah gaun.     

"Tidak perlu khawatir, aku punya beberapa. Nanti kau bisa memakainya," ujar Soo Yin.     

"Benarkah? dari mana kau mendapatkannya?"     

"Aku membelinya dahulu ketika masih ada Ayah," sahut Soo Yin sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Kalau begitu setelah pulang nanti aku akan ke kontrakanmu," ujar Jean dengan wajah yang sumringah.     

"Tidak usah, nanti sore aku akan mengambilnya karena aku juga akan menemani Tuan Dae Hyun makan malam bersama dengan salah satu relasinya." Soo Yin menjawab dengan cepat. Dia lupa kalau Jean tidak mengetahui jika sudah pindah.     

"Baiklah, terima kasih sudah mau membantuku," ucap Jean.     

"Tidak usah sungkan aku akan membantu jika kau perlu bantuan," sahut Soo Yin. Dia merasa senang jika bisa membantu sahabatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.