Istri Simpanan

Bab 61 - Meminta maaf



Bab 61 - Meminta maaf

0Sebagai seorang pria kadang harus dituntut untuk mengerti perasaan wanita. Karena kebanyakan wanita ingin agar pria mengetahui apa maunya tanpa mau mengungkapkannya.     
0

~Dae Hyun~     

:two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts::two_hearts:     

Tanpa pikir panjang Dae Hyun langsung bergegas menuju villa Pyeongchang-dong. Percuma menghubungi Soo Yin karena sejak pagi ia mengirim pesan namun tidak ada balasan. Bahkan pesanpun sepertinya tidak dibuka.     

Dae Hyun membanting pintu mobil kemudian langsung berjalan cepat masuk ke dalam villa. Suasana tampak sunyi. Baru saja hendak menaiki tangga ternyata Bibi Xia muncul.     

"Bibi, di mana istriku?" tanya Dae Hyun.     

"Nona ada di kamarnya, Tuan," ujar Bibi Xia.     

"Apa istriku baik-baik saja?"     

"Hmmm, Nona ...." Bibi Xia sejenak ragu untuk menjawabnya.     

"Baiklah, aku akan segera ke atas untuk melihatnya," ujar Dae Hyun yang sudah tidak sabar untuk melihat keadaan istrinya.     

"Tunggu, Taun. Bisakah kita bicara sebentar?" ujar Bibi Xia saat melihat Dae Hyun akan menaiki tangga. Dirinya tidak ingin kesalahpahaman dan ketidakpekaan Dae Hyun membuat hubungan mereka menjadi renggang seperti ini. Terlebih tadi ketika melihat Soo Yin yang matanya sembab menandakan semalam habis menangis. Bibi Xia semakin tidak tega jika Dae Hyun melukai perasaan gadis itu.     

"Ada apa?" tanya Dae Hyun sembari memegang pinggiran tangga.     

"Silahkan, Tuan." Bibi Xia menyuruh agar duduk Dae Hyun duduk di sofa. Tidak enak rasanya jika mengobrol dengan berdiri. Terlebih lagi ini menyangkut dengan Soo Yin.     

Dae Hyun melangkahkan kakinya menuju sofa. Melihat ekspresi Bibi Xia sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan.     

"Tuan, saya ingin bertanya mengenai kemarin pagi. Apakah Tuan tidak sarapan bersama dengan Nona kemarin pagi?" ujar Bibi Xia dengan hati-hati.     

"Tidak, memangnya kenapa?" Dae Hyun semakin tidak mengerti apa hubungannya sarapan dengan Soo Yin.     

"Nona kemarin belajar memasak dengan usaha yang cukup keras. Bekal yang dibawa kemarin adalah buatannya. Nona mengatakan kalau ingin sarapan berdua dengan anda," ujar Bibi Xia dengan sopan.     

"Ya ampun!" Dae Hyun menepuk jidatnya. Teringat kalau ia menyuruh Soo Yin untuk memberikannya pada Kim Soo Hyun. Pantas saja dia jadi cuek dan terlihat marah. Dae Hyun merasa sangat bodoh karena tidak menyadari semua itu.     

"Kalau begitu saya minta izin untuk ke luar sebentar," ujar Bibi Xia.     

"Baiklah, Bibi." Dae Hyun sudah mengetahui jika Bibi Xia pasti ingin mengunjungi keluarganya.     

Dae Hyun segera naik ke atas dengan berlari hingga napasnya terengah-engah.     

Ceklek...     

Pintu terbuka dari luar. Soo Yin memang masih membenamkan tubuhnya di bawah selimut. Hanya tersisa kepalanya saja yang menghadapi ke samping dengan tangan kiri sebagai bantal. Meski sudah tidak mengantuk namun Soo Yin masih malas untuk bangun.     

Suara langkah kaki Dae Hyun semakin terdengar mendekat.     

'Siapa itu? tidak mungkin Bibi Xia. Kalau Bibi Xia pasti sudah mengetuk pintu,' ~ batin Soo Yin yang tengkurap sembari pura-pura memejamkan mata saat merasakan ada seseorang yang duduk di sampingnya.     

Soo Yin mengenali aroma parfum yang begitu semerbak di indra penciumannya. Itu adalah parfum milik Dae Hyun.     

"Kau masih tidur?" Dae Hyun mengusap puncak kepala Soo Yin dengan sangat lembut.     

'Untuk apa dia kemari?' ~ batin Soo Yin.     

"Sayang, maafkan aku. Aku memang pria yang tidak pernah bisa mengerti perasaan wanitanya." Suara Dae Hyun terdengar begitu sedih.     

'Baru nyadar ternyata dia,' ~ batin Soo Yin tetap tanpa membuka matanya. Ingin tau apa yang akan dilakukan pria itu.     

Dae Hyun mengusap pipi mulus istrinya. Membuat Soo Yin merasa risih. Ia tidak tahan jika Dae Hyun memperlakukannya seperti ini.     

"Sayang, bangunlah. Apa kau tidak merindukanku?" Dae Hyun menaruh rambut Soo Yin yang menutupi wajahnya ke belakang telinga. Mengecup puncak kepala istrinya untuk beberapa saat.     

Soo Yin tidak ingin membuka matanya yang bengkak akibat menangis semalam. Entah kenapa dirinya tiba-tiba menjadi cengeng seperti itu.     

"Aku sangat lapar. Apa kau tidak mau memasak untukku? apa kau ingin aku mati kelaparan?" ujar Dae Hyun. Mengetahui kalau sebenarnya Soo Yin pura-pura tertidur. Jika memang gadis itu tidur mana mungkin dia dapat mendengar detak jantungnya yang seperti melompat-lompat saat mengecup puncak kepalanya tadi.     

Soo Yin mengangkat kedua tangannya. Pura-pura meregangkan otot+otot tubuhnya. Tindakan khas yang dilakukan orang sehabis tertidur. Menguap sembari menutupi mulut dengan telapak tangannya. Menarik selimut hingga menutupi kepalanya.     

Tidak ada respon dari Soo Yin akhirnya Dae Hyun segera bangkit kemudian meninggalkan kamar. Mungkin gadis itu memang benar-benar sangat lelah dan masih mengantuk.     

Setelah mendengar suara pintu tertutup. Soo Yin segera membuka selimut yang menutupi kepalanya. Duduk di tepi ranjang sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Hanya segitu saja usahanya?" gerutu Soo Yin tidak habis pikir jika suaminya seperti itu. Segera bangkit sembari menyibak selimutnya dari tubuhnya hingga memperlihatkan tubuhnya yang hanya memakai lingerie berwarna hijau muda di atas paha. Melemparkan selimut ke atas ranjang, ingin pergi ke kamar mandi. Sebenarnya Soo Yin merasa tidak nyaman. Toh, karena dia juga tidur sendirian sehingga tidak masalah baginya.     

Ceklek ...     

Pintu kembali terbuka. Ternyata Dae Hyun memang sengaja pergi agar Soo Yin bangun. Namun begitu masuk dirinya disuguhkan dengan pemandangan tubuh seksi Soo Yin. Setelah semalam hampir saja tergoda. Kini Dae Hyun harus menahannya lagi.     

"Untuk apa kau kembali?" Soo Yin sontak terkejut dengan kehadiran Dae Hyun, segera mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. Tidak habis pikir jika Dae Hyun kembali memasuki kamar. Ia pikir pria itu sudah pergi karena tadi mendengar suara mobilnya.     

Dae Hyun berjalan masuk ke dalam kamar namun dirinya kali ini menuju ruang ganti untuk mengambil sesuatu.     

Soo Yin merasa heran dengan suaminya, ia sedikit melongokkan kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan oleh Dae Hyun.     

'Apa mungkin dia kembali untuk mengambil pakaiannya?' ~ batin Soo Yin namun kemudian segera menggelengkan kepalanya. Untuk apa mengambilnya kalau hartanya sebanyak itu.     

Tak lama kemudian Dae Hyun membawa sebuah mantel. Berjalan mendekati Soo Yin hingga wajah mereka sangat dekat. Soo Yin beringsut mundur sembari terus memegang selimut.     

"Arghh," teriak Soo Yin saat Dae Hyun menyibak selimut dari tubuhnya. Refleks Soo Yin langsung menutupi bagian dadanya yang terbuka dengan kedua tangan.     

"Pakailah." Dae Hyun memakaikan mantel untuk menutupi tubuh molek istrinya. Dirinya takut tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Melihatnya seperti itu membuat kepalanya terasa berdenyut. Jika saja hubungan mereka tengah baik-baik saja sebisa mungkin akan mencoba untuk merayunya.     

Soo Yin mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah Dae Hyun.     

"Untuk apa kau datang kemari?" ujar Soo Yin dengan nada ketus.     

"Tentu saja untuk menemui istriku," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin. Ingin rasanya saat ini memakannya. Namun dirinya tidak boleh gegabah karena istrinya masih marah.     

"Pergilah! bukankah pekerjaanmu sangat banyak?" ujar Soo Yin sembari memalingkan wajahnya ke arah jendela. Tidak ingin menampakkan matanya yang sembab akibat menangis semalam.     

"Aku tidak akan pergi sebelum kau memaafkanku." Dae Hyun memegang pergelangan tangan Soo Yin.     

"Tidak ada yang perlu dimaafkan."     

"Maaf, aku benar-benar minta maaf." Dae Hyun menarik tangan Soo Yin hingga tubuh gadis itu menempel di dadanya. Mendekapnya dengan sangat erat. Menyesal dengan kebodohan yang dilakukannya.     

Soo Yin terdiam, sebenarnya juga ingin membalas pelukan suaminya. Namun egonya dan kekesalan di hatinya membuatnya tidak ingin melakukannya. Membiarkan tangannya menggantung di sisi tubuhnya.     

Dae Hyun menyadari jika Soo Yin tidak seperti biasanya. Ternyata sangat susah meluluhkan wanita yang merajuk. Namun Dae Hyun mengerti dengan sikap istrinya yang seperti itu. Usia yang masih terlalu muda baginya untuk mengarungi bahtera rumah tangga.     

Bersambung....     

Sekian dulu kelanjutannya... :grinning_face_with_smiling_eyes::grinning_face_with_smiling_eyes::grinning_face_with_smiling_eyes:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.