Istri Simpanan

Bab 31 - Bertemu Aeri



Bab 31 - Bertemu Aeri

0Soo Yin berjalan kaki menikmati malam di perumahan Namsangol Hanok. Banyak rumah yang masih tradisional. Malam ini sangat indah ditemani dengan lampu jalan yang bercahaya.     
0

Brukkkk...     

Soo Yin tanpa sengaja menabrak tubuh seseorang hingga membuat mereka terjatuh ke tanah. Gadis itu berusaha untuk bangun sambil mengusap roknya yang berdebu.     

"Anda tidak apa-apa?" Setelah berhasil bangun Soo Yin mengulurkan tangannya untuk membantu seorang wanita.     

"Kau?" Wanita tersebut membelalakan mata namun segera tetap tenang.     

"Nona Aeri?" Soo Yin tak kalah terkejutnya jika yang ditabraknya barusan adalah istri pertama Dae Hyun.     

'Apa yang dilakukannya di sini? bukankah Dae Hyun bilang Aeri sedang keluar negeri?' ~ batin Soo Yin sembari memandang seorang pria yang berada di belakang Aeri.     

"Apa yang anda lakukan di sini? bukankah seharusnya masih di luar negeri?" tanya Soo Yin sembari mengerutkan dahinya.     

"Aku ... aku hanya singgah di tempat saudaraku setelah perjalanan pulang. Kenalkan ini adalah saudara iparku," ucap Aeri yang terbata.     

Soo Yin hanya bersalaman dengan membalas senyuman. Matanya terus mengamati mereka berdua yang sama sekali tidak mirip.     

"Soo Yin, aku mohon jangan katakan pada Dae Hyun kalau kita bertemu di sini." Aeri memegang tangan Soo Yin dengan wajah memelas.     

"Memangnya kenapa?" tanya Soo Yin.     

"Dia pasti akan memarahiku. Dia tidak suka kalau aku mengunjungi keluargaku." Aeri memeluk tubuh Soo Yin sembari terisak-isak.     

"Baiklah." Soo Yin menepuk punggung Aeri untuk menenangkannya. Merasa kasihan dengan Aeri. Meski belum yakin apa yang dikatakannya benar.     

Aeri berpamitan pergi setelah berhasil meyakinkan Soo Yin agar tidak memberitahukannya pada Dae Hyun.     

Soo Yin kembali ke rumah yang sudah di sewa oleh Mr. Peter. Ternyata semua orang belum tidur. Mereka masih menikmati suasana malam sambil menikmati minuman khas Korea yaitu Soju. Yang terbuat dari beras memiliki cita rasa agak manis dan encer. Mi Na juga bergabung di sana dengan beberapa orang yang tidak di kenalnya.     

"Soo Yin, apa kau tidak mau bergabung dengan kami?" ajak Mi Na.     

"Terima kasih, aku sudah merasa ngantuk." Soo Yin pura-pura menguap agar Mi Na percaya.     

"Baiklah, nanti aku akan menyusul," ujar Mi Na sembari melambaikan tangannya.     

Soo Yin segera masuk ke dalam kamar. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Memainkan ponsel di atas mulutnya.     

Derrtt...     

Derrtt...     

Ponselnya bergetar. Soo Yin memeriksa siapa yang memanggilnya malam-malam seperti ini. Ternyata nomornya tidak diketahui.     

"Hallo, Soo Yin, ini ayah." Ternyata Kim Nam yang menghubunginya.     

"Ayah, kenapa tidak pernah menghubungiku? aku sudah beberapa kali menghubungi nomor Ayah tapi tidak aktif," ujar Soo Yin dengan nada manja.     

"Maaf, di sini susah sekali mencari jaringan. Apa kau baik-baik saja?" tanya Kim Nam.     

"Aku baik-baik saja. Bagaimana kabar Ayah? kapan kembali lagi ke Seoul?"     

"Belum tau. Ayah masih ingin berada di sini. Bagaimana kabar suamimu?" Kim Nam hanya berharap kalau hubungan mereka baik-baik saja.     

"Ah, dia baik-baik saja."     

"Hmmm, ayah ingin meminta bantuan. Bisakah kau mengirimkan uang untuk ayah?" Kim Nam merasa tidak enak saat mengatakannya. Namun tidak ada pilihan lain lagi.     

"Tentu saja. Aku senang bisa membantu ayah," ujar Soo Yin.     

Setelah mengobrol cukup lama Soo Yin segera mengakhiri panggilan karena hari ini sudah cukup lelah.     

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°     

Gara-gara bertemu dengan Soo Yin terpaksa Aeri harus pulang ke UN Village malam itu juga. Takut kalau gadis itu mengadu pada Dae Hyun. Saat tiba di rumah jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.     

Aeri mencari keberadaan Dae Hyun di kamar mereka namun tidak menemukannya. Di ruang kerjanya juga tidak ada.     

Tidak ada tempat lain lagi, Aeri langsung menuju ke kamar putranya. Setiap pulang ke rumah itu pasti Dae Hyun tidur di sana. Mereka jarang sekali bersama.     

Menyesal juga karena sudah menikah dengan pria itu. Andaikan Dae Hyun miskin dirinya juga tidak akan pernah mau menikah dengannya. Semua ini dilakukan untuk menunjang karirnya. Menikah dengan orang kaya lebih mudah terkenal. Dari sanalah Aeri memanfaatkan keadaan.     

Satu kesalahan fatal pernah saat Jo Yeon Ho berumur empat tahun dirinya hampir ketahuan karena telah menggelapkan dana hotel. Dae Hyun hampir saja menceraikannya kalau Jo Yeon Ho tidak ada. Pria itu memang sangat menyayangi putranya. Jo Yeon Ho hanya satu-satunya alasan Dae Hyun tidak menendangnya dari rumah ini.     

Aeri menyalakan lampu kamar Jo Yeon Ho. Menyilaukan mata Dae Hyun sehingga membuka matanya.     

"Hai, maaf aku membangunkanmu," ujar Aeri menebar senyuman.     

"Kau sudah pulang? bukankah seharusnya tiga hari lagi?" tanya Dae Hyun yang sudah duduk bersandar di sisi ranjang.     

"Aku sudah rindu pada kalian," ucap Aeri sembari membelai wajah putranya.     

"Baguslah kalau merindukan Jo Yeon Ho. Sejak tadi dia ingin berkata ingin berjumpa dengan ibunya. Hati-hati kau akan membangunkannya nanti." ujar Dae Hyun.     

"Maafkan ibu, Sayang." Aeri memeluk tubuh putranya yang sudah terlelap.     

"Perhatikanlah Jo Yeon Ho mulai sekarang. Jangan sampai beranggapan kalau ibunya telah melupakannya karena terlalu sibuk," pinta Dae Hyun. Bagaimanapun juga putranya butuh kasih sayang seorang ibu.     

"Baiklah, mulai sekarang aku akan mengurangi kegiatanku di luar," ucap Aeri.     

Dae Hyun bangkit dari ranjang kemudian segera ke luar. Enggan mendengarkan omong kosong dari Aeri. Sudah sekian lama mengatakan akan berhenti dari karirnya. Akan mengurus dia dan putranya. Bukan membatasi kegiatannya, namun Aeri terlalu sering di luar dari pada di rumah. Saat datang ke suatu acara bahkan seringkali datang sendiri sedangkan yang lain datang bersama istrinya. Dia bukan pria bodoh yang selalu percaya dengan ucapannya. Terlebih lagi kini ada Soo Yin yang mengisi hatinya.     

Sudah sekian lama Dae Hyun mencoba mengerti dengan Aeri. Mencoba mencintainya meski sangat sulit untuk dilakukan hingga akhirnya bosan dengan usahanya.     

Aeri mengikuti langkah Dae Hyun ke kamar mereka. Memeluknya dari belakang. Dae Hyun mencoba untuk melepaskan tangan Aeri yang melingkar di pinggangnya.     

"Sayang, aku merindukanmu," ujar Aeri.     

"Kau pasti lelah, tidurlah hari sudah larut." Dae Hyun langsung berbaring di ranjang. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Saat ini ada hati yang harus dijaga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.