Istri Simpanan

Bab 34 - Terlihat Aneh



Bab 34 - Terlihat Aneh

0Bunyi alarm berulang kali menggema di di ruangan. Namun Soo Yin hanya meraihnya kemudian mematikannya lagi. Tubuhnya terasa sangat lelah dan tidak bersemangat. Gadis itu baru bisa tidur setelah pukul satu dini hari tadi.     
0

Jika tidak ada Dae Hyun tidak perlu memasang alarm karena ada yang dengan penuh rasa sabar membangunkannya.     

Soo Yin mengerjapkan kedua matanya sembari menutupi matanya dengan tangan. Merasa silau terkena mentari pagi. Segera teringat kalau pagi ini harus mengikuti Dae Hyun rapat bersama dengan Peter Anderson untuk membahas kerja sama.     

Soo Yin segera duduk namun membaringkan tubuhnya lagi di ranjang. Hari ini sungguh tidak bersemangat dan tidak ingin pergi kemana-mana.     

Tiba-tiba senyum-senyum sendiri mengingat makan malam romantis bersama dengan suaminya semalam. Meraba kalung yang melingkar di lehernya kemudian mengecup liontinnya.     

Dia tidak ingin terburu-buru berangkat kerja karena tidak mungkin suaminya akan marah jika mendengar alasannya. Toh Dae Hyun juga tidak memaksanya untuk melakukan pekerjaan. Tidak perlu melakukan apapun yang terpenting berada di sampingnya. Itulah yang selalu diucapkan Dae Hyun.     

Soo Yin segera mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Memeriksa pesan dan panggilan namun tidak ada panggilan dari Dae Hyun. Ada keinginan untuk menghubunginya namun Soo Yin mengurungkan niatnya. Barangkali Dae Hyun sedang sibuk.     

'Bagaimana kabar Jo Yeon Ho? semoga saja dia baik-baik saja,' ~ batin Soo Yin sembari menggigit ujung ponselnya.     

Tapi perasaannya gelisah. Takut terjadi sesuatu pada Jo Yeon Ho. Namun ada juga pikiran kalau itu hanya alasan Aeri agar Dae Hyun segera pulang.     

Membayangkan kalau mereka bermalam bersama, membuat hatinya terasa panas. Gadis itu membuang selimut yang menutupi tubuhnya ke lantai. segera bangun langsung menuju kamar mandi karena sudah pukul delapan pagi.     

Memilih pakaian yang sedikit modis agar bisa mengimbangi penampilan Aeri. Mengenakan rok coklat di atas lutut dan baju putih yang membuatnya terlihat seksi. Yang tadinya hanya memakai lipstik tipis-tipis Soo Yin kini mengaplikasikannya agak tebal seperti yang diajarkan oleh Doo Jin. Mencoba memakai eyeliner dan juga maskara. Membuat penampilannya sedikit berbeda dari biasanya.     

Setelah bersiap-siap Soo Yin segera turun ke bawah untuk berpamitan pada Bibi Xia terlebih dahulu.     

"Bibi, aku berangkat dulu," ujar Soo Yin dengan wajah yang ceria sembari memakai kaca mata hitam yang sudah dipersiapkan.     

"Nona." Bibi Xia melongo. Memandang Soo Yin dari atas hingga bawah. Ini tidak seperti biasanya berpenampilan seperti itu. Bibi Xia mengucek matanya, takut salah lihat. Mengira Soo Yin namun ternyata bukan.     

"Bibi!" Soo Yin menggerakkan telapak tangannya ke atas ke bawah tepat di depan wajah Bibi Xia karena wanita paruh baya itu malah termenung seperti tidak sadarkan diri.     

"Apa Nona sakit?" Bibi Xia segera tersadar kemudian menyentuh dahi Soo Yin. Siapa tahu salah minum obat sehingga membuatnya seperti itu.     

"Bibi, apa penampilanku aneh?" Soo Yin mengerucutkan bibirnya.     

"Tidak, Nona sangat cantik. Tapi kenapa anda tiba-tiba merubah penampilan?" tanya Bibi Xia. Ingin mengatakan kalau riasan wajahnya agak berlebihan namun takut membuatnya sedih. Kemaren Soo Yin menyuruh Bibi Xia untuk mengganti pakaian di lemari dengan yang lebih sopan. Tapi kenapa hari ini justru memakainya.     

"Aku ingin seperti Aeri. Aku pergi dulu, Bibi." Soo Yin segera berjalan berlenggak lenggok seperti model. Perlahan menghilang di balik pintu.     

Bibi Xia yang menyaksikan penampilan baru Soo Yin hanya menggelengkan kepala. Meski sedikit berlebihan namun itu pertanda kalau gadis itu tidak ingin kalah dari Aeri.     

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°     

The Silla Seoul Hotel.     

Soo Yin ke luar dari mobil. Kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya membuat semua orang pangling. Angin yang berhembus membuat rambut bergelombangnya berterbangan. Tangannya melambai kepada semua orang yang ditemuinya.     

"Soo Yin, ada apa denganmu hari ini? hampir saja aku meminta berfoto denganmu. Kukira kau tadi artis." Jean terkekeh geli memandang sahabatnya.     

"Apa aku terlihat aneh?" tanya Soo Yin. Merasa kesal dengan Jean yang menertawakan penampilannya.     

"Kau cantik, hanya saja sedikit berlebihan," ujar Jean berusaha untuk tidak tersenyum.     

"Apa maksudmu?" tanya Soo Yin tidak mengerti apa yang berlebihan di tubuhnya.     

"Kau lebih pantas pergi ke pesta dari pada bekerja." Jean mengeluarkan cermin dari tasnya. Menyodorkannya ke wajah Soo Yin.     

Soo Yin memandang wajahnya di cermin. Memang sedikit aneh dan berantakan. Lipstiknya juga terlalu tebal.     

"Ya sudah, aku pergi dulu." Soo Yin langsung melangkahkan kakinya masuk lift meninggalkan Jean. Niatnya untuk berubah justru membuatnya terlihat aneh. Mengambil tisue yang ada di dalam tasnya. Segera mengusap bibirnya dengan kasar. Sungguh hari ini begitu memalukan.     

Soo Yin langsung masuk ke ruang kerjanya. Menelungkupkan wajahnya di atas meja. Dirinya ingin pergi saja dari dunia ini.     

Dae Hyun menghampiri Soo Yin. Khawatir gadis itu marah karena semalam telah meninggalkannya.     

"Sayang, maafkan aku. Aku tidak bermaksud meninggalkanmu. Jo Yeon Ho memang demam." Dae Hyun berdiri di depan Soo Yin. Berusaha menarik tangan yang menutupi wajahnya.     

"Aku tidak marah, tapi sebaiknya kau pergi!"teriak Soo Yin sembari terisak.     

"Sayang, kau kenapa?" Dae Hyun mengusap rambut istrinya dengan lembut.     

Soo Yin menggeleng sembari mengangkat wajahnya dengan telapak tangan menutupinya.     

Dae Hyun merapikan rambut yang berantakan menutupi wajah gadis itu. Menaruhnya di belakang telinga.     

"Ada apa? apa sesuatu terjadi?" ujar Dae Hyun dengan lembut sembari memegang tangan Soo Yin agar tidak menutupi wajahnya.     

Pelan-pelan Soo Yin menurunkan tangannya dari wajah. Sehingga Dae Hyun dapat melihat wajahnya yang berantakan. Lipstiknya belepotan sampai melewati garis bibir. Kelopak matanya juga hitam terkena noda mascara.     

"Ayo ikut, aku akan membersihkan wajahmu." Dae Hyun menuntun Soo Yin ke dalam kamar yang ada di ruang kerjanya.     

Dae Hyun mendudukkan Soo Yin di tepi ranjang. Mengusapkan tisue di wajah istrinya dengan lembut.     

"Apa yang terjadi?" tanya Dae Hyun sembari terus fokus membersihkan sisa lipstik di bibirnya.     

"Kau pasti akan menertawakanku, jika aku mengatakannya." Soo Yin mengerucutkan bibirnya. Membuat Dae Hyun gemas ingin memakannya.     

"Tidak. Aku janji tidak akan tertawa," ujar Dae Hyun menatap lekat manik mata Soo Yin.     

"Aku pikir ingin berubah seperti Aeri, tapi ternyata semua orang memandangku aneh," ucap Soo Yin dengan memasang wajah cemberut.     

Dae Hyun menautkan kedua alisnya. Memandang tubuh Soo Yin dari atas hingga bawah. Memang hari ini terlihat sangat berbeda dari biasanya. Pahanya yang mulus kini sedikit terlihat. Padahal awalnya Soo Yin menolak untuk memakai pakaian seperti ini.     

"Sayang, kau tidak perlu berubah dan berdandan seperti Aeri. Kau jauh lebih cantik seperti biasanya," ujar Dae Hyun sembari mengusap pipi Soo Yin.     

"Tapi Do Jin bilang kalau penampilanku sangat jelek. Jauh berbeda dengan Aeri yang seperti putri," ujar Soo Yin dengan kesal mengingat kembali bagaimana Do Jin menghina dirinya.     

"Tidak perlu dipikirkan ucapannya. Dia memang seperti itu, terkadang candaanya sedikit keterlaluan." Sungguh tidak menduga jika gadis keras kepala seperti Soo Yin mau berubah.     

"Aku akan menyuruh Chang Yuan untuk membelikan pakaian yang baru. Aku tidak ingin semua pria melihat tubuhmu. Jangan berpakaian seperti ini lagi di depan banyak orang," pinta Dae Hyun kemudian mengirimkan sebuah pesan kepada Chang Yuan agar membelikan pakaian yang baru untuk istrinya.     

Soo Yin hanya mengangguk sembari menutupi dadanya yang sedikit terbuka. Meski tidak memperlihatkan dua gunung kembar di dadanya tapi membuatnya merasa malu.     

"Untuk apa kau menutupinya? bukankah aku pernah melihat itu sebelumnya," goda Dae Hyun.     

Wajah Soo Yin seketika langsung memerah. Kembali teringat bagaimana waktu itu hampir terbuai oleh pesona Dae Hyun.     

Tidak lama kemudian ada ketukan pintu dari luar sehingga Dae Hyun segera ke luar dan menutup pintu kamar. Takut ada orang yang melihat mereka.     

Ternyata yang mengetuk pintu adalah Chang Yuan.     

"Ini, Tuan." Chang Yuan menyodorkan paper bag yang berisi sesuai pesanan bosnya.     

"Ya sudah, tetap di sini untuk berjaga-jaga jika ada yang masuk," pinta Dae Hyun barang kali ada yang tiba-tiba mencarinya.     

"Tuan, sebentar lagi akan ada rapat dengan Mr. Peter." Chang Yuan hanya mengingatkan takut kalau bosnya lupa.     

"Aku tahu, masih sekitar 20 menit lagi."     

Dae Hyun segera masuk kembali untuk menemui istrinya. Ternyata tengah berdiri melihat pemandangan dari jendela kaca.     

"Sayang, aku membawakan pakaian untukmu." Dae Hyun menghampiri Soo Yin ke dekat jendela.     

"Apa kau akan berada di sini terus?" tanya Soo Yin.     

"Tentu, barangkali kau memerlukan bantuanku." Dae Hyun mengedipkan sebelah matanya. Entah mengapa dirinya sangat ingin menggoda istrinya terus.     

Soo Yin setuju karena tidak mungkin juga Dae Hyun berani berbuat macam-macam karena sebentar lagi akan rapat.     

Soo Yin langsung masuk ke toilet dan menutup pintu. Hendak melepaskan bajunya yang berbahan sifon namun kesusahan untuk mengeluarkan tangannya. Padahal sudah membuka dua kancing yang terdapat di baju tersebut.     

Dae Hyun hanya mengamati pintu toilet yang tidak kunjung terbuka. Merasa penasaran karena tidak ada suara yang terdengar dari dalam Dae Hyun mengetuk pintu.     

"Sayang, apa kau baik-baik saja?" tanya Dae Hyun sembari terus mengetuk pintu.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya. Sejenak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun Dae Hyun terus saja mengetuk pintu. Sehingga pelan-pelan Soo Yin membuka kuncinya tanpa ada niat untuk keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.