Istri Simpanan

Bab 623 - Maldives



Bab 623 - Maldives

0Pulau Vabbinfaru, Maldives.     
0

Mereka sudah sampai di sebuah resort yang berada di pantai. Memiliki bangunan yang terbuat dari kayu yang mengapung di laut. Namun sangat mewah karena dibuat dari kayu yang berkualitas.     

Dae Hyun membopong tubuh Soo Yin yang masih meringkuk di dalam pelukannya. Hari sudah malam ketika mereka sampai setelah melakukan perjalanan panjang.     

Pria itu memang sengaja mengajak Soo Yin ke pantai terpencil karena dirinya ingin ketenangan. Meski terpencil tapi ada hotel dan penginapan yang bisa mereka sewa untuk bermalam di sana.     

Tubuh Soo Yin menggeliat manja. Tangannya semakini mengeratkan pelukannya di leher Dae Hyun.     

"Sepertinya dia tidak ingin bangun," gumam Dae Hyun sambil mengulum senyum. Meski langkahnya sedikit tertatih karena belum sembuh total tapi Dae Hyun sama sekali tidak keberatan. Apa yang dirasakan Soo Yin jauh lebih menyakitkan.     

Dengan mendorong pintu kamar lalu membaringkan tubuh Soo Yin di ranjang. Angin pantai terasa sangat menyejukkan. Sayang sekali istrinya belum bangun, padahal dia sangat suka jika diajak liburan.     

Perut Dae Hyun terasa mulai keroncongan, tapi dia memilih tidak makan karena ingin menunggu istrinya bangun. Dia memilih membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.     

Soo Yin berguling kesana kemari di ranjang, perlahan dia mulai tersadar jika ada sesuatu yang aneh. Bukankah dia berada di dalam pesawat?     

Dae Hyun berbaring miring dengan sebelah tangannya sebagai tumpuan. Sejak tadi dia hanya memandang wajah sang istri tanpa ada niat untuk membangunkannya.     

Hingga akhirnya Soo Yin menabrak tubuh Dae Hyun. Tubuhnya kini agak kurus setelah tidak bangun cukup lama.     

"Apakah kita sudah sampai?" tanya Soo Yin dengan suara serak.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun. Tangannya terulur menyingkirkan rambut yang berserakan di wajah Soo Yin.     

Soo Yin langsung membuka matanya lebar-lebar lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.     

"Apakah kita masih berada di pesawat?" tanya Soo Yin. Dulu dia teringat Dae Hyun tidak membangunkannya meski sudah sampai di bandara.     

Seulas senyum terukir di bibir Dae Hyun lalu mencondongkan kepalanya lebih dekat pada Soo Yin. Dia mendaratkan ciuman lembut di dahinya.     

"Tidak, kita sudah berada di kamar," terang Dae Hyun. Tangannya sudah tidak sabar untuk menelusuri wajah Soo Yin. Matanya terus memandang lekat wajah cantik itu.     

"Jam berapa sekarang?" Soo Yin menyingkap selimut yang membalut tubuhnya. Dia mendudukkan tubuhnya.     

"Jam sepuluh malam," ungkap Dae Hyun.     

"Apa? Kenapa kau tidak membangunkanku?" gerutu Soo Yin. Tidak menyangka dirinya akan tidur selama itu.     

"Aku tidak ingin mengganggu tidurmu," ungkap Dae Hyun kemudian beringsut lebih dekat dengan Soo Yin. Dia mulai mengendus-endus tengkuk istrinya. Bagaimanapun juga dirinya sudah menahannya cukup lama.     

"Tuan Li, aku mau mandi dulu. Aku juga lapar," ungkap Soo Yin sambil menyingkap perutnya. Memperlihatkan perutnya yang datar.     

Dae Hyun menghela nafas panjang. Sepertinya dia harus menahannya sampai nanti. Tidak mungkin dia membiarkan istrinya kelaparan.     

"Pergilah, aku akan memesan makanan terlebih dahulu." Dae Hyun lantas pergi keluar bersamaan dengan Soo Yin yang masuk ke dalam kamar mandi.     

°°°°°°°     

Makanan sudah tersedia di depan teras kamar mereka. Sepanjang mata memandang mereka bisa melihat laut yang gelap.     

"Dae Hyun, kau memang sangat pintar memilih tempat. Aku tidak menyangka kau menemukan tempat seindah ini," ungkap Soo Yin dengan bibir yang terus merekah.     

"Sebenarnya Kim Soo Hyun yang merekomendasikan tempat ini," ungkap Dae Hyun.     

"Benarkah?"     

"Hmmm, ternyata disini sangat tenang," sahut Dae Hyun.     

Mereka menikmati makan malam sambil sesekali mengobrol agar suasana tidak terlalu sepi.     

"Berapa lama kita disini?" tanya Soo Yin.     

"Selama yang kau mau."     

"Rasanya aku ingin tinggal disini seterusnya." Soo Yin memandang langit malam yang dipenuhi dengan bintang. Dia selalu bersyukur karena DaeHyun bisa sembuh dan mereka bisa bersama kembali.     

"Aku tidak masalah, tapi orang tua kita tidak akan setuju," ungkap Dae Hyun.     

"Benar, aku masih juga masih merindukan kedua orang tuaku. Kuharap mereka tidak akan pulang ke London lagi." Soo Yin sedih jika harus berpisah kembali dengan kedua orang tuannya.     

"Sepertinya mereka akan menetap di Seoul. Bahkan Brian juga berencana akan menyusul ke Seoul," ujar Dae Hyun. Dia sempat mengobrol dengan mertuanya. Itulah sebabnya dia berani membawa Soo Yin pergi setelah pernikahan mereka.     

"Darimana kau mengetahuinya? Apakah ayahku berkata demikian?" tanya Soo Yin penuh antusias.     

"Ayah dan ibu sendiri yang mengatakannya. Mereka juga tidak ingin berpisah denganmu lagi." Dae Hyun meraih tangan Soo Yin yang ada di atas meja lalu meremasnya pelan.     

"Aku sangat senang mendengarnya. Aku juga menginginkan kita semua berada dalam satu kota agar mudah bertemu," ungkap Soo Yin.     

Kini Soo Yin sangat bahagia, bukan hanya perihal pernikahannya. Namun dia juga senang karena kabar mengenai orang tuanya.     

Perut Soo Yin terasa sangat penuh. Setelah sekian lama akhirnya nafsu makannya bertambah.     

"Sayang, ayo kita perlu keluar dulu. Perutku kekenyangan," ajak Soo Yin.     

"Mau kemana? Ini sudah terlalu malam. Sebaiknya kita besok saja pergi jalan-jalan," tolak Dae Hyun dengan lembut.     

"Sekarang saja, lihatlah disana masih ramai." Soo Yin tetap bersikeras sambil menunjuk orang-orang yang sedang mengelilingi api unggun di tepi pantai.     

Dae Hyun sama sekali tidak bisa menolak kemauan istrinya. Dengan terpaksa dia mengikuti Soo Yin yang sudah keluar terlebih dahulu.     

"Soo Yin, tunggu," panggil Dae Hyun.     

"Cepatlah, Sayang," ajak Soo Yin sembari berlari-lari kecil.     

Dae Hyun hanya berjalan seperti biasanya karena kakinya belum sanggup digunakan untuk berlari. Dia hanya bisa membiarkan istrinya semakin jauh.     

Tepat di tepi pantai ada beberapa wisatawan yang sedang duduk melingkar dengan api unggun di tengah-tengah mereka.     

Soo Yin tidak berani mendekat karena banyak pria disana. Meski ada keinginan untuk bergabung karena terlihat menarik tapi dia memilih berbalik menghampiri suaminya.     

"Sayang, kita kembali ke kamar saja," ajak Soo Yin. Rambutnya melambai-lambai diterpa angin yang cukup kencang.     

"Kenapa? Bukankah katamu ingin berada di luar?" tanya Dae Hyun. Alisnya saling bertautan.     

"Di luar sangat dingin." Soo Yin merapatkan tangan untuk memeluk tubuhnya agar lebih hangat.     

"Dasar keras kepala. Aku sudah melarang tapi kau tidak percaya." Dae Hyun sedikit membungkukkan tubuhnya lalu dengan gerakan cepat sudah membopong Soo Yin di dalam dekapannya.     

"Kupikir sangat menyenangkan," ungkap Soo Yin.     

Dae Hyun membawa Soo Yin kembali ke penginapan mereka. Dia menurunkan istrinya di sofa. Tak ingin menunggu terlalu lama, Dae Hyun langsung mendaratkan ciuman lembut di bibir Soo Yin.     

Soo Yin tidak bisa menolaknya, dia hanya pasrah menerima ciuman lembut nan memabukkan dari Dae Hyun.     

"Aku udah lama menantikan malam ini," ungkap Dae Hyun dengan tatapan nanar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.