Istri Simpanan

Bab 624 - Bulan madu ke sekian kalinya



Bab 624 - Bulan madu ke sekian kalinya

0Soo Yin hanya menatap Dae Hyun dengan nafas yang sudah memburu.     
0

"Kau masih sakit," protes Soo Yin. Baru saja kata itu selesai terucap, Dae Hyun sudah mendaratkan kembali ciuman lembut nan memabukkan di bibirnya.     

Pelan tapi pasti keduanya mulai memadu kasih. Menikmati alunan melodi yang semakin lama semakin larut. Suara ranjang yang berderit pelan seakan menjadi saksi bisu.      

Rasa cinta yang tertahan sekian lama akhirnya melebur menjadi satu. Sangat manis hingga keduanya tidak ingin saling melepas.     

Pagutan dua bibir yang saling menyatu semakin membara. Peluh keringat juga membasahi keduanya karena suasana kamar semakin memanas.     

Dae Hyun menggerakkan tubuhnya tanpa henti. Menikmati setiap hembusan nafas yang tidak tertahankan.     

"Aku mencintaimu," ucap Dae Hyun sembari mengusap peluh keringat di dahi Soo Yin. Dia menghentikan sejenak aktivitasnya karena Soo Yin tampak sudah lemas.     

"Aku juga," ucap Soo Yin di sela nafasnya yang tersengal-sengal.     

"Kau lelah?" tanya Dae Hyun.     

"Sangat," ucap Soo Yin dengan mata terpejam.      

Dae Hyun melihat jam dinding. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah larut.     

"Sekarang tidurlah, kita lanjutkan besok pagi," ucap Dae Hyun diikuti dengan kecupan singkat di dahi Soo Yin.     

Meski belum puas tapi dia tidak tega melihat istrinya yang kelelahan. Masih ada waktu yang lama untuk mereka melakukannya lagi.     

Dae Hyun menutupi tubuh Soo Yin dengan selimut tebal lalu bangkit berdiri. Dengan langkah sedikit pincang karena kakinya belum terlalu pulih, dia berjalan ke kamar mandi.     

===================     

Dae Hyun berbaring menyamping sambil mengamati Soo Yin yang masih terlelap dalam tidurnya. Niatnya ingin mengajak Soo Yin berjalan di pantai pada sore hari tapi tidak disangka Soo Yin belum juga bangun padahal matahari sudah semakin naik.     

"Soo Yin, kau tidak ingin bangun?" tanya Dae Hyun sembari menyingkirkan anak rambut yang berserakan di wajah istrinya. Ini ke sekian kalinya mencoba membangunkan Soo Yin pagi ini.     

"Hmmm," sahut Soo Yin sambil menggeliat. Perlahan ruangan yang begitu terang mampu mengusik matanya agar terbuka.     

"Kau tidak ingin keluar?" tanya Dae Hyun. Masih teringat di dalam benaknya kalau Soo Yin marah karena tidak dibangunkan.     

"Jam berapa sekarang?" tanya Soo Yin dengan suara serak.     

"Baru jam sembilan pagi," sahut Dae Hyun.     

"Apa?" Seketika Soo Yin langsung terduduk mengetahui dia bangun terlalu siang.     

Dae Hyun ikut duduk lalu mendekap Soo Yin. Melihat istrinya tanpa mengenakan pakaian membuatnya tidak tahan.     

"Menyingkirlah," usir Soo Yin sembari mendorong tubuh Dae Hyun agar menjauh.     

"Tidak mau, aku masih suka berada disini." Dae Hyun mulai menelusuri pundak Soo Yin dengan bibirnya. Mengecapnya hingga memberikan tanda-tanda merah di kulitnya yang seputih salju.     

"Kita harus bangun," protes Soo Yin diikuti erangan tertahan yang keluar dari bibirnya.     

"Nanti saja, kita lanjutkan dulu karena tanggung," larang Dae Hyun. Bibirnya terus menelusuri tulang selangka hingga punggung Soo Yin melengkung.     

"Apakah kau tidak ingin membiarkanku turun dari ranjang? Kita bisa melakukannya nanti," protes Soo Yin. Namun terlambat sudah usahanya untuk menghentikan Dae Hyun. Kini tubuhnya sudah didorong hingga berbaring di kasur kembali.     

"Nanti saja," ucap Dae Hyun lalu mendaratkan kembali bibirnya. Dengan cepat dia sudah melepaskan kaos yang menempel di tubuhnya.     

Dae Hyun mencium bibir Soo Yin dengan rakus padahal semalam sudah melakukannya. Dia tidak peduli meski kakinya masih terasa nyeri. Ada keinginan kuat untuk memuaskan istrinya. Dia tidak ingin membiarkan Soo Yin tersiksa untuk waktu yang semakin lama.     

Soo Yin merasakan kekuatan yang luar biasa dengan suaminya. Dia tidak menyangka Dae Hyun sangat bersemangat memompa tubuhnya.     

Berkali-kali dia merasakan puncak kenikmatan hingga tubuhnya semakin lemas. Soo Yin tidak mampu mengimbangi kekuatan suaminya.     

"Aku lelah," ucap Soo Yin setelah Dae Hyun berbaring di sebelahnya.     

"Mau mandi?" bisik Dae Hyun. Dia jadi merasa tidak enak pada istri kecilnya     

Soo Yin menganggukan kepalanya pelan. Namun dia tidak yakin bisa berjalan karena sudah kehabisan tenaga.     

Dae Hyun bangkit terlebih dahulu lalu membopong tubuh Soo Yin. Membawanya masuk ke dalam kamar mandi.     

"Arghhh," seru Dae Hyun. Langkahnya seketika langsung terhenti karena dia merasakan lututnya terasa sangat nyeri.     

"Kenapa?" tanya Soo Yin dengan panik.     

"Tidak apa-apa," sahut Dae Hyun berbohong. Dia tidak ingin istrinya merasa cemas.     

"Apakah kakimu sakit lagi?" tanya Soo Yin sembari menaikkan sebelah alisnya.     

"Sedikit," sahut Dae Hyun sembari meringis tapi berusaha menahannya agar tidak terlalu terlihat.     

"Turunkan aku, biarkan aku jalan sendiri," ujar Soo Yin.     

"Tidak apa-apa, aku masih kuat," tolak Dae Hyun.      

Dengan langkah pelan, Dae Hyun membawa Soo Yin ke kamar mandi yang sudah dipenuhi dengan bunga mawar yang tersusun rapi.     

Soo Yin menautkan kedua alisnya. Seingatnya semalam belum ada bunga mawar disana.     

"Kenapa banyak sekali bunga? Semalam aku ingat tidak ada apapun disini?" tanya Soo Yin.     

"Aku pagi tadi yang menyusunnya. Aku ingin bulan madu kita kali ini juga berkesan," terang Dae Hyun sembari menurunkan Soo Yin ke dalam bak mandi.     

Semerbak aroma mawar langsung menyembur begitu harum.     

"Bukankah kita sudah sering bulan madu? Aku tidak ingat ini bulan madu yang ke berapa," ungkap Soo Yin.     

Dae Hyun duduk berjongkok di sisi bak mandi.     

"Aku tahu ini bukanlah hal yang asing lagi buat kita. Namun ini adalah pertama kalinya orang-orang tahu tentang hubungan kita. Dulu kita melakukannya selalu sembunyi-sembunyi dan perasaan was-was. Sekarang kita tidak perlu takut," terang Dae Hyun. Dulu dia terkadang merasa sedih karena harus memperlakukan Soo Yin dengan tidak layak. Meskipun istrinya tidak terlalu mempermasalahkan tapi hatinya teriris.     

"Hmmm, kau benar. Dulu untuk bergandengan tangan di tempat umum saja kita tidak akan berani." Soo Yin terkekeh jika mengingat betapa konyolnya mereka.     

"Sekarang kita berciuman di depan keluargaku juga tidak masalah," timpal Dae Hyun sembari mengacak-acak rambut Soo Yin.     

"Kau ini." Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun dengan rona pipi yang memerah. Mana mungkin mereka melakukan hal bodoh itu.     

Dae Hyun meraih tangan Soo Yin lalu mengecupnya.     

"Mulai sekarang kau dan Yeon Ho adalah fokusku. Aku berjanji akan membahagiakan kalian. Aku tidak peduli meski Yeon Ho bukan darah dagingku. Sejak kecil kami sudah bersama dan dia akan tetap menjadi anak kita," terang Dae Hyun.     

"Tentu saja, bagiku dia adalah anak pertama kita," ucap Soo Yin.     

"Terima kasih selama ini kau sudah menerimanya." Dae Hyun merasa sangat beruntung memiliki wanita seperti Soo Yin yang bisa menerima segala kekurangannya.     

"Ngomong-ngomong, kapan kita kembali ke Seoul?" tanya Soo Yin.     

"Sampai aku berhasil membuatmu hamil," sahut Dae Hyun dengan santai.     

"Apa? Itu pasti membutuhkan waktu yang lama. Yeon Ho pasti merindukan kita," protes Soo Yin.     

"Itu sebabnya kita harus lebih berusaha keras agar tidak terlalu lama disini." Dae Hyun mengedipkan sebelah matanya.     

Soo Yin tidak bisa berkata-kata lagi menanggapi pemikiran Dae Hyun.     

=============     

Hai Reader's...     

Maaf lama tidak update, saya baru sembuh dari sakit....     

terima kasih untuk yang sudah setia menanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.