Istri Simpanan

Bab 627 - Kejutan



Bab 627 - Kejutan

0Chung Ho sudah menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sakit. Sesekali dia melirik bosnya yang tak kunjung turun. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.     
0

"Sebaiknya kita pulang saja," ajak Soo Yin pada Dae Hyun yang sedang bersandar pada bahunya. Pria itu sudah mulai membaik setelah beberapa waktu dirawat meski tubuhnya masih lemas.     

"Kenapa?" Dae Hyun menegakkan kepalanya.     

Soo Yin menghela nafas pelan. Meski dia telat datang bulan tapi masih ragu kalau dia benar hamil. Dia takut kecewa setelah memeriksanya berulang kali.     

"Tidak apa-apa. Kita tidak akan pernah tahu hasilnya jika tidak mencoba," ujar Dae Hyun sembari mengusap puncak kepala Soo Yin.      

"Bagaimana jika aku ternyata tidak hamil lagi?" Soo Yin mengatakan kemungkinan kekecewaan yang dirasakannya kembali.     

"Tidak apa-apa. Nanti kita akan berusaha lebih keras lagi," ujar Dae Hyun sembari tersenyum.     

"Kau sudah sehat?" tanya Soo Yin.     

"Sudah, setelah ini aku akan pergi ke hotel. Sudah lama aku terbaring seperti orang tidak berguna. Kau jangan menyalahkan dirimu sendiri karena apapun yang terjadi aku akan tetap berdiri di sampingmu. Kau tidak perlu mendengarkan perkataan orang lain." Dae Hyun mendaratkan ciuman lembut di dahi istrinya.     

"Sepertinya aku tidak bisa ikut masuk. Chang Yuan baru saja mengirimkan pesan agar aku kembali ke hotel. Maaf, tidak bisa menemanimu." Dae Hyun menghela nafas panjang. Sebenarnya sedih karena tidak bisa menemani istrinya melakukan pemeriksaan.     

"Pergilah, aku baik-baik saja sendirian." Soo Yin mencondongkan kepalanya hingga bibirnya menempel di pipi Dae Hyun.     

"Hubungi aku segera apapun hasilnya," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menarik nafas dalam-dalam sebelum keluar dari mobil. Lebih baik tahu kebenarannya meskipun menyakitkan. Dia harus terbiasa dengan rasa kecewa.     

"Kalau kau merasa tubuhnya lelah, pulanglah. Jangan memaksakan diri untuk bekerja," ujar Soo Yin.     

"Tentu, aku pasti akan cepat pulang agar bisa bersamamu," ujar Dae Hyun.     

"Pergilah," ujar Soo Yin karena mobil tak kunjung jalan.     

"Masuklah dulu."      

Soo Yin mendesah berat lalu membalikkan tubuhnya. Lebih baik mengalah karena tidak mungkin menang melawan suaminya.     

Dengan langkah berat, Soo Yin masuk ke dalam rumah sakit. Ini adalah kedua kalinya memeriksa dalam sebulan.     

Kini Soo Yin tengah duduk di depan dokter. Dia baru saja melakukan USG. Hatinya berdebar menunggu hasilnya. Akankah dia bisa membawa pulang kabar bahagia atau kekecewaan lagi.     

Soo Yin hanya diam sambil memainkan jarinya yang ada di atas meja. Kakinya terus bergerak karena gelisah. Dia harus kuat apapun yang terjadi.     

"Nona Soo Yin, selamat anda hamil," ujar Dokter yang baru saja memeriksa Soo Yin. Wanita itu lantas memberikan kertas hasil pemeriksaan.     

Soo Yin bergeming di tempatnya. Pikirannya terasa kosong hingga beberapa saat. Dia seperti bermimpi mendengar kata-kata dokter itu.     

"Nona, apakah kau tidak bahagia?"      

"Benarkah yang kau katakan? Seminggu yang lalu aku datang ke dokter lain. Dia mengatakan tidak ada apapun di rahimku," ungkap Soo Yin.     

"Mungkin belum terlihat. Itu adalah sesuatu yang wajar. Saat ini usia kandunganmu sudah empat minggu."     

Soo Yin menganggukan kepalanya pelan. Mengerti sedikit penjelasan yang diberikan oleh dokter.     

"Kalau begitu aku permisi," pamit Soo Yin lalu keluar dari ruangan itu.     

Soo Yin mengusap perutnya dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya. Dia tidak menyangka hari ini akan menjadi hari terindah dalam hidupnya.     

Wanita itu sudah bersiap merogoh ponsel dari saku celananya. Namun dia mengurungkan niatnya, sepertinya lebih baik memberikan kejutan untuk suaminya.     

=====================     

Silla Seoul Hotel.     

Dae Hyun baru saja keluar dari ruang rapat.      

"Kenapa Soo Yin tidak menghubungiku?" gumam Dae Hyun sembari memeriksa ponselnya.     

Tidak ada satupun panggilan maupun pesan dari Soo Yin. Padahal dia tadi sudah mengatakan agar menghubunginya apapun yang terjadi.     

"Apakah dia sedang sedih karena sudah terlalu berharap?" ujar Dae Hyun kembali.      

Sebenarnya dia juga menginginkan seorang anak. Namun dia tidak terlalu berharap banyak karena mungkin memang belum diberikan oleh Tuhan lagi.     

"Nomor yang anda tuju tidak aktif atau berada di luar jangkauan?" Bukan suara Soo Yin yang terdengar dari ponsel melainkan suara operator.     

Dae Hyun menarik nafasnya berat. Pikirannya sudah tidak tenang. Dia sangat khawatir dengan istrinya.     

"Kenapa dia menonaktifkan ponselnya?" gerutu Dae Hyun sembari mempercepat langkahnya. Dia harus mencari Soo Yin sekarang juga.     

"Kakak, kenapa terburu-buru?" tanya Kim Soo Hyun sembari mengamati wajah Dae Hyun yang menegang.     

"Entahlah, Soo Yin tidak bisa dihubungi. Aku ingin mencarinya," sahut Dae Hyun tanpa memandang wajah Kim Soo Hyun.     

"Tapi aku baru saja …." Ucapan Kim Soo Hyun terpotong.     

"Sudahlah, tidak usah banyak bicara. Aku akan mencarinya sendiri." Meski Dae Hyun merasakan kepalanya masih berat, itu tidaklah penting. Saat ini yang ada di pikirannya adalah keselamatan istrinya.     

"Kak!" seru Kim Soo Hyun tapi Dae Hyun sudah masuk ke dalam Lift.     

Pikiran Dae Hyun sudah tidak menentu. Dia harus menemukan istrinya sebelum terlambat. Jangan sampai Soo Yin melakukan sesuatu yang berbahaya. Namun dia harus kembali ke ruangannya terlebih dahulu untuk mengambil kunci mobil.     

Brak …     

Dae Hyun mendorong pintu ruangannya cukup keras. Langkahnya langsung terhenti ketika melihat sosok Soo Yin yang sedang berdiri di dekat jendela. Wanita itu berdiri membelakangi Dae Hyun.     

"Sayang?" panggil Dae Hyun sembari melangkah pelan menghampiri istrinya.     

Soo Yin masih berdiri di tempatnya dalam diam. Kedua tangannya terlipat di dada dengan pandangan menembus kaca jendela.     

Dae Hyun lantas menghampiri Soo Yin lalu merengkuh pinggangnya. Memeluknya dengan erat dari belakang.     

"Tidak usah sedih. Kita akan berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkannya. Lagi pula umurmu masih sangat muda, kita masih bisa mendapatkan bayi jauh lebih banyak," ucap Dae Hyun untuk menenangkan istrinya.     

"Orang pasti akan mencibirku," ujar Soo Yin tanpa beranjak dari posisinya.     

"Bukankah kita sudah memiliki Yeon Ho? Lalu untuk apa bersedih? Kita bahkan sudah memiliki anak yang tampan," ujar Dae Hyun sembari menyandarkan dagunya di bahu Soo Yin.     

Soo Yin menghela nafas panjang lalu melepaskan tangan Dae Hyun dari pinggangnya. Bibirnya terangkat membentuk senyuman manis.     

Dae Hyun menaikkan sebelah alisnya, masih belum mengerti kenapa Soo Yin tersenyum. Dia pikir istrinya akan muram sepanjang hari.     

Soo Yin lantas mengeluarkan hasil pemeriksaan dari dalam tasnya.     

"Lihatlah," ujarnya sembari menyodorkannya pada suaminya.     

Dae Hyun segera melihatnya dan membaca satu per satu kata ysng tertulis disana.     

"Kau hamil?" ujar Dae Hyun dengan wajah tidak percaya.     

"Hmmm." Soo Yin menganggukan kepalanya pelan.     

Seketika Dae Hyun lantas memeluk Soo Yin. Rasa bahagianya semakin tidak terkira. Dia rasanya sangat senang karena akhirnya akan memiliki seorang bayi lagi.     

"Terima kasih, aku sangat bahagia mendengarnya," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin.     

"Aku juga tidak menyangka karena aku sudah menggunakan beberapa tes pack tapi hasilnya negatif," ungkap Soo Yin.      

"Mulai sekarang jangan melakukan aktivitas berat. Kau hanya boleh keluar jika bersamaku." Dae Hyun masih trauma ketika kehilangan bayi mereka dulu.     

"Kau selalu saja begitu," protes Soo Yin.     

"Ini demi kebaikanmu. Aku tidak ingin kejadian dulu terulang kembali," ungkap Dae Hyun.     

Soo Yin hanya menghela nafas pasrah karena apa yang dikatakan Dae Hyun ada benarnya. Mulai sekarang dia harus menjaga diri lebih baik lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.