Istri Simpanan

Bab 613 - Kontraksi



Bab 613 - Kontraksi

0Jean selalu membuka pembicaraan untuk mengalihkan sedikit perhatian Soo Yin dari kesedihannya. Meski tidak bisa membantunya tapi setidaknya Jean ingin berguna sedikit bagi sahabatnya.     
0

"Apakah bibi Seo Kyung tidak kemari?" tanya Jean.     

"Hanya kadang-kadang saja. Aku tidak mengizinkannya karena kondisi tubuhnya yang lemah. Aku khawatir jika ibuku kelelahan," ungkap Soo Yin sembari menyesap jus alpukat yang dipesannya.     

"Kau juga harus makan lebih banyak lagi agar sehat." Jean mendorong lebih dekat seporsi makan yang belum disentuh sama sekali oleh Soo Yin.     

"Perutku menolak setiap apapun yang kumasukkan secara paksa," ucap Soo Yin dengan mata berkaca-kaca.     

"Jangan menyiksa dirimu."     

"Aku rasanya tidak sanggup lagi untuk hidup. Separuh jiwaku sudah hilang. Tak ada yang aku pikirkan lagi tentang masa depan," ungkap Soo Yin. Tanpa sadar air matanya kini mulai menetes.     

"Soo Yin, kau tidak boleh berbicara seperti itu. Kau harus tetap melanjutkan kehidupanmu yang normal," ujar Jean.     

"Jika Dae Hyun tidak bangun, aku akan hidup seorang diri." Soo Yin menundukkan kepalanya. Ia mencoba berpikir positif tapi sangat sulit menghilangkan pikiran buruk dari benaknya.     

"Soo Yin, tuan pasti bangun," sanggah Jean.     

"Lihatlah sampai sekarang bahkan ia tidak membuka matanya." Soo Yin semakin terisak-isak. Air mata yang keluar semakin deras membasahi pipinya. Ia tidak akan kuat menghadapi dunia lagi.     

Jean bisa merasakan pedih yang dirasakan Soo Yin. Jika di posisinya mungkin ia merasakan hal yang sama.     

Dari luar restoran sejak tadi Kim Soo Hyun berdiri di sana. Mengamati Jean yang sedang menenangkan Soo Yin. Ia memang pria pengecut yang tidak berani menemui Jean.     

Kim Soo Hyun takut Jean akan menghindarinya lagi seperti sebelumnya. Namun ia merasa ada sesuatu yang aneh pada Jean. Ia tampak sedang memegangi perutnya.     

Pria itu segera melangkah masuk.     

Jean mulai merintih kesakitan. Ada yang aneh pada perutnya, rasanya sakit tak tertahankan.     

"Jean, kau kenapa?" tanya Soo Yin panik. Ia segera menyeka air matanya kemudian menghampiri Jean.     

Seketika keringat mulai membanjiri dahi Jean. Ia terus memegangi perutnya yang terasa semakin sakit.     

"Soo Hyun, tolong bantu Jean," ujar Soo Yin ketika melihat Kim Soo Hyun berjalan ke arah mereka.     

"Apa yang terjadi?" Kim Soo Hyun juga tampak panik.     

"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja ia kesakitan," ungkap Soo Yin dengan perasaan sangat cemas.     

Tanpa pikir panjang Kim Soo Hyun mengangkat tubuh Jean.     

"Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit," tukas Kim Soo Hyun. Ia memiliki firasat jika Jean sebentar lagi akan melahirkan.     

Soo Yin mengikuti Kim Soo Hyun menuju rumah sakit yang memang letaknya tidak terlalu jauh. Hanya menyeberang jalan raya saja sudah sampai.     

Kedua mata Jean terus terpejam. Rintihannya terdengar sangat lirih tapi terlihat sekali dari raut wajahnya, ia sedang menahan rasa sakit yang amat dalam.     

"Jean, bertahanlah," ujar Kim Soo Hyun. Ia tidak tega melihatnya, jika boleh meminta lebih baik ia saja yang merasakannya. Sudah banyak kepedihan yang ditimbulkannya pada Jean.     

Tidak berapa lama kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit. Para perawat langsung menyambut mereka. Menyiapkan brankar agar Kim Soo Hyun membaringkan Jean disana.     

Kim Soo Hyun terus berlari mengikuti para perawat membawa Jean.     

"Kalian tunggu di luar," sang perawat ketika Kim Soo Hyun hendak ikut masuk ke ruang persalinan.     

Soo Yin juga mencemaskan Jean. Ia berharap Jean dan bayinya baik-baik saja.     

Dari ujung lorong Chang Yuan mempercepat langkahnya. Ia segera ke sana setelah mendapatkan kabar dari Soo Yin tentang Jean.     

Ceklek ….     

Tiba-tiba saja ruang persalinan terbuka.     

"Siapa disini yang menjadi suami pasien?" tanya seorang perawat.     

"Pasien membutuhkan seorang teman terutama suaminya," lanjut sang perawat.     

Soo Yin terdiam hingga beberapa saat. Lalu memandang Chang Yuan dan Kim Soo Hyun secara bergantian. Ini adalah hal yang sangat sulit.     

"Masuklah salah satu di antara kalian," ujar Soo Yin. Ia tidak akan memerintah siapapun untuk masuk. Biarkan mereka berpikir siapa yang paling peduli pada Jean.     

"Aku saja yang masuk," ucap Chang Yuan karena Kim Soo Hyun justru diam saja. Padahal ia sudah memberikan kesempatan untuk menemani Jean.     

Chang Yuan sadar tidak memiliki hak untuk itu.      

Perawat segera mengajak Chang Yuan masuk ke dalam sebuah ruang persalinan.     

"Jean," ujar Chang Yuan. Dihampirinya Jean yang sedang bersiap melakukan proses melahirkan secara normal.     

Dahi Jean terus berkeringat. Matanya hanya terbuka sedikit dan nafasnya juga tersengal-sengal. Ia menggigit bibir bawahnya untuk meluapkan rasa sakit akibat kontraksi yang ia rasakan.     

"Asisten Chang," ujar Jean di sela rintihannya.     

"Bertahanlah, kau harus kuat." Chang Yuan menggenggam jemari Jean. Meremasnya pelan.     

Jean menganggukan kepalanya pelan. Matanya berkaca-kaca, apakah apa yang dilihatnya tadi adalah ilusi? Apakah Kim Soo Hyun sebenarnya tidak ada?     

"Arghh," jerit Jean ketika kontraksi mulai terjadi lagi. Kini rasanya semakin sakit ada bagian bawah perutnya.     

Chang Yuan mengusap dahi Jean untuk menghilangkan keringat dari dahinya. Ternyata seperti ini rasanya menemani seseorang melahirkan. Cemas dan takut bercampur menjadi satu.     

"Tarik nafas dalam-dalam dari hidung, keluarkan dari mulut." Dokter mulai memberikan aba-aba agar Jean tetap tenang.     

Jean melebarkan kedua kakinya saat ia merasakan ada yang berjalan di perutnya. Ada sesuatu yang terdorong menembus bagian intimnya.     

"Dorong sedikit lagi," perintah sang dokter. Ia terus memimpin Jean karena kepala bayi sudah mulai nampak.     

"Sayang, lakukan apa yang diperintahkan oleh dokter," ucap Chang Yuan. Tanpa sadar bibirnya mengecup kening Jean beberapa saat.     

"Aku sudah tidak sanggup," ujar Jean. Ia seperti sudah kehabisan tenaga untuk mengejan. Rasa sakit yang dirasakannya membuat tubuhnya terasa lemas.     

"Jean, bertahanlah demi anak kita. Kau harus kuat," ujar Chang Yuan untuk memotivasi Jean agar bertahan.     

Mendengar Chang Yuan mengatakan 'anak kita', mulai membangkitkan semangat Jean. Ia mengumpulkan seluruh tenaganya sebelum akhirnya ia mulai mengejan dengan sangat kuat.     

Suara bayi langsung menggema di ruangan itu. Para perawat dan dokter tersenyum senang karena bayi sudah keluar.     

"Anakku," ucap Jean lirih. Bibirnya bergetar di sela nafasnya yang masih terengah-engah.     

"Sayang, anak kita sudah lahir," ucap Chang Yuan dengan raut wajah berbinar. Meski anak itu bukan darah dagingnya, tapi ia sudah berjanji akan menganggapnya seperti putranya sendiri.     

"Selamat anak kalian berjenis kelamin perempuan," tukas Dokter sembari membaringkannya di atas dada Jean.     

"Anakku," ucap Jean untuk yang ke sekian kalinya. Kaki ini air mata kebagian mulai membanjiri pipinya. Ia tidak menyangka bisa melihat anaknya lahir ke dunia.     

Ketika putus asa ia pernah hendak menggugurkannya. Ia takut tidak sanggup mengurusnya seorang diri.     

"Jean, anak kita sangat cantik," puji Chang Yuan. Ingin sekali ia menggendongnya tapi ia takut menjatuhkannya.     

Bayi mungil itu telungkup di dada Jean dengan tenang.     

"Jean," panggil Chang Yuan panik ketika wanita itu tak lagi membuka matanya.     

"Suster, persiapkan semuanya. Kita harus membawanya ke ruang perawatan," perintah Dokter.     

"Baik."     

Chang Yuan sangat cemas. Ia terus memanggil Jean agar membuka matanya kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.