Istri Simpanan

Bab 619 - sangat beruntung memilikinya



Bab 619 - sangat beruntung memilikinya

0Sebulan kemudian.     
0

Perlahan Dae Hyun sudah mengingat orang-orang yang ada di dekatnya. Karena dengan sabar Soo Yin menjelaskan semuanya.     

Hari ini Soo Yin mengajak Dae Hyun sekedar keliling villa. Hari-harinya kini terasa jauh lebih cerah semenjak Dae Hyun tersadar.     

Soo Yin mendorong kursi roda yang ditumpangi Dae Hyun. Rambutnya yang panjang melambai-lambai diterpa angin yang berhembus.     

"Sayang," panggil Dae Hyun sembari memiringkan kepalanya sedikit agar bisa melihat ke belakang.     

"Ada apa? Apakah kau membutuhkan sesuatu?" tanya Soo Yin.     

"Aku takut tidak bisa sembuh seperti semula," ungkap Dae Hyun dengan sendu. Kedua kakinya masih kaku jika digerakkan. Ia khawatir akan terus selamanya seperti itu.     

"Kau pasti sembuh," sanggah Soo Yin.     

"Bagaimana jika aku tidak bisa sembuh? Aku pasti kelak akan semakin merepotkanmu." Dae Hyun mengungkapkan keresahannya.     

Sepanjang malam Dae Hyun terus berpikir takut tidak bisa membahagiakan istrinya. Sebagai manusia normal tentu mereka ingin melakukan yang lebih tapi ia tidak bisa melakukannya.     

"Dae Hyun, kenapa kau terus berbicara seperti itu? Kenapa kau terlihat putus asa? Aku bahkan menunggumu berbulan-bulan, berharap bisa melihatmu membuka mata. Jika tahu kau berpikir demikian, dari awal seharusnya aku meninggalkanmu," ungkap Soo Yin dengan perasaan kesal.     

Dae Hyun menghembuskan nafasnya pelan lalu terdiam membisu.     

"Maaf," ucap Dae Hyun sembari mengulurkan tangannya menggenggam erat jemari Soo Yin.     

"Sekali lagi kau mengatakannya aku akan benar-benar meninggalkanmu," ancam Soo Yin tidak main-main. Ia sangat benci dengan keputusasaan Dae Hyun.     

"Jangan," sergah Dae Hyun.     

"Aku berjanji tidak akan mengatakan hal itu kembali." Dae Hyun mencium punggung tangan Xiao Yi hingga beberapa kali. Tidak ada maksud untuk membuat istrinya marah apalagi meragukan ketulusannya.     

Soo Yin membalikkan tubuhnya, lalu mendaratkan ciuman lembut di bibir Dae Hyun. Matanya terpejam karena kelopak matanya memanas.     

Dae Hyun sempat terkejut tapi akhirnya membalas ciuman hanya beberapa saat. Karena Soo Yin sudah menarik tubuhnya.     

"Cepatlah berdiri, anda harus berlatih berjalan," ucap Soo Yin dengan penuh semangat.     

"Baiklah." Melihat senyuman itu membuat keinginan Dae Hyun untuk sembuh semakin tinggi.     

Dalam hatinya penuh tekad akan bangkit demi sang istri atas keterpurukan yang menimpanya.     

Pelan-pelan Soo Yin memapah Dae Hyun untuk melangkah. Cukup berat dan sulit karena ukuran tubuh Dae Hyun lebih besar darinya. Namun tidak masalah selagi bisa membuat Dae Hyun sembuh apapun akan dilakukan.     

Setelah setengah jam berlatih, kaki Dae Hyun sudah bisa digerakkan meski hanya beberapa langkah kemudian berhenti.     

Soo Yin tetap berjalan di sisi Dae Hyun sambil membantunya menopang beban tubuhnya agar tidak ambruk. Keringat mulai membasahi pipinya karena seperti sedang mengangkat beban berat.     

"Sayang, berhenti dulu," ujar Dae Hyun dengan nafas terengah-engah. Cukup melelahkan karena harus menggerakkan kakinya dengan sekuat tenaga.     

Soo Yin mendudukkan kembali tubuh Dae Hyun diatas kursi roda. Lalu mengusap keringat dari dahinya.     

"Kau pasti sembuh, Sayang," ujar Soo Yin. Tak henti-hentinya mengatakan hal itu untuk memberikan semangat pada suaminya.     

"Aku akan sembuh karena ada kau di sampingku."     

"Sekarang lebih baik kita istirahat. Kita lanjutkan sore nanti," ajak Soo Yin.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya, menuruti apapun yang diucapkan oleh istrinya.     

Tidak jauh dari belakang dari tempat mereka berdiri ternyata ada Chang Yuan yang sudah menggendong bayi yang masih berusia enam bulan. Ada Jean di sebelahnya yang menggandeng tangannya.     

"Hai," ujar Soo Yin sembari melambaikan tangannya. Bibirnya tersenyum sumringah melihat kedatangan orang-orang yang selalu ada di dekatnya saat dirinya dalam masa-masa sulit.     

"Bagaimana kabar anda, Tuan?" sapa Chang Yuan.     

"Bukankah kau Chang Yuan?" tanya Dae Hyun. Pertama kalinya Chang Yuan berkunjung ia sama sekali tidak mengenalnya.     

"Benar, Tuan."     

"Sayang, lihatlah mereka sudah memiliki putri yang sangat cantik," ucap Soo Yin sembari mengulurkan tangan ingin menggendongnya.     

"Ah, aku duluan yang menikah tapi kalian yang sudah memiliki anak," ujar Dae Hyun sembari tertawa renyah.     

Chang Yuan hanya tersenyum tipis menanggapi candaan bosnya.     

"Jean, ayo kita masuk," ajak Soo Yin agar mereka masuk ke dalam rumah.     

Jean mengangguk pelan lalu mengikuti Soo Yin di belakangnya. Akhirnya setelah sekian lama Jean bisa melihat senyum di bibir Soo Yin.     

"Soo Yin, sepertinya Hee-Young sangat menyukaimu. Padahal biasanya ia menangis jika diajak orang lain," ungkap Jean.     

"Dia ini keponakanku, tentu saja dia tidak akan menangis," ujar Soo Yin sembari mencium pipi Hee-Young dengan penuh kasih sayang.     

Chang Yuan dan Dae Hyun tetap di luar sembari menikmati angin yang berhembus sepoi-sepoi.     

"Aku senang anda sudah bisa mengingat semuanya," ungkap Chang Yuan.     

"Aku bisa mengingat karena kebaikan istriku. Dia sangat baik hingga aku tidak akan pernah bisa membalasnya." Dae Hyun menatap nanar punggung Soo Yin yang perlahan hilang di balik pintu.     

"Melihat anda bisa membuka mata sudah membuat Nona Soo Yin sangat bahagia, Tuan. Anda hanya perlu berusaha sedikit lebih keras lagi agar bisa hidup dengan normal." Chang Yuan sudah lama mengenal Dae Hyun. Ia tahu apa yang dirasakan pria itu saat ini.     

"Terima kasih kau sudah menjaganya selagi aku tidak sadarkan diri. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya saat itu," ungkap Dae Hyun sembari menghela nafas panjang.     

"Aku tidak melakukan apapun, Tuan. Nona Soo Yin adalah orang pertama yang mempertahankan anda. Meski terlihat lelah tapi aku tahu betapa dia berharap dan berdoa sepanjang malam atas kesembuhannya anda. Dia juga menolak melepaskan anda di saat dokter sudah mengatakan tidak mampu lagi merawat anda," terang Chang Yuan. Ia hanya ingin Dae Hyun mengetahui betapa besarnya cinta tulus Soo Yin.     

"Aku sangat beruntung memilikinya. Meski pertemuan kami tidak menyenangkan tapi kuharap kami berakhir bahagia. Tidak akan ada yang memisahkan kami lagi," ucap Dae Hyun sembari tersenyum.     

Meski dirinya harus koma tapi setidaknya karena hal itu hubungan mereka berbuah manis. Tidak ada perselisihan yang terjadi lagi di antara kedua orang tua mereka.     

Chang Yuan ikut merasakan kebahagiaan mereka. Ia tahu sekali perjuangan mereka untuk bersama lagi. Sekarang tidak akan ada yang memisahkan mereka kecuali kematian.     

"Selamat atas pernikahan kalian. Sayang sekali aku tidak bisa hadir pada acara sakral kalian berdua. Namun tidak usah cemas, aku sudah menyiapkan hadiah kecil untuk kalian," ungkap Dae Hyun.     

"Tidak usah terlalu repot, Tuan. Melihat anda sembuh seperti semula, sudah menjadi hadiah terbesar bagiku," tukas Chang Yuan.     

"Kau sudah lama bekerja denganku. Mana mungkin aku diam saja tanpa memberikan hadiah," ujar Dae Hyun sembari terkekeh.     

"Kalau begitu aku mengucapkan terima kasih banyak, Tuan," ujar Chang Yuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.