Istri Simpanan

Bab 620 - Lebih mementingkan pekerjaan



Bab 620 - Lebih mementingkan pekerjaan

0Siang itu juga Dae Hyun meminta Chang Yuan mengantarkannya ke villa Pyeongchang-dong. Namun bukan ke rumah yang ditempati mereka dulu. Melainkan ke sebuah villa yang berada tepat di sampingnya.     
0

"Untuk apa kita kesini, Tuan? Apakah anda sudah melupakan villa anda?" tanya Chang Yuan sembari memandang villa besar di depannya.     

"Ini kejutan untuk kalian berdua," ungkap Soo Yin sembari memutar tubuhnya dengan penuh keceriaan.     

Jean dan Chang Yuan saling berpandangan satu sama lain. Mereka belum mengerti perkataan Soo Yin.     

"Aku ingin suatu hari nanti kita tinggal berdekatan. Kami sengaja memilih villa di samping kami untuk kalian tinggal," terang Soo Yin.     

"Tuan," ujar Chang Yuan dengan hati terenyuh. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan kebahagiaannya memiliki bos yang sangat baik seperti Dae Hyun.     

"Ini sebagai hadiah karena kau sudah berbuat banyak membantuku selama ini. Hanya ini yang bisa aku berikan," terang Dae Hyun.     

"Anda terlalu merendah. Sekali lagi aku dan Jean mengucapkan terima kasih," ujar Chang Yuan.     

Mereka berkeliling melihat-lihat villa itu. Soo Yin memang menginginkan mereka tinggal berdekatan agar bisa sering-sering melihat Hee-Young. Rencananya setelah Dae Hyun benar-benar pulih, mereka akan pindah ke villa Pyeongchang-dong kembali.     

=======================     

Beberapa hari kemudian.     

Villa La Tulipe.     

Soo Yin merasa kesepian tinggal seorang diri di villa itu. Suaminya sudah tiga hari tidak pulang karena mengurus pekerjaan padahal ia belum terlalu sembuh.     

Berjalan saja masih menggunakan tongkat tapi Dae Hyun bersikeras ingin pergi ke hotel.     

"Nona," panggil Bibi Xia. Wanita paruh baya itu menghampiri Soo Yin yang sedang berada di teras.     

"Kenapa pria sangat keras kepala? Baru saja sembuh tapi dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada istrinya," gerutu Soo Yin untuk meluapkan semua perasaannya. Kesal mereka bahkan tidak ada waktu bersama.     

"Apakah kau cemburu?" goda Bibi Xia sembari mengulum senyum.     

"Bibi, jangan menggodaku," ujar Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Di depan ada Chang Yuan sedang menunggumu. Temui dia, mungkin ada sesuatu kabar penting dari Tuan," ujar Bibi Xia.     

"Aku tidak mau. Dia pasti hanya ingin mengabarkan kalau Dae Hyun sibuk. Kemungkinan besar seminggu lagi baru kembali," tolak Soo Yin sembari melipat tangannya di dada.     

"Cepatlah, apakah tidak penasaran?" bujuk Bibi Xia.     

"Baiklah." Akhirnya Soo Yin bangkit berdiri lalu pergi menghampiri Chang Yuan yang tengah duduk di ruang tamu.     

"Selamat pagi, Nona," sapa Chang Yuan.     

"Ada apa pagi-pagi seperti ini datang kemari? Apakah kau hanya ingin mengatakan jika Dae Hyun tidak bisa pulang karena sedang sibuk bekerja?" tuding Soo Yin sembari menghempaskan tubuhnya di sofa.     

"Tidak, Nona. Tuan memintaku untuk menjemput anda," terang Chang Yuan.     

"Untuk apa? Jika hanya ingin aku menunggunya bekerja sepanjang hari di hotel, katakan saja padanya aku tidak mau," tolak Soo Yin seraya mencebikkan bibirnya.     

Wanita mana yang tidak sakit hati, berbulan-bulan merasa suaminya yang sakit parah tapi setelah sembuh justru sibuk bekerja sampai tidak ingat pulang.     

"Tidak, Tuan. Sekarang ikutlah bersamaku, aku mohon," bujuk Chang Yuan dengan wajah memelas. Karena tidak ada toleransi jika tidak berhasil membawa Soo Yin bersamanya.     

"Dimana sekarang suamiku?" tanya Soo Yin.     

"Dia sedang menunggu anda untuk menghadiri acara pesta."     

"Kenapa dia tidak menjemputku? Apakah dia takut kalau aku akan mengomel padanya?" tuding Soo Yin.     

"Tuan sedang mempersiapkan sesuatu. Ayo kita berangkat," ajak Chang Yuan.     

Soo Yin menghela nafas pasrah lalu menganggukkan kepalanya.     

"Tunggu, aku akan mengganti pakaian."     

"Tidak perlu, Nona. Karena setelah ini kita akan mampir ke tempat Do Jin terlebih dahulu. Biarkan dia merias wajah anda," terang Chang Yuan.     

"Aku bisa merias wajahku sendiri kalau hanya ke acara pesta biasa," ungkap Soo Yin.     

"Tidak apa-apa. Kupikir agar jauh lebih sempurna lagi." Chang Yuan menjelaskan semuanya dengan penuh rasa sabar.     

Soo Yin berpikir sejenak.     

"Baiklah," sahut Soo Yin.     

°°°°°°°°°°°     

Chang Yuan benar-benar membawa Soo Yin ke salon kecantikan milik Do Jin. Rupanya pria itu sudah menunggunya sejak tadi.     

"Chang Yuan, kenapa lama sekali kau datang? Kita bisa terlambat jika seperti ini," gerutu Do Jin sembari melipat tangannya.     

"Aku tadi agak kesulitan mengajaknya karena dia marah diabaikan oleh Tuan Dae Hyun," bisik Chang Yuan di telinga Do Jin.     

Do Jin menggelengkan kepalanya.     

"Ternyata dia tidak pernah berubah. Dia masih jadi wanita pemarah seperti saat pertama kali aku bertemu dengannya."     

Soo Yin menyadari jika dirinya sedang menjadi omongan kedua pria yang tengah berada di sudut.     

"Kalian sedang membicarakan diriku?" tuding Soo Yin sembari menatap tajam kedua pria itu.     

"Ti … tidak," sahut Do Jin terbata sembari melirik Chang Yuan.     

Soo Yin hanya mendengus kesal karena suasana hatinya benar-benar sangat buruk. Kesal karena tidak bisa menghubungi orang tuanya yang ada di London. Padahal ia ingin menceritakan keluh kesahnya.     

"Hmmm." Do Jin berdehem lalu menghampiri Soo Yin yang sudah duduk di depan cermin.     

"Kenapa dirimu? Sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik," ujar Do Jin sembari memandang Soo Hyun yang memasang wajah masam dari pantulan cermin.     

"Aku kesal karena suamiku lebih mementingkan pekerjaannya dari pada aku. Jika tahu dia akan seperti ini, lebih baik aku membiarkannya saja terbaring di ranjang," keluh Soo Yin.     

"Tidak usah marah-marah seperti itu."     

"Bagaimana aku tidak marah? Dia bahkan sudah tidak pulang dari tiga hari yang lalu. Atau jangan-jangan dia sedang bersama dokter centil itu," ujar Soo Yin dengan suara meninggi.     

"Hei, kau sedang marah dengan suamimu tapi kenapa kau melotot padaku?" gerutu Do Jin karena tatapan mata Soo Yin seperti hendak membakarnya hidup-hidup.     

Soo Yin menghembuskan nafasnya kasar dengan bibir cemberut. Sudah tahu dirinya sedang marah tapi pria itu justru bertanya.     

"Sekarang lebih baik kau lupakan semuanya. Aku akan membuatmu cantik sempurna," ujar Do Jin sembari mengembangkan senyumnya lebar-lebar.     

"Tidak usah terlalu cantik. Dia lebih suka melirik dokter janda itu," tukas Soo Yin.     

"Hei, dari mana kau tahu jika Dae Hyun lebih menyukainya? Mi Young itu masa lalu, kau tidak boleh berpikiran buruk padanya," saran Do Jin sembari mengamati rambut Soo Yin.     

"Dua hari yang lalu tanpa sengaja aku melihat mereka," ungkap Soo Yin dengan sorot mata terbakar api cemburu.     

"Apa yang kau lihat belum tentu sama dengan apa yang kau pikirkan. Sekarang tersenyumlah, jangan cemberut lagi agar aku lebih mudah merias wajahmu," ujar Do Jin sembari menepuk pundak Soo Yin.     

"Apakah kau tahu dia akan membawaku kemana?"     

"Aku … tentu saja aku tidak tahu," sahut Do Jin terbata.     

Soo Yin menghela nafas panjang dengan rasa penasaran di hatinya. Kenapa suaminya tidak mengatakan apapun sebelumnya? Menghubunginya saja tidak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.