Istri Simpanan

Bab 615 - Aku akan menjaganya



Bab 615 - Aku akan menjaganya

0Soo Yin mengunjungi kamar Jean kembali. Disana ia bisa menghibur sedikit hatinya yang sedih.     
0

Dengan penuh kelembutan, Soo Yin belajar untuk menggendong anak Jean. Berulang kali ia mencium kedua pipi nan sehalus sutra itu secara bergantian tanpa ada rasa bosan.     

Seandainya saja diperbolehkan masuk, Soo Yin pasti sudah membawa bayi mungil itu menemui Dae Hyun. Namun sayang sekali karena sangat berbahaya bagi bayi yang masih rentan terkena virus.     

"Jean, anakmu sangat manis," puji Soo Yin.     

Jean tersenyum senang, setidaknya kehadiran anaknya mampu mengalihkan sedikit perasaan sedih sahabatnya.     

"Hmmm, kau juga kelak akan mendapatkannya kembali," ucap Jean. Namun setelah beberapa saat, Jean menutupi mulutnya dengan telapak tangan.     

Jean khawatir membuat Soo Yin sedih di saat kondisi Dae Hyun masih belum pulih. Bahkan berdasarkan cerita Chang Yuan, tidak ada tanda-tanda Dae Hyun lebih baik lagi.     

Soo Yin hanya tersenyum getir lalu ia menyanyikan sebuah lagu sembari menimbang anak Jean.     

"Soo Yin, ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Jean sembari menghela nafas panjang.     

"Ada apa?" tanya Soo Yin.     

"Aku dan Asisten Chang akan menikah," ucap Jean. Pipinya bersemu merah menahan malu.     

"Benarkah?" Soo Yin terperangah mendengarnya.      

"Hmmm," sahut Jean malu-malu.     

"Aku sangat senang mendengarnya. Apakah kau sudah mempertimbangkan semuanya?" Wajah Soo Yin berbinar. Ia sangat senang karena sahabatnya sudah menemukan pria yang tepat untuknya.     

"Asisten Chang adalah pria yang sangat baik. Aku yakin dia akan menjaga kami sepenuh hatinya," ungkap Jean. Meski awalnya berat karena bertentangan dengan hatinya, tapi pada akhirnya Jean memilihnya.     

"Kapan kalian akan menikah?" tanya Soo Yin.     

"Asisten Chang mengatakan secepatnya. Dia yang mengurus semuanya."     

"Dia memang pria yang bertanggung jawab. Kau tidak salah memilihnya sebagai suami," ujar Soo Yin.     

Jean tersenyum hambar. Disini ia yang terkadang merasa tidak percaya diri bisa menikah dengan pria itu.     

°°°°°°°°°°     

Meski Soo Yin pergi meninggalkan kamar Dae Hyun, tapi dia tidak berani terlalu lama. Dalam beberapa jam dia sudah kembali.     

Tepat di depan pintu kamar, sudah ada Ny. Park yang duduk seorang diri.     

"Sudah berapa lama Ibu disini?" tanya Soo Yin sembari duduk di sebelahnya.     

"Belum terlalu lama. Sebaiknya kau pulang dan istirahat. Kau sudah terlalu lama berada disini." Ny. Park merasa sangat sedih sekaligus bersalah. Dulu sempat membenci dan berpikiran buruk tentang Soo Yin.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan. Di rumah sakit atau di rumah bagi Soo Yin sama saja. Pikirannya tidak akan tenang memikirkan Dae Hyun.     

Lebih baik baginya tetap di sana sambil melihatnya.     

"Kau sudah makan? Kebetulan sekali aku tadi membawa makanan untukmu." Ny. Park menunjukkan kotak bekal yang dibawanya.     

Ia mendapat cerita dari Kim Soo Hyun kalau Soo Yin tidak mau makan. Benar sekali, sekarang tubuhnya terlihat jauh lebih kurus.     

"Makanlah, biarkan aku menyuapimu," imbuh Ny. Park.     

Mata Soo Yin berkaca-kaca, seandainya saja Dae Hyun sudah bangun pasti ia sangat bahagia. Pada akhirnya keluarga mereka sudah setuju.     

Soo Yin membuka mulutnya ketika Ny. Park menyodorkan sendok. Tenggorokannya terasa sangat sulit untuk menelan setiap membayangkan Dae Hyun tidak bangun lagi.     

"Ibu, kenapa Dae Hyun tidak mau membuka matanya? Apakah dia membenciku?" ucap Soo Yin dengan bibir bergetar. Air mata perlahan kembali mengalir dari sudut matanya.     

Ny. Park ikut sesak mendengar ucapan Soo Yin.     

"Mama mungkin dia membencimu. Dia sangat mencintaimu dan berhentilah merasa bersalah atas apa yang terjadi." Ny. Park memeluk tubuh Xiao Yi lalu menepuk punggungnya pelan. Tidak ada air matanya karena ia sudah cukup tegar.     

"Aku merindukannya membuka mata, Bu," ungkap Soo Yin di sela isak tangisnya yang semakin histeris.     

Ny. Park bisa mengerti apa yang dirasakan oleh menantunya. Ia sendiri menginginkan hal yang sama.     

"Soo Yin, bisakah kita berbicara?" ujar Ny. Park. Meski tidak tega ia tetap harus berbicara dengannya.     

Soo Yin menatap lekat mata Ny. Park.     

"Biarkan aku yang merawat Dae Hyun. Kau masih muda, kau harus melanjutkan hidupmu. Aku tidak ingin kau membuang waktu dengan putraku. Kau bisa melanjutkan hidupmu seperti wanita normal lainnya, menikah, memiliki anak."      

Ny. Park terpaksa mengatakan hal itu karena Soo Yin berhak bahagia. Jangan sampai putranya membuatnya terbelenggu menjaganya tanpa tahu sampai kapan.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa ibu mertuanya mengatakan hal itu.     

"Percayalah, aku tidak pernah membencimu. Bukan aku ingin merebut putraku tapi kebahagiaanmu jauh lebih penting," imbuh Ny. Park sebelum Soo Yin berpikir terlalu jauh.     

"Tidak, aku akan tetap berada di sisi Dae Hyun sampai kapanpun. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun merawat suamiku. Jika maksud Ibu, aku harus menikah dengan orang lain maka aku tidak akan pernah melakukannya," tolak Soo Yin dengan tegas.     

Ny. Park menghela nafas panjang.     

"Soo Yin, kau juga berhak bahagia. Akan sampai kapan kau seperti ini? Dokter saja mengatakan Dae Hyun sulit untuk sembuh," ungkap Ny. Park dengan bibir yang teramat berat saat mengatakannya.     

"Meskipun sembuh, dia tidak akan menjadi pria normal seperti dulu. Ia akan lumpuh pada hampir seluruh anggota tubuhnya," ucap Ny. Park dengan suara pilu.     

"Aku tidak masalah sama sekali. Meski dia lumpuh aku akan tetap menemaninya," ucap Soo Yin bersikeras pada pendiriannya.     

Soo Yin bangkit berdiri lalu masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan suaminya. Ia marah karena ibu mertuanya justru mengatakan hal itu.     

"Sayang, apapun yang terjadi aku akan tetap berada disampingmu. Aku akan menemanimu sampai pun," ucap Soo Yin sembari memeluk Dae Hyun yang sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di dada Dae Hyun. Mendengarkan detak jantungnya yang tidak stabil.     

Ini bukan pertama kalinya keluarga Dae Hyun mengatakan hal itu. Soo Yin sangat sedih mendengarnya. Apakah mereka mengira jika dirinya tidak setia hanya gara-gara suaminya tak akan sembuh?     

"Sayang, cepatlah bangun. Kau bilang ingin mengajakku pergi liburan ke pulau Jeju lagi. Apakah kau tidak ingin mengulangi bulan madu untuk yang kedua kalinya?" ucap Soo Yin sembari menerawang jauh, mengingat memori yang sudah berlalu tapi sangat berkesan.     

"Kau juga mengatakan ingin membangun rumah di dekat taman bunga. Kau harus mewujudkannya karena aku pasti akan sangat marah. Aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai berbohong," ucap Soo Yin.     

"Nanti kita akan memiliki anak yang sangat banyak. Bermain-main dengan mereka." Soo Yin mulai berandai-andai membayangkan memiliki keluarga kecil.     

Di luar, sejak tadi Ny. Park mengamati Soo Yin. Setiap melihatnya perasaan bersalah terus menghantuinya. Sangat menyesal karena dulu tidak pernah memberikan kebahagiaan putranya.     

Ny. Park menyeka air mata dari sudut matanya. Ia teringat kedatangannya kemari ingin menemui Jean dan melihat cucunya. Barangkali Jean mengurungkan niatnya menikah dengan Chang Yuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.