Istri Simpanan

Bab 618 - Ada wanita yang setia



Bab 618 - Ada wanita yang setia

0Soo Yin menggenggam erat jemari Dae Hyun yang tengah berbaring di ranjang. Dokter Kang sedang memeriksa keadaannya saat ini. Semoga tidak terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan.     
0

"Untuk sementara waktu sebaiknya menggunakan kursi roda. Tidur terlalu lama membuatnya kehilangan keseimbangan. Butuh waktu untuk kembali seperti semula," terang Dokter Kang.     

"Tapi dia akan sembuh seperti semula, kan?" tanya Soo Yin.     

Dokter Kang tersenyum melihat raut kekhawatiran di wajah Soo Yin. Ia tahu wanita sudah menunggu Dae Hyun sangat lama sampai ke tahap ini.     

"Aku akan membantu merawatnya. Jika ada sesuatu kau bisa langsung menghubungiku," terang Dokter Kang.     

"Lalu bagaimana dengan ingatannya? Apakah dia bisa mengingat semuanya lagi?" tanya Soo Yin kembali. Setidaknya harus memastikan suaminya baik-baik saja.     

"Dia pasti akan mengingat semuanya meskipun bertahap. Kau bisa membantu untuk memulihkan ingatannya."     

Soo Yin menarik nafas dalam-dalam. Perasaannya sedikit lega. Akhirnya ia bisa melihat suaminya merespon lagi.     

"Aku yakin Dae Hyun akan sembuh karena ada wanita kuat yang selalu setia mendampinginya." Dokter Kang memberikan sedikit pujian karena Dae Hyun bisa sadar itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa.     

Soo Yin hanya tersenyum mengingat sifat keras kepalanya memberikan efek positif bagi Dae Hyun. Jika saja ia menuruti dokter, mungkin tidak akan melihat suaminya lagi.     

"Dae Hyun, kau sungguh tidak mengingatku? Bagaimana bisa kau melupakan persahabatan kita yang terjalin sejak lama?" pancing Dokter Kang sembari berdecak.     

"Siapa kau? Memangnya aku mengenalmu?" tanya Dae Hyun dengan datar. Mengamati wajah Dokter Kang dengan seksama.     

Dae Hyun membuang wajah karena wajah Dokter Kang terlihat sangat menyebalkan.     

"Kita sudah bersahabat sejak kecil. Kenapa kau jadi menyebalkan sekali? Kau lebih mengingat Soo Yin dari pada aku,", gerutu Dokter Kang.     

"Wajahmu sangat menyebalkan untuk diingat," ujar Dae Hyun dengan nada datar.     

"Ah, orang ini. Ingin sekali aku memukul kepalanya," ujar Dokter Kang sambil berkacak pinggang.     

Soo Yin tertawa renyah melihat pertengkaran suaminya dan Dokter Kang. Tawa yang tidak pernah dilakukannya selama setengah tahun terakhir. Jangankan tertawa untuk tersenyum saja bibirnya terasa sangatlah berat.     

Sesekali Dokter Kang mengamati Soo Yin ysng tertawa sampai matanya berair. Pria itu ikut senang melihat kebahagiaan istri dari sahabatnya.     

"Soo Yin, apakah kau sudah menghubungi keluarganya?" tanya Dokter Kang.     

Soo Yin menepuk jidatnya, terlalu bahagia membuatnya lupa untuk menghubungi Ny. Park.     

"Aku lupa, nanti aku akan menghubunginya," sahut Soo Yin.     

"Tidak usah terburu-buru, lebih baik nikmati kebersamaan kalian. Kau bisa menghubungi keluarganya besok pagi," saran Dokter Kang.     

Soo Yin menggangguk pelan. Kedatangan mertuanya memang penting tapi ia ingin menikmati satu malam lebih dulu dari mereka.     

"Sekarang pergilah, aku tidak suka melihatmu," usir Dae Hyun.     

"Ugh, memang pasien tidak tahu diri," gerutu Dokter Kang.     

"Sayang, kau tidak boleh seperti itu," bisik Soo Yin di telinga Dae Hyun sambil mengusap lengannya pelan.     

"Wajahnya memang menyebalkan. Beruntung sekali aku tidak mengingatnya," ungkap Dae Hyun sambil melirik Dokter Kang dengan tatapan sinis.     

"Baiklah, aku akan pergi." Dokter segera meninggalkan rumah itu dalam keadaan pura-pura marah. Sudah terbiasa baginya jika bertemu mereka akan bertengkar hanya karena hal-hal kecil.     

Tidak ada rasa bosan sama sekali bagi Soo Yin memandang Dae Hyun. Rasanya masih seperti bermimpi.     

"Kenapa menatapku terus menerus? Apakah wajahku terlihat sangat aneh?" tanya Dae Hyun sembari menaikkan sebelah alisnya.     

"Tidak, aku hanya terlalu senang," sahut Soo Yin.     

"Mau mandi?" imbuhnya.     

"Hmmm, ide yang bagus. Tubuhku memang terasa lengket sekali," gerutu Dae Hyun.     

Soo Yin membantu Dae Hyun untuk duduk di kursi roda.     

"Aku pasti sangat menyusahkanmu," ujar Dae Hyun dengan sendu.     

"Ssttt, aku sama sekali tidak merasa kesusahan. Tidak usah berpikir begitu lagi," sergah Soo Yin.     

Dae Hyun hanya diam saja ketika Soo Yin menggosok tubuhnya. Betapa beruntungnya memiliki istri seperti Soo Yin. Tak banyak yang diingat tentangnya di masa lalu. Namun ia bisa merasakan kesetiaan dari tatapannya.     

"Apakah kau melakukannya setiap hari? Aku sungguh merasa menjadi pria yang tidak berguna. Tidak seharusnya aku menyusahkanmu dan membuatmu menangis," ungkap Dae Hyun dengan getir.     

"Itu memang tugasku sebagai istri. Kau tidak boleh mengatakan hal itu karena aku tidak suka," ucap Soo Yin. Mendadak suasana hatinya berubah menjadi buruk.     

"Aku minta maaf. Aku hanya merasa sangat beruntung memilikimu." Dae Hyun meraih tangan Soo Yin lalu meletakannya di dada.     

°°°°°°°°     

Ini adalah makan malam pertama bersama Dae Hyun setelah sekian lama. Soo Yin meminta para pelayan menyiapkannya di teras yang menghadap ke taman. Ia ingin makan malam ini sangat berkesan.     

Ada lilin yang sudah dihidupkan di sekeliling mereka.     

"Aku merasa ingin kembali seperti dulu lagi," ujar Dae Hyun.     

"Kau pasti bisa, Sayang. Kau harus sembuh dan mengingat semuanya," ujar Soo Yin sembari mendorong kursi roda lalu menempatkannya di posisi yang pas.     

"Duduklah disini," perintah Dae Hyun agar Soo Yin duduk di pangkuannya.     

Soo Yin lantas menurut meski agak takut membuat suaminya kesakitan.     

"Aku ingin kita makan dalam posisi seperti ini," ungkap Dae Hyun.     

"Apakah tidak sulit?" Soo Yin memiringkan tubuhnya agar bisa memandang Dae Hyun.     

"Tidak ada yang sulit selagi ada di dekatmu." Dae Hyun mendekatkan kepalanya lebih dekat ke wajah Soo Yin. Menghirup aroma tubuhnya yang sudah sekian lama tidak dirasakannya.     

Soo Yin juga mencondongkan kepalanya lebih maju hingga dahi mereka saling menyentuh. Terus ke bawah hingga hidung mereka ikut menyatu.     

"Aku mencintaimu, Soo Yin," ucap Dae Hyun. Bibir mereka hanya berjarak beberapa senti saja. Bahkan hampir menempel satu sama lain.     

Soo Yin bisa merasakan hembusan nafas yang berhembus pelan di wajahnya. Sudah lama ia merindukan saat-saat seperti ini.     

Dae Hyun tidak bisa menahan keinginannya lebih lama lagi. Dalam hitungan detik bibir mereka sudah bersentuhan. Bibir mereka menyatu dengan kedua mata yang perlahan terpejam.     

Soo Yin melingkarkan tangannya di leher Dae Hyun ketika pria itu mulai menggigit kecil bibirnya yang tipis.     

Mereka saling menyesap dengan lembut. Menyatukan lidah mereka dan membiarkannya menari-nari satu sama lain.     

Perlahan ciuman itu semakin dalam. Tak ada satupun di antara mereka yang ingin mengakhirinya. Keduanya sama-sama ingin melepas rindu yang terbelenggu.     

Setengah tahun lebih mereka memang selalu bersama tapi saling merindukan. Mereka tidak bisa saling menyapa apalagi saling menggenggam.     

Angin malam yang berhembus kencang menyadarkan mereka hingga perlahan Dae Hyun melepaskan ciumannya. Beberapa lilin sudah mati karena tertiup oleh angin yang terus berhembus.     

"Kau adalah wanita hebatku." Dae Hyun menangkup wajah Soo Yin lalu mengusap bibirnya dengan ibu jarinya.     

Wajah yang selalu dilihatnya di dalam mimpi panjangnya kini sudah berhasil ia genggam.     

"Kita makan dulu. Kau harus makan yang banyak agar lekas sembuh," ujar Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.