Istri Simpanan

Bab 606 - Jangan menyiksa diri



Bab 606 - Jangan menyiksa diri

0Soo Yin berdiri dengan penuh keberanian di tengah-tengah orang-orang yang saling menodongkan senjatanya. Sungguh ia sangat sedih jika pertumpahan darah harus terjadi.     
0

"Soo Yin, minggirlah," perintah Richard Lee. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya.     

"Aku tidak akan pergi sebelum kalian menyudahi pertengkaran ini," ujar Soo Yin.     

Richard Lee bingung antara balas dendam dengan mengikuti egonya atau justru mengikuti perintah Soo Yin. Di dalam hatinya masih haus akan balas dendam.     

"Gong Yoo, bawa Soo Yin masuk ke dalam," perintah Richard Lee karena sangat berbahaya bagi putrinya.     

Gong Yoo menganggukkan kepalanya lalu berjalan mendekati Soo Yin.     

"Gong Yoo, hentikan langkahmu! Jangan pernah berani mendekati istriku," sergah Dae Hyun. Tidak rela jika musuhnya mendekati Soo Yin.     

Dae Hyun hendak melangkah mendekat sebelum Gong Yoo menyentuhnya.     

"Dae Hyun, tetaplah di tempatmu jika kau tidak ingin ayahmu mati sekarang juga," ancam Richard Lee. Ia dan anak buahnya sudah bersiap menodongkan senjata. Selangkah saja Dae Hyun menyentuh putrinya maka tembakan bersiap dilepaskan.     

"Ayah, tolong jangan sakiti siapapun," pinta Soo Yin dengan wajah memelas karena ayahnya tidak akan main-main dengan apa yang diucapkan. Ia sangat takut Park Ji Hoon nenjadi korban.     

"Jika kau tidak ingin menyakiti mereka, masuklah ke dalam," ancam Richard Lee kembali.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Masih belum yakin dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya.     

Dae Hyun tidak peduli dirinya dalam bahaya hingga ia melangkahkan kakinya.     

Dorrr ….     

Suara pistol menggema di udara sangat memekakkan telinga.     

"Tetap diam atau aku akan membunuh ayahmu," ancam Richard Lee dengan emosi yang sudah memuncak.     

"Dae Hyun, tetaplah di tempatmu," perintah Soo Yin dengan perasaan pedih karena untuk sementara mereka harus berpisah kembali.     

"Tapi …." Dae Hyun hendak menyanggah.     

"Aku mohon, aku tidak ingin kalian celaka," ucap Soo Yin dengan bibir bergetar.     

"Ayah, biarkan mereka pergi sekarang juga," pinta Soo Yin sambil memandang pilu ayahnya.     

Richard Lee menghela nafas panjang. Kali ini tidak tahu apa yang harus dilakukan olehnya karena ada Soo Yin.     

"Baiklah, sebaiknya kalian pergi," usir Richard Lee secara halus. Kali ini memilih mengikuti ucapan Soo Yin karena tidak ingin mengambil resiko besar.     

"Soo Yin, tetaplah bersamaku," ujar Dae Hyun.     

"Tidak, Dae Hyun. Aku akan di sini agar kalian baik-baik saja. Tidak usah mencemaskanku," ucap Soo Yin sembari mengusap air mata yang tak dapat dibendung.     

"Tapi …," sanggah Dae Hyun.     

"Pergilah," ujar Xiao Yi dengan hati yang sangat sakit karena harus berpisah dengan Dae Hyun.     

"Jika kau ingin mereka baik-baik saja, ayo masuk ke dalam," ajak Richard Lee.     

Soo Yin segera berbalik mengikuti Richard Lee meskipun kakinya terasa sangat berat.     

"Soo Yin, pulanglah bersamaku," panggil Dae Hyun. Hendak mengejarnya tapi begitu banyak orang-orang yang menodongkan senjata ke arahnya. Bukan karena takut, Dae Hyun juga memikirkan keselamatan Soo Yin.     

Sekuat hati Soo Yin tidak menoleh meski air mata terus bercucuran. Tak dapat dipungkiri hatinya sangat kacau dan tidak menentu.     

Dae Hyun hanya bisa menghela nafas pasrah. Ia akan mencari cara lain untuk bersama istrinya suatu hari nanti.     

================================     

Beberapa bulan kemudian,     

Selama itu Soo Yin harus menahan rindu yang sangat mendalam. Ia lebih banyak mengurung diri di kamar dari pada pergi keluar.      

Seo Kyung dan Richard Lee sampai bingung bagaimana cara membangkitkan semangat Soo Yin seperti dulu lagi. Niat awalnya akan pulang ke London kini mereka harus tetap tinggal di Seoul. Soo Yin selalu menolak keras saat diajak pulang ke London.     

"Soo Yin, makanlah," bujuk Seo Kyung. Hampir setiap hari dan setiap waktu makan Seo Kyung selalu menghampiri Soo Yin di kamarnya.     

Seo Kyung sangat iba melihat putrinya yang tampak sangat tersiksa. Sungguh hatinya ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Soo Yin.     

"Aku tidak lapar." Hanya jawaban singkat yang keluar dari bibirnya.     

Wajah Soo Yin semakin pucat dengan tubuhnya yang semakin kurus. Tidak ada telepon di tangannya. Hal itu membuatnya seperti orang gila. Hampir sepanjang malam selalu memikirkan bagaimana keadaan Dae Hyun saat ini.      

"Kau harus makan, jangan menyiksa dirimu sendiri seperti ini," bujuk Seo Kyung. Tidak tahu bagaimana caranya agar Soo Yin bisa kembali seperti semula.     

Soo Yin tetap menggelengkan kepalanya dengan pandangan yang kosong. Matanya tampak sembab karena sepanjang hari bahkan malam Soo Yin selalu menangis.     

Bisa saja ia kabur tapi yang ada di pikirannya keselamatan keluarga Dae Hyun. Orang tuanya pasti akan disalahkan.     

Seo Kyung membelai rambut panjangnya dari belakang. Setelah Richard pulang dari hotel, ia akan mengajaknya berbicara. Satu hal yang paling ditakutkan oleh Seo Kyung adalah Soo Yin akan mengalami hal pahit seperti dirinya.     

"Soo Yin, apakah kau merindukannya?" Seo Kyung tetap bertanya meskipun sudah tahu apa jawabannya.     

Soo Yin hanya diam seribu bahasa. Rasa rindu itu tak mampu lagi diungkapkan oleh kata-kata. Meski awalnya Soo Yin mencoba tegar karena demi kebaikan semuanya. Namun nyatanya ia tak sanggup jika menahannya terlalu lama.     

"Soo Yin, aku mohon kau jangan seperti ini," bujuk Seo Kyung dengan nada sendu. Namun sayang sekali karena Soo Yin tidak merespon.     

Seo Kyung menghela nafas pasrah. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar. Tepat di pintu ia berpapasan dengan Kim Nam.     

"Seo Kyung, bagaimana keadaan Soo Yin saat ini? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Kim Nam dengan rasa khawatir. Ia merasa tidak enak hati karena dirinyalah pernikahan itu harus terjadi.     

"Seperti biasa Soo Yin tidak mau melakukan apapun," terang Seo Kyung.     

"Biarkan aku bicara dengannya. Semoga saja aku bisa membujuknya," ujar Kim Nam.     

Sejak kecil Soo Yin sudah bersamanya. Barangkali kehadirannya saat ini bisa membuatnya jauh lebih baik.     

Seo Kyung menganggukan kepalanya. Menyetujui permintaan Kim Nam.     

"Soo Yin, bagaimana kabarmu?" Kim Nam duduk di ranjang tepat di samping Soo Yin yang berbaring dalam posisi miring menghadap ke arah jendela.     

"Maafkan aku karena sudah membuatmu seperti ini. Seandainya aku tidak memintamu menikah dengannya pasti gak ini tidak akan terjadi," ungkap Kim Nam dengan perasaan sangat bersalah.     

Soo Yin tetap tidak menyahut. Hanya air mata yang terus membasahi pipinya.     

"Soo Yin, jangan seperti ini terus. Kembalilah seperti Soo Yin yang dulu," pinta Kim Nam.     

Begitu banyak kata-kata yang diucapkan Kim Nam untuk membangkitkan semangat Soo Yin. Namun nyatanya Soo Yin tetap tidak merespon.     

Kim Nam akhirnya memilih pergi dari kamar itu, menyisakan sejuta penyesalan di masa lalu. Ia hanya takut kejadian di masa lalu terulang kembali pada Soo Yin.      

Pria itu berharap segera menemukan jalan keluarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.