Istri Simpanan

Bab 608 - Salah orang



Bab 608 - Salah orang

Soo Yin langsung berdiri tapi kedua kakinya terasa lemas. Otot-otot tubuhnya tak mampu lagi bekerja dengan benar. Itu sebuah pukulan yang sangat berat baginya.     

"Tidak mungkin, mereka pasti salah orang." Soo Yin menggelengkan kepalanya kuat-kuat dengan air mata yang terus bercucuran membasahi pipinya.      

Ia merasa seperti ada sebuah batu besar yang menghujam dadanya. Rasanya sangat sakit dan tidak bisa diungkapkan kata-kata.     

Tak ingin membuang waktu Soo Yin kemudian membuka pintu untuk keluar. Di saat yang bersamaan ternyata ada seorang pelayan yang hendak masuk sambil membawa nampan di tangannya.     

Soo Yin lalu mengambil pisau yang digunakan untuk memotong buah.     

"Nona, apa yang kau lakukan?" ujar Pelayan histeris. Khawatir jika Soo Yin akan berbuat sesuatu yang macam-macam dengan pisau itu.     

Soo Yin tidak menjawab, ia kemudian melangkah menuruni anak tangga. Kali ini ia seolah-olah mendapatkan kekuatan besar untuk berlari.     

Saat hendak keluar pintu utama, Soo Yin dihadang oleh para penjaga yang terdiri dari dua orang pria bertubuh besar.     

"Nona, mau kemana?" sergah penjaga tersebut     

"Jangan mendekat atau aku akan memotong leherku," ancam Soo Yin sembari menempelkan pisau yang tajam ke lehernya sendiri. Matanya begitu awas menatap para penjaga.     

"Nona, turunkan pisau itu? Itu sangat berbahaya untuk anda," ujar para penjaga dengan resah karena kali ini orang mereka jaga tampak tidak main-main dengan ancamannya.     

"Biarkan aku pergi jika kalian ingin aku tetap hidup," ancam Soo Yin dengan tubuh gemetar. Ia menempelkan ujung pisau yang tajam itu hingga menggores lehernya dan sudah mengeluarkan sedikit noda darah.     

Para penjaga sangat bingung kali ini. Tidak mungkin mereka membiarkan Soo Yin pergi. Namun mereka kesulitan untuk mencegah karena takut Soo Yin melukai dirinya sendiri.     

"Nona, aku mohon turunkan pisau itu," bujuk para penjaga.     

"Soo Yin, ada apa ini?" Dari kejauhan terlihat Richard Lee yang panik melihat Soo Yin berada di luar. Pria itu baru saja keluar dari ruang kerjanya.     

"Ayah, suruh mereka pergi atau Ayah tidak akan melihatku lagi," ancam Soo Yin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.     

"Sayang, tenanglah. Ada apa denganmu? Memangnya kau mau kemana?" bujuk Richard Lee pelan-pelan.     

"Dae Hyun kecelakaan dan aku ingin melihatnya," seru Soo Yin dengan histeris.     

Richard Lee terdiam, tidak bisa berucap apa-apa kali ini. Baru saja ia mengetahui berita tersebut dari anak buahnya. Tidak disangka Soo Yin sudah mengetahuinya.     

"Soo Yin, kabar itu belum tentu benar. Biarkan ayah mencari tahu terlebih dahulu," bujuk Richard Lee. Terlalu berbahaya jika Soo Yin menjenguk Dae Hyun di saat kondisi keluarganya yang pasti belum tenang.     

"Tidak, Ayah. Bagaimana mungkin itu tidak benar? Aku sudah melihat semuanya. Sekarang aku ingin memastikannya sendiri," tukas Soo Yin dengan tegas.     

"Baiklah, biarkan seseorang mengantarkanmu," ujar Richard Lee.     

"Tidak, aku akan pergi sendiri," tolak Soo Yin. Takut jika Richard Lee menipunya.     

Richard Lee menghela nafas panjang sambil memijat pelipisnya.     

"Soo Yin, sangat berbahaya jika kau pergi seorang diri," terang Richard.     

"Aku tidak peduli. Jika Ayah melarangku maka bersiaplah Ayah akan benar-benar kehilangan diriku," ucap Soo Yin tidak main-main.     

"Baik, tapi tolong jauhkan pisau itu agar tidak semakin membuatmu celaka," pinta Richard Lee.     

"Ayah, suruh anak buah menyingkir dan tidak menghalangiku," perintah Soo Yin.     

Sudah cukup ia menjadi anak yang penurut. Kali ini Soo Yin tidak ingin diam saja disaat suaminya sedang kritis.     

"Menyingkirlah," perintah Richard Lee pada anak buahnya.     

Para penjaga yang kini sudah bertambah segera menyingkir untuk memberikan jalan pada Soo Yin.     

Tanpa pikir panjang, Soo Yin segera berlari meninggalkan kediaman orang tuanya. Pisau tajam itu masih berada di dalam genggamannya untuk berjaga-jaga jika ada anak buah Richard yang mengejarnya.     

================================     

Hallym Medical Center,     

Sesuai informasi yang ada di berita, Soo Yin segera bergegas menuju dimana Dae Hyun saat ini dirawat.     

Ia mencari informasi terlebih dahulu sebelum masuk. Sepanjang perjalanan air mata tak kuasa ditahan. Bercucuran membasahi pipinya.     

Orang-orang yang berpapasan dengannya memandang aneh ke arah Soo Yin. Meskipun sebenarnya mereka sudah menduga apa yang sebenarnya terjadi.     

Soo Yin menghentikan langkahnya di depan sebuah ruang operasi dimana keluarga Dae Hyun berkumpul di depan ruangan tersebut.     

Ny. Park terlihat sedang menangis histeris di pelukan Park Ji Hoon. Sedangkan Kim Soo Hyun berdiri sambil memijat pelipisnya di depan tembok.     

Kaki Soo Yin semakin lemas melihat pemandangan yang ada di depannya. Ia pikir semuanya hanya mimpi tapi kenapa begitu nyata. Pisau yang ada di tangannya seketika langsung terjatuh menimbulkan suara yang bisa mengalihkan orang-orang di sana.     

"Soo Yin?" ujar Kim Soo Hyun sembari menolehkan kepalanya.     

Soo Yin tetap berdiri di tempatnya dengan bibir terkatup rapat. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ada di benaknya. Namun bibirnya terasa terkunci. Telinganya takut mendengar jawaban mereka.     

Ny. Park juga menegakkan kepalanya. Matanya seketika langsung menatap tajam ke arah Soo Yin.     

"Untuk apa kau kesini? Apakah kau ingin menertawakan Dae Hyun? Apakah kau ingin membuat Dae Hyun lebih celaka lagi dari ini?" tuding Ny. Park dengan penuh emosi.     

"Sun Wo, tenanglah." Park Ji Hoon berusaha menenangkan istrinya.     

"Pergi sekarang juga dari sini karena kau tidak dibutuhkan. Kehadiranmu hanya membuat keluarga kami berantakan," usir Ny. Park dengan sarkas.     

Soo Yin seperti mendapatkan sebuah tamparan keras di pipinya. Namun ia tidak akan menyerah, apapun yang terjadi ia harus memastikan kondisi Dae Hyun baik-baik saja.     

Kim Soo Hyun segera menghampiri Soo Yin. Bisa mengerti apa yang dirasakan olehnya saat ini. Soo Yin pasti sedang merasakan sakit yang begitu dalam.     

"Bagaimana kabar Dae Hyun?" tanya Soo Yin dengan arah pandangan ke arah pintu ruang operasi.     

"Soo Hyun, sebaiknya kau usir dia dari sini. Aku tidak ingin melihatnya," perintah Ny. Park.     

"Soo Yin, duduklah terlebih dahulu." Kim Soo Hyun mengamati tangan Soo Yin yang terluka terkena pisau. Tanpa memperdulikan ibunya yang terus memintanya untuk mengusir Soo Yin.     

"Katakan padaku bagaimana keadaan Dae Hyun saat ini. Apakah dia baik-baik saja?" tanya Soo Yin sekali lagi.     

Kim Soo Hyun menghela nafas panjang. Tidak tega mengatakan yang sebenarnya.     

"Kita obati dulu lukamu. Sekarang dokter sedang melakukan pertolongan. Kita tunggu saja nanti bagaimana kabarnya," ucap Kim Soo Hyun dengan sendu.     

Meskipun sudah mengetahui kemungkinan Dae Hyun sembuh sangatlah tipis.     

Kim Soo Hyun menuntun Soo Yin menuju kursi yang agak berjauhan dengan ibunya. Di saat kondisi genting seperti itu, rasanya tidak mungkin mengusir Soo Yin. Ia juga berhak mengetahui apa yang terjadi pada suaminya.     

"Aku baik-baik saja. Jangan pedulikan aku." Soo Yin menolak ketika Kim Soo Hyun hendak mengobati lukanya. Karena luka itu tidak sebanding dengan apa yang dirasakan oleh Dae Hyun saat ini.     

"Jangan membantah, jika Dae Hyun mengetahui kau seperti ini pasti akan sangat sedih," ujar Kim Soo Hyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.