Istri Simpanan

Bab 599 - Melebur rasa 21+



Bab 599 - Melebur rasa 21+

0Dae Hyun mendorong pelan tubuh Soo Yin ke atas ranjang yang empuk. Hingga kelopak mawar itu bergerak, berserakan karena efek kasur yang memantul.      
0

"Aku sangat merindukanmu," bisik Dae Hyun dengan begitu mesra di telinga Soo Yin. Hembusan nafasnya membuat gelayar aneh yang mulai merasuk tubuhnya.      

Posisi Dae Hyun berada di atas tubuh Soo Yin. Tangannya terulur menelusuri setiap lekuk wajahnya. Hingga Soo Yin menggenggamnya, mengecup punggung tangannya dengan lembut.     

Dae Hyun meletakan tangan Soo Yin di dadanya agar ia bisa merasakan hatinya yang berdebar tidak karuan.     

"Apakah kau gugup?" goda Soo Yin sambil mengembangkan sebuah manisnya.     

"Beberapa waktu jauh darimu membuatku agak gugup," ucap Dae Hyun sembari terkekeh.     

Pipi Soo Yin bersemu merah, dicubitnya pinggang Dae Hyun dengan dengan pelan.     

"Aku ingin mengulang kembali saat kita bulan di Pulau Jeju. Aku ingin kita sebentar saja melupakan masalah yang terjadi." Dae Hyun khawatir Richard Lee pasti akan mencari Soo Yin.     

"Tentu," sahut Soo Yin.     

Dae Hyun mendekatkan kepalanya lebih dekat lagi ke arah Soo Yin. Mengecup keningnya, menelusuri dengan bibirnya hingga berakhir di bibir yang lembut dan kenyal. Ia tidak ingin tergesa-gesa melakukannya.      

Soo Yin mengalungkan tangannya di leher Dae Hyun ketika bibir mereka saling bertautan.      

Keduanya sama-sama ingin melepas rindu yang sudah lama tidak tersampaikan. Kini tangan Dae Hyun sudah bergerak membuka kancing baju Soo Yin pelan-pelan.     

Begitu pula Soo Yin yang membantu melepaskan kancing kemeja Dae Hyun.     

Soo Yin bergerak resah saat bibir Dae Hyun menelusuri tengkuknya. Memberikan efek desiran yang membuatnya menginginkan lagi dan lagi. Matanya kini terpejam dengan kedua tangan mencengkram seprai hingga berkerut.      

Kedua kaki Soo Yin terus bergerak pelan untuk mengungkapkan perasaan yang kini dirasakannya.     

Lama tidak bertemu membuat mereka merasakan gairah asmara yang semakin menjadi-jadi. Peluh keringat membasahi tubuh keduanya seiring dengan perasaan yang semakin berkobar.      

"Sayang, aku mencintaimu." Dae Hyun seolah-olah tak bosan mengatakannya meski nafasnya terengah-engah.     

Soo Yin membuka matanya yang sudah tampak sayu. Ingin membalas perkataan Dae Hyun tapi pria itu sudah membungkam kembali bibirnya.      

Tangan Dae Hyun bergerak menelusuri setiap area sensitif milik sang istri hingga tubuhnya menggelinjang hebat.     

Mereka menyatukan diri setelah Dae Hyun memastikan Soo Yin menikmatinya.      

Soo Yin tidak ingin memikirkan apapun untuk saat ini. Hanya suaminya saja yang diinginkan. Untuk masalah yang rumit, besar harapannya agar segera berlalu.     

Suara desahan dan lenguhan menggema di kamar itu bersamaan dengan keringat yang mengalir deras membasahi tubuh mereka. Tidak ada yang berani mengetuk pintu ataupun mengganggu mereka.     

Dae Hyun mengecup kening Soo Yin setelah penyatuan mereka selesai. Menutupi tubuh sang istri dengan selimut tebal. Memeluknya erat kembali dengan mata terpejam. Tak ingin jika hari ini akan berakhir sangat cepat.     

Dae Hyun ingin waktu berhenti berputar di saat-saat yang membahagiakan.     

"Terima kasih kau telah kembali," ucap Dae Hyun di telinga Soo Yin. Berada jauh darinya membuat rasa semangatnya hilang. Kini penyemangat hidupnya telah kembali. Satu hal yang sangat diinginkan olehnya adalah jangan sampai mereka terpisah lagi.     

Soo Yin menganggukan kepalanya sambil membuka matanya sedikit. Tubuhnya sangat lelah tapi terbayar dengan kebahagiaan yang dirasakan.     

Tangannya terulur menyentuh pipi suaminya. Tiba-tiba saja teringat dengan restoran yang mereka bangun.     

"Sayang, bagaimana keadaan restoran kita?" tanya Soo Yin dengan mata yang terbuka lebar.     

"Restoran kita baik-baik saja dan semakin ramai," ungkap Dae Hyun.     

"Aku sudah menabung semua uangnya ke dalam rekening kamu," lanjut Dae Hyun.     

"Kenapa kau tidak menggunakannya untuk keperluan hotel? Kau bisa menggunakannya," ujar Soo Yin. Perlahan ia mengingat jumlah uang yang ada di dalam rekeningnya tidaklah sedikit.     

"Itu adalah uangmu, aku tidak ada hak untuk menggunakannya. Aku masih bisa menggunakan cara lain untuk mendapatkan uang," terang Dae Hyun.     

Kebetulan sekali di saat membutuhkan uang, resort Dae Hyun yang lain sedang dalam tahap renovasi dan pembangunan. Itu sebabnya stok uangnya juga menipis.     

"Itu uang kita, bukan uangku," sanggah Soo Yin. Ia tidak melakukan apapun sehingga mana mungkin memiliki banyak uang.     

"Aku mendirikan restoran itu untukmu. Untuk masa depan kita berdua. Aku tidak akan merebutnya darimu karena itu bukan milikku lagi," ucap Dae Hyun.     

"Kau terlalu berlebihan. Seharusnya kau memakainya saja, kita bisa mencarinya lagi suatu saat nanti," ujar Soo Yin sembari membalikkan tubuhnya agar menghadap Dae Hyun.     

Kulit mereka saling bersentuhan karena sama-sama tidak mengenakan pakaian.     

"Bagaimana kabar Jean? Apakah kau mengetahuinya?" tanya Soo Yin. Semenjak pergi ke London tak pernah sekalipun menghubungi Jean. Harus bagaimana lagi karena ia tidak mengingat nomor ponselnya.     

"Hmmm, menurut kabar dari Chang Yuan, ia sudah kembali ke Seoul. Kau bisa menemuinya, dia pasti juga ingin bertemu denganmu," terang Dae Hyun.     

"Nanti aku mungkin akan menemui di rumahnya," tukas Soo Yin.     

"Tidak, untuk hari ini kau tidak akan kemana-mana. Sepanjang hari ini kau akan terus selalu bersama denganku," sergah Dae Hyun sembari mendekap tubuh Soo Yin lebih erat lagi agar ia tidak bisa beranjak pergi.     

"Apakah kau tidak bosan berada di kamar seharian?" Soo Yin berusaha mendorong tubuh Dae Hyun agar menjauhinya karena nafasnya terasa sesak.     

"Aku tidak akan pernah bosan jika berada di dekatmu. Jangankan senari, seminggu saja akan aku lakukan," ujar Dae Hyun sembari terkekeh.     

Soo Yin mencubit hidung Dae Hyun karena gemas. Hingga mereka saling menatap hingga beberapa saat.     

"Apakah kau tahu jika selama aku di London aku sangat ingin bertemu denganmu? Apalagi saat ponselku disita ayah, rasanya aku sangat kecewa dan tidak bersemangat untuk hidup," ungkap Soo Yin dengan sendu. Ia mengulurkan tangannya mengusap rambut Dae Hyun yang sudah mulai panjang. Tampak tidak dipotong selama ia berada jauh darinya.     

"Yang terpenting sekarang kita sudah bersama-sama. Kita akan melanjutkan perjalanan hidup kita berdua. Seharusnya saat itu aku tidak datang menemui orang tuamu. Jika saja aku lebih bersabar dan menuruti kemauanmu mungkin hal ini belum terjadi," balas Dae Hyun mengingat apa yang dilakukannya saat di London.      

"Tidak usah dipikirkan karena akan membuatku sedih saja." Soo Yin mengusap air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Tidak ingin mengingat lagi saat-saat tersulit dan terberat dalam hidupnya.     

"Ayo kita mandi agar lebih segar lagi," ujar Soo Yin sembari bangkit untuk duduk. Tubuhnya butuh air untuk menyegarkan diri.     

"Baiklah, sudah lama kita tidak mandi bersama," ujar Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya. Ia menyingkap selimut hingga dapat melihat tubuh Soo Yin yang polos.     

"Ahhh," jerit Soo Yin saat Dae Hyun tiba-tiba saja membopong tubuhnya memasuki kamar mandi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.