Istri Simpanan

Bab 602 - Ingin mengandung



Bab 602 - Ingin mengandung

0Villa La Tulipe,     
0

Soo Yin meraba-raba tempat tidurnya. Namun tidak ada siapapun di sebelahnya. Perlahan ia membuka mata untuk memastikan keberadaan Dae Hyun. Namun memang tidak ada lagi keberadaan suaminya.     

"Jam berapa sekarang?" Soo Yin melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh.     

"Ughhh," gerutu Soo Yin sambil memijat kepalanya. Pantas saja suaminya sudah tidak ada. Ternyata matahari sudah mulai meninggi.     

Soo Yin beringsut duduk bersandar di ujung ranjang sambil melirik samping tidurnya yang sudah rapi. Bibirnya lantas mengembangkan senyum saat melihat ada satu buket bunga mawar merah yang menyerupai bentuk hati.     

Soo Yin menggunakan sebelah tangan untuk meraihnya sedangkan sebelah tangannya memegangi selimut agar tetap bisa melihat tubuhnya.     

Meski hanya bunga tapi Soo Yin merasa sangat bahagia. Keromantisan suaminya semakin hari semakin bertambah.      

Dihirupnya pelan, membuat rileks indra penciumannya. Ternyata ada sebuah pesan yang tertulis pada sebuah kertas.     

[Sayang, aku mungkin akan kembali saat malam hari. Jika kau rindu, tinggal hubungi saja aku.]     

Soo Yin mengulum senyum saat membacanya. Kepercayaan diri suaminya memang tidak berubah.     

Soo Yin menghirup bunga itu kembali kemudian meletakkan di atas meja. Ia menggerakkan kepalanya yang terasa sakit dan tubuhnya juga pegal-pegal. Semalam Dae Hyun seperti kerasukan iblis mesum. Tidak membiarkannya untuk tertidur hingga hampir pagi.     

"Ughh," ujar Soo Yin sembari mengamati bagian dadanya yang memerah hingga lehernya. Jika ingin keluar terpaksa harus memakai pakaian yang bisa menutupi bekas merah sisa semalam     

Hari ini Soo Yin berencana ingin ke rumah Jean untuk menemuinya. Sudah lama mereka tidak berjumpa. Sekaligus Soo Yin ingin melihat keadaan janin yang di kandungnya. Pasti sekarang perutnya sudah membesar.     

Tanpa sadar Soo Yin mengusap perutnya yang hanya terhalang oleh selimut. Ingin sekali merasakan mengandung seperti dulu. Kapan ia bisa merasakannya kembali?     

Soo Yin segera mengusap setitik air yang menetes di sudut matanya. Tidak ingin berlarut dalam kesedihan. Mungkin Tuhan memiliki rencana lain yang jauh lebih indah.     

================================     

Soo Yin langsung menghampiri rumah Jean. Pintunya terbuka lebar, menandakan dia hari ini sedang berada di rumah.     

"Jean," panggil Soo Yin sambil melangkah masuk karena suasana rumah tampak sepi.     

Tidak ada Jean di kamarnya. Ini sangat aneh karena biasanya sahabatnya selalu berada di rumah jika pintu dalam keadaan terbuka.     

"Dimana dia?" gumam Soo Yin. Kakinya terus melangkah untuk mencari ke setiap ruangan yang ada di rumah itu.     

"Jean!" seru Soo Yin kembali dengan suara yang lebih keras lagi. Ia benar-benar panik takut terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya.     

"Soo Yin, ada apa?" ujar Jean dengan raut wajah bingung. Kini ia berdiri tepat di belakang Soo Yin.     

Seketika Soo Yin langsung membalikkan tubuhnya. Memeluk tubuh Jean dan tangis haru langsung pecah. Tadi sudah berpikir yang tidak-tidak, khawatir Jean mengalami apa yang pernah dialaminya.     

"Jean, kau dari mana saja?" ujar Soo Yin dengan air mata yang terus berderai.     

"Ada apa denganmu? Aku baik-baik saja," ungkap Jean. Hatinya sangat tersentuh dengan tangisan Soo Yin yang mencemaskannya.     

"Kupikir kau sudah pergi kemana karena rumah ini sangat sepi." Soo melepaskan pelukannya lalu mengusap air matanya.     

"Di sini adalah rumahku dan aku tidak akan kemana-mana," sahut Jean seraya terkekeh.     

"Bagaimana hubunganmu dengan Chang Yuan? Apakah berjalan dengan lancar?" goda Soo Yin sambil terkekeh.     

"Jadi kedatanganmu kemari hanya untuk menanyakan hal itu?" Jean melipat tangannya di dada. Pura-pura merajuk.     

"Ti … tidak," sanggah Soo Yin buru-buru.     

"Aku hanya ingin kau menemukan kebahagiaanmu," imbuh Soo Yin.     

"Chang Yuan dan keluarganya sangat baik padaku. Mereka terlalu baik sehingga aku takut suatu hari mengecewakan. Aku takut tidak bisa menjadi istri yang baik untuknya," ungkap Jean dengan mata berkaca-kaca. Selama tinggal beberapa minggu dengan keluarga Chang Yuan, ia seperti kembali memiliki keluarga baru yang peduli dan sangat sayang padanya.     

"Jean, kau tidak boleh berkata seperti itu. Aku yakin bisa menjadi seseorang yang baik. Jangan biarkan kesempatan hilang hanya kau terlalu banyak berpikir," saran Soo Yin.     

"Aku belum bisa berdamai dengan perasaanku," ungkap Jean sembari mendudukkan tubuhnya di sofa. Perutnya sudah semakin membesar sehingga tidak kuat jika duduk terlalu lama.     

Soo Yin duduk di samping sahabatnya untuk berbicara dari hati ke hati agar Jean bisa memantapkan pilihannya.     

"Kim Soo Hyun mengatakan jika kau tidak mau bertemu dengannya. Padahal ada sesuatu yang ingin dia bicarakan," ungkap Soo Yin.     

Jean menghela nafas panjang, perasaannya saat ini rumit dan tidak menentu.     

"Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku sudah melupakan semua yang terjadi padanya. Katakan saja padanya tidak perlu merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Yang perlu dilakukan adalah dia tidak usah mengganggu hidupku lagi," terang Jean dengan getir. Kini tekadnya sudah bulat akan melupakan Kim Soo Hyun. Meski sudah bisa memaafkannya tapi hati yang terluka pasti masih menyisakan bekas.     

"Baiklah, aku mendukung apapun keputusanmu. Semoga inilah jalan terbaik yang kau ambil." Soo Yin mengembangkan senyumnya. Akan mendukung apapun keputusan Jean.     

"Kenapa kau lama sekali baru kembali ke Seoul? Kau bahkan tidak pulang saat Tuan Dae Hyun menjemput," tanya Jean untuk mengetahui lebih jelas apa yang terjadi.     

Soo Yin menghela nafas panjang. Wajahnya berubah menjadi lebih muram. Kemudian ia menceritakan secara garis besar apa yang sebenarnya terjadi. Ada masalah besar yang harus mereka hadapi yaitu mereka keluarganya.     

Jean terperangah setelah mendengar cerita singkat Soo Yin tentang orang tuanya.     

"Jadi kau pulang ke Seoul secara diam-diam?" tanya Jean.     

"Hmmm, aku tidak tahu sampai kapan semua akan berakhir. Cepat atau lambat orang tuaku pasti mengetahui jika aku pergi dari London," ungkap Soo Yin dengan sendu.     

"Kenapa Tuan Park Ji Hoon tega melakukan semua itu pada orang tuamu?" ujar Jean sembari menggelengkan kepalanya.     

"Aku juga tidak tahu. Sudahlah tidak usah dipikirkan. Tidak baik ibu hamil terlalu banyak pikiran." Soo Yin tersenyum tipis, tidak ingin menjadi beban pikiran bagi Jean.     

"Apakah kau sudah memeriksakan kandunganmu? Apakah dia sudah bisa bergerak?" tanya Soo Yin dengan penuh antusias. Dulu dirinya tidak sempat merasakan pergerakan janin di dalam rahimnya.     

"Tentu saja. Chang Yuan selalu mengajakku ke dokter hampir setiap minggu," sahut Jean sembari mengusap perutnya.     

"Ternyata Chang Yuan memang calon ayah yang baik. Kau pasti sangat senang di dalam sana memiliki ayah seperti dia," ujar Soo Yin sembari mendekatkan telinganya ke perut Jean.     

Pipi Jean bersemu merah karena Soo Yin terus menggodanya tentang Chang Yuan. Sedangkan mereka belum merencanakan apapun.     

"Soo Yin, kuharap kau juga segera memilikinya kembali," ujar Jean.     

"Tentu saja," sahut Soo Yin dengan penuh harap. Ingin kehadiran putranya bisa menyatukan keluarga besar mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.