Istri Simpanan

Bab 598 - Villa kecil



Bab 598 - Villa kecil

0Villa La Tulipe,     
0

Dae Hyun mengajak Soo Yin ke sebuah villa kecil yang ada di pinggiran kota Seoul. Untuk sementara waktu mereka bisa tinggal di sana dengan nyaman. Kemungkinan kecil juga Richard Lee tidak mengetahui jika Soo Yin sudah berada di Seoul.     

"Kenapa kita ke tempat ini?" tanya Soo Yin sembari memandang villa yang besarnya setengah dari Villa Pyeongchang-dong.      

"Untuk sementara kau bisa tinggal disini sampai kondisi kita membaik," terang Dae Hyun.      

"Jika kau tinggal bersamaku di hotel, aku takut ayah mengetahui keberadaanmu. Kita akan berpisah kembali jika hal itu sampai terjadi," imbuh Dae Hyun.     

Mereka baru saja bertemu sehingga Dae Hyun tidak ingin secepat itu harus dipisahkan.     

"Aku mengerti," ucap Soo Yin sembari tersenyum.  Tangannya meraih jemari Dae Hyun untuk menggenggamnya dengan berat. Berusaha saling memberi kekuatan jika mereka akan bisa melewati semuanya.     

"Meski tidak terlalu besar, tapi kuharap kau merasa nyaman." Dae Hyun meremas jari Soo Yin. Keberadaan Soo Yin do sampingnya membuatnya memiliki kekuatan lebih untuk bangkit dari keterpurukan.     

"Sudah kukatakan jika tidak masalah bagiku tinggal di manapun. Selagi bersamamu aku dengan senang hati melakukannya," tutur Soo Yin untuk menegaskan kembali ucapannya yang tidak main-main.     

"Terima kasih, kau memang istri terbaik." Dae Hyun mengecup kening Soo Yin dengan pelan.     

"Apakah ayah dan ibumu tahu mengenai hal ini?" tanya Soo Yin.     

"Mereka saat ini sedang berada di Jepang bersama Yeon Ho. Aku sudah berusaha agar kabar ini jangan sampai tersebar di sana. Jika mereka sampai tahu maka masalah akan semakin runyam," ungkap Dae Hyun sambil menghela nafas panjang.     

"Namun cepat atau lambat mereka pasti akan mengetahuinya." Soo Yin semakin sedih, tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka sampai bertemu.     

"Tidak usah terlalu memikirkannya. Aku yakin semua pasti ada jalan keluar untuk masalah ini." Dae Hyun mengusap lengan Soo Yin.     

"Ayo kita turun," ajak Dae Hyun.     

Sebesar dan semewah apapun tinggal di sebuah rumah, jika merasa sendirian akan sangat menyedihkan. Itulah yang dirasakan Soo Yin selama tinggal di rumah kedua orang tuanya. Ternyata tinggal di rumah yang mewah tidak menjamin merasa bahagia.     

Mereka bergandengan masuk ke dalam villa itu. Baru saja sampai di teras pintu langsung terbuka lebar. Bibi Xia langsung menyambut kedatangan mereka.     

"Bibi Xia?" ujar Soo Yin dengan wajah terperangah. Pantas saja villa Pyeongchang-dong terasa sangat sepi ternyata wanita paruh baya itu berpindah tempat.     

"Selamat datang, Nona," sapa Bibi Xia sembari tersenyum hangat. Semenjak Dae Hyun menggadaikan villa itu, Bibi Xia dipindahkan di sana.     

Soo Yin lantas memeluk wanita paruh baya itu. Hatinya gembira karena bisa melihatnya lagi. Sebelum bertemu dengan Seo Kyung, wanita itu lah yang sudah dianggap seperti ibu sendiri.     

"Aku mendengar dari Chung Ho jika Nona kembali ke Seoul," tukas Bibi Xia.     

"Ya, aku sempat pulang ke villa Pyeongchang-dong. Pantas di sana sangat sepi," terang Soo Yin.     

"Semoga semua masalah cepat berlalu," tutur Bibi Xia.     

Wanita paruh baya itu turut sedih dengan apa yang menimpa majikannya. Sudah banyak rintangan yang mereka lewati. Kini masalah menghadang perjalanan cinta mereka kembali.     

"Bibi, bisakah siapkan kami sarapan? Aku ingin sekali mencicipi masakan Bibi kembali," ujar Soo Yin.     

"Tentu, Nona. Dengan senang hati aku akan membuatnya." Wanita paruh baya itu justru senang karena jarang sekali Soo Yin meminta tolong padanya.     

"Apakah kau tidak merindukan masakanku?" Dae Hyun menautkan kedua alisnya.     

"Tidak, aku lebih merindukan tubuhmu." Soo Yin berjinjit kemudian berbisik di telinga Dae Hyun.     

Dae Hyun lantas menarik pergelangan tangan Soo Yin tanpa peduli masih ada Bibi Xia di sana. Membawanya menaiki anak tangga menuju kamar mereka yang berada di lantai dua.     

"Dae Hyun, kita mau pergi kemana?" ujar Soo Yin. Langkahnya terseok-seok mengikuti Dae Hyun yang berjalan dengan sangat cepat.     

"Ke kamar," jawabnya singkat.     

Dae Hyun lantas membuka pintu kamar. Di dalamnya dipenuhi dengan semerbak aroma bunga mawar. Terlihat di ranjang juga bertaburan bunga mawar merah di atas seprai berwarna putih bersih. Kelopak mawar itu ditata sedemikian rupa membentuk dua hati.     

Soo Yin terpaku melihatnya untuk beberapa saat. Hal itu merupakan jauh dari apa yang dipikirkan olehnya. Ia seperti melihat kembali pemandangan seperti saat menyusul Dae Hyun ke pulau Jeju. Hampir sama persis.     

Dae Hyun segera menarik Soo Yin ke dalam pelukannya untuk membuyarkan lamunan istri kecilnya.     

"Kenapa sangat mirip seperti kita berada di pulau Jeju?" tanya Soo Yin. Masih terpaku dengan apa yang dilihatnya. Bahkan kini di setiap sudut terdapat masing-masing buket bunga mawar putih yang ditata sedemikian rupa membentuk gambar hati.     

"Aku ingin mengenang kembali hari dimana kau percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya pada diriku. Hari dimana aku merasa sangat bahagia." Dae Hyun memeluk tubuh Soo Yin dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Soo Yin.     

Pipi Soo Yin langsung bersemu merah. Sedikit masih mengingat apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Hari yang sudah dinantikan sejak lama oleh seorang pria.     

"Apakah kau tidak ingat jika kita bersama sudah setahun?" bisik Dae Hyun tepat di daun telinga milik Soo Yin hingga hembusan nafasnya menimbulkan gelayar aneh di sekujur tubuhnya.      

"Hmmm." Soo Yin menggelengkan kepalanya, sama sekali tidak mengingat akan hal itu.     

"Andaikan sesuatu tidak terjadi pada calon anak kita, mungkin ia sudah lahir ke dunia ini," tukas Dae Hyun sembari menghela nafas panjang. Tak dapat dipungkiri jika ia masih sedih mengingat hal itu.     

"Dia sudah bahagia di surga. Sekarang pasti sedang melihat kita," tutur Soo Yin mencoba untuk tersenyum meskipun rasanya sangat pahit.     

"Terima kasih sudah berjuang untuk bertahan hidup bersama denganku. Sekarang aku yang harus berjuang untuk merebut hati kedua orang tuamu." Mungkin memang balasan untuknya atas penderitaan yang selama ini dialami oleh Soo Yin. Kini Dae Hyun harus bergantian menanggung semuanya.     

"Berjuanglah lebih keras lagi. Aku yakin sesuatu yang diperjuangkan pasti kelak akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik." Soo Yin memiringkan kepalanya lalu menoleh sedikit ke belakang. Tangannya mengusap pipi Dae Hyun yang sudah ditumbuhi bulu-bulu halus. Tampak sekali tidak terawat karena banyaknya masalah yang harus dia hadapi.     

"Pasti, aku berjanji akan melakukannya. Apapun akan kulakukan untuk membuatmu bahagia," ucap Dae Hyun sembari mengamati bibir ranum yang sangat menggairahkan jiwanya.      

Cup …     

Seketika Dae Hyun lantas mendaratkan ciuman lembut nan mesra di bibir mungil itu. Dae Hyun melepaskan pelukannya, lalu memutar tubuh Soo Yin agar menghadap ke arahnya. Bibir mereka tetap menyatu karena Dae Hyun tidak ingin melepaskannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.