Istri Simpanan

Bab 597 - Jangan menyesal



Bab 597 - Jangan menyesal

0Dae Hyun kini sudah membersihkan tubuhnya dengan cepat. Membersihkan seluruh tubuhnya dari arome wine. Khawatir Soo Yin pergi lagi, Dae Hyun mempercepat membersihkan dirinya. Cemas jika setelah keluar dari kamar mandi istrinya sudah pergi.     
0

Benar saja, baru membuka pintu tidak lagi terlihat Soo Yin. Hanya mengenakan handuk sebatas perut, Dae Hyun langsung bergegas keluar dari kamar dengan ukuran kecil itu.     

"Soo Yin!" seru Dae Hyun dengan suara keras.      

Perasaannya lega saat melihat Soo Yin sedang menata berkas-berkas yang berserakan di lantai. Meletakkannya kembali di atas meja.     

Hampir saja Dae Hyun berpikir jika tadi hanyalah sebuah ilusi bisa bertemu dengan Soo Yin kembali. Ia menghela nafas panjang lalu memeluk tubuh Soo Yin dari belakang.     

"Apa yang kau lakukan? Kau tidak perlu melakukan hal ini?" ujar Dae Hyun sambil menyandarkan dagunya di bahu sang istri.     

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ayahku melakukan sesuatu pada hotel ini?" ucap Soo Yin dengan perasaan sendu. Sedikit banyaknya bisa menebak apa kemungkinan besar yang Richard lakukan.     

Tanpa sengaja tadi menemukan berkas-berkas perjanjian yang tidak terpakai lagi. Di sana tertulis nama Peter Anderson.     

"Tidak ada." Meski kenyataannya agak pahit tapi Dae Hyun tidak ingin isterinya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Yakin jika ia bisa melewati saat-saat tersulit.     

"Apakah ayahku membatalkan perjanjian menanam saham di hotel ini?" tebak Soo Yin dengan perasaan campur aduk. Sedih karena sebagai seorang istri tidak bisa membantu dalam hal apapun untuk suaminya.     

Dae Hyun tidak menjawab karena rasanya begitu menyesakkan dada. Terlebih lagi tidak ingin membuat Soo Yin merasa sedih apalagi sampai ikut campur dalam hal itu.     

"Sayang, dengan siapa kau datang ke Seoul? Apakah kau datang sendirian?" ujar Dae Hyun. Berusaha mengalihkan pembicaraan, menyadari raut wajah Soo Yin yang terlihat sendu.     

Mereka baru saja bertemu sehingga Dae Hyun tidak mau menjadi beban pikiran istrinya. Beberapa minggu tidak bertemu tubuh Soo Yin terlihat lebih kurus.     

"Tadinya kupikir aku akan datang sendirian. Tapi ternyata Brian Lee meminta Gong Yoo untuk menemaniku," sahut Soo Yin sembari menghela nafas panjang.     

"Sekarang bersihkan tubuhmu. Aku akan memesan makan untuk sarapan kita berdua. Kau bahkan terlihat kurus dari biasanya." Dae Hyun melepaskan pelukannya.     

"Tentu saja, aku tidak selera makan jika berada jauh darimu. Maaf keinginanku untuk mengetahui orang tua kandungku membuat hubungan kita ada kendala. Mungkin seharusnya aku tidak pernah mengetahui siapa ayahku," ucap Soo Yin dengan kepala tertunduk. Padahal mereka sedikit lagi sudah bisa mencapai kebahagiaan.     

"Sssttt, jangan berkata seperti itu. Kau tidak boleh menyesalinya. Aku yakin jika kita bekerja lebih keras lagi, ayah dan ibu pasti setuju. Mereka pasti akan mengerti jika kita saling mencintai." Dae Hyun menutupi mulut Soo Yin dengan jari telunjuknya.     

Dae Hyun mengecup bibir Soo Yin saat ia hendak membuka mulutnya kembali. Tidak ingin istrinya menyesali dengan apa yang telah terjadi. Semua akan baik-baik saja jika mereka berusaha lebih keras lagi.     

"Sekarang bersihkan tubuhmu. Kita perlu berkeliling Seoul karena kau sudah lama tidak di sini." Dae Hyun tersenyum hangat untuk menghibur istri kecilnya.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Kemudian menggandeng lengan Dae Hyun masuk ke dalam kamar lagi.     

°°°°°°°°°°°°°°°°     

Soo Yin bersandar pada lengan Dae Hyun. Tangannya juga tidak ingin terlepas. Ternyata pergi ke Seoul secara diam-diam adalah sebuah kebenaran. Ia jadi sedikit mengetahui apa yang terjadi.      

The Silla Seoul Hotel mendadak sepi karena para pengunjung banyak protes sekarang pelayanannya kurang memuaskan. Mereka mulai berpindah ke hotel yang hanya berjarak tidak terlalu jauh.     

Soo Yin menyipitkan matanya saat melihat Peter dan Richard Lee yang berada di depan semua hotel. Mereka tampak sedang bercengkrama dengan para pejabat negara.     

Meski tidak terlihat jelas tapi Soo Yin yakin itu adalah ayahnya. Soo Yin sampai menoleh ke belakang untuk memastikan itu adalah ayahnya.     

"Ada apa?" tanya Dae Hyun sambil menggaruk pelipisnya.     

"Aku melihat Peter Anderson dan ayahku," tukas Soo Yin. Tidak mungkin ia salah lihat. Untuk apa mereka di sana? Apakah mereka menginap?     

"Tuan Peter Anderson memang sudah mengambil alih beberapa bulan yang lalu. Memperbaiki pelayanannya dan semua fasilitas yang ada di hotel itu,"ungkap Dae Hyun dengan perasaan campur aduk tidak menentu.     

Soo Yin lantas mengamati area parkiran hotel yang penuh dengan mobil. Seingatnya hotel itu dulu sangat terbengkalai. Pengunjungnya sangat sepi, jauh dari kata ramai. Namun kenapa sekarang sangat sesak? Apakah orang tuanya berniat membuat The Silla Seoul Hotel hancur?     

"Sejak kapan?" Soo Yin menaikkan sebelah alisnya karena tidak menyadari hal itu sama sekali.     

"Tidak usah terlalu dipikirkan. Kemana kita hari ini?" ajak Dae Hyun. Suasana hati Soo Yin tampak sedang tidak baik. Sehingga Dae Hyun ingin mengajaknya berkeliling agar kembali tenang.     

"Kemanapun kau pergi aku akan ikut?" ujar Soo Yin dengan wajah sendu. Tangannya menggenggam erat sebelah tangan Dae Hyun.     

"Benarkah? Apakah kau akan ikut jika aku mengajakmu pergi jauh sekalipun?" goda Dae Hyun sambil terkekeh.     

"Ayo kita pergi yang jauh. Pergi ke tempat tidak ada orang yang mengenali kita. Aku ingin kita hidup berdua saja," tukas Soo Yin. Suaranya terdengar sudah putus asa karena sulitnya ingin hidup tenang.     

"Hmmm, kemana? Ke Afrika?" Dae Hyun terkekeh, menanggapi ucapan Soo Yin dengan sebuah candaan agar tidak terlalu tegang. Mereka baru saja bertemu sehingga Dae Hyun tidak ingin Soo Yin memikirkan banyak hal.     

Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun dengan bibir cemberut. Namun tanpa melepaskan genggamannya pada jemari Dae Hyun. Ada perasaan cemas cepat atau lambat Richard Lee akan mengetahui jika dirinya kabur.     

"Aku semalam pulang ke villa Pyeongchang-dong untuk menemuimu tapi kau tidak ada. Chung Ho bilang jika kau tidak pernah kembali ke sana selama aku pergi," terang Soo Yin dengan perasaan rumit.     

"Hmmm, aku memang lebih banyak menghabiskan waktu di hotel daripada di tempat lain. Aku minta maaf padamu karena untuk sementara waktu kita tidak akan bisa tinggal di sana." Dae Hyun menghela nafas panjang. Sedih karena belum bisa bangkit dari masa-masa sulit.     

"Memangnya kenapa?" Soo Yin merasa ada yang tidak beres.     

"Untuk sementara aku menggadaikan villa untuk membayar property yang sudah terlanjur dipesan," ungkap Dae Hyun. Terpaksa ia mengatakannya agar Soo Yin tidak mengajaknya pulang.     

Soo Yin sangat terkejut mendengarnya tapi buru-buru merubah mimik wajahnya agar terlihat biasa saja. Ternyata ayahnya benar-benar melakukan apa yang diucapkannya. Sepertinya Richard Lee sudah melaksanakan aksinya untuk balas dendam.     

"Tidak masalah, aku bisa tinggal di manapun selagi bersamamu," ucap Soo Yin sembari tersenyum tipis. Ia harus mencari cara agar Richard Lee mengurungkan niat buruknya.     

Dae Hyun memelankan laju mobilnya. Tangannya merengkuh pinggang Soo Yin lebih erat lagi.     

=============================     

Hallo Readers,     

Maaf baru update lagi. Terima kasih untuk yang masih setia menunggu kelanjutan kisah dan Dae Hyun dan Soo Yin…     

Yuk baca juga novel terbaru saya, Judulnya "Duda Tampan : Mengejar Istri yang Kabur"     

Update setiap hari loh ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.