Pulau yang hilang

Dibius



Dibius

0'Oh.. Jadi ini bangunan tengah laut yang disebut-sebut Matt dalam ceritanya,' Gumam Langit saat mendorong troli besar itu sembari melihat-lihat keadaan sekitarnya.     
0

Tanpa disadari Langit, ternyata penjaga itu memperhatikannya dan berkata, "Kau tampak seperti baru melihat tempat ini,"     

'Sial! Kenapa dia memperhatikanku?' Geram Langit dalam hati.     

"Mmm... Ttt.. Tidak! Aku hanya melihat-lihat saja, siapa tahu ada yang berubah disini," Jawab Langit spontan.     

"Hmm... Menurutku, tak banyak berubah disini, hanya beberapa bagian disana saja," Jelas Penjaga dengan tangan kanan menunjuk ke beberapa arah untuk menunjukkan pada Langit.     

Langit tak menjawab apapun, dia hanya mengangguk pelan. Karena jika sepatah saja ia salah berucap, bisa mati dia.     

Banyak tumpukan kotak lain yang sudah menanti di jarak 10 meter ke depan. Dan sepertinya mereka akan menurunkan benda-benda yang didorongnya disana. Troli pun terhenti, begitu pula langkah dua orang yang mendorongnya. Tak perlu menunggu lagi, mereka pun menurunkan benda-benda itu disana.     

"Ah!! Akhirnya selesai juga," Lega Penjaga itu seraya meletakkan kedua tangannya di pinggang. Bunyi pergesekan tulang terdengar disana.     

"Setelah ini, apa aku boleh kembali?" Tanya Langit yang tak ingin berlama-lama disana bersama orang yang sama sekali tak ia kenal.     

"Eits.. Tentu tidak! Kita akan masuk dulu," Tegas penjaga itu sambil menarik tangan Langit dan berlari-lari kecil.     

"Ehhhh.. " Seloroh Langit yang pasrah ditarik oleh penjaga itu.     

Mereka pun masuk ke dalam sebuah ruangan, dan hanya satu-satunya ruangan di bagian atas bangunan tengah laut. Pintunya terbuka lebar, bahkan Langit mengira ruang itu tak punya pintu. Penjaga itu menempelkan telapak tangannya pada sensor kecil yang ada di salah satu bagian dinding.     

Drag..     

Ruangan yang kini mereka pijak bergerak ke bawah, sontak saja hal itu membuat Langit terkejut. Matanya melotot menatap sekeliling, tubuhnya sedikit tersentak namun tak sampai jatuh, hanya saja ia semacam memasang kuda-kuda di kakinya kini.     

Penjaga di sampingnya melihat tubuh Langit yang tersentak semacam terkejut kemudian menaruh simpul kecil di ujung bibirnya. "Kau benar-benar baru disini, ya?" Duganya.     

Langit kembali berdiri tegak seperti semula, mecoba mengelak ucapan penjaga di sampingnya itu, "Tt.. Tidak!! Aku hanya terkejut,"     

"Iya, itu tandanya kau baru tahu tempat ini, ya kan?" Ucap Penjaga seolah menyudutkan Langit.     

Namun Langit tetap berusaha mengelak dengan jawaban yang tiba-tiba hadir dalam benaknya, "Tidak! Aku hanya lebih sering ditugaskan di Komplek sana, aku jarang kemari,"     

"Ohh.." Lirih penjaga itu yang kemudian ia berjalan keluar saat lift besar itu terhenti.     

'Siapa orang dibalik topeng ini, rasanya dia selalu menyudutkanku, aku harus berhati-hati padanya,' Bisik Langit saat merasa ada sesuatu yang tidak beres mengintainya.     

'Aku tidak salah orang, aku harus segera menyingkirkannya,' Lirih hati seorang berpenutup wajah di samping Langit.     

Penjaga di samping Langit tampak mengangkat tangan yang terlilitkan smartwatch yang dimiliki semua penjaga. Ia tampak berbicara namun sedikit berbisik disana, "Aku segera menuju kesana, segera bersiap,"     

Bisikan itu terdengar sedikit jelas di telinga Langit, mengingat jarak antara dirinya dan penjaga itu tak cukup jauh.     

"Kau bicara pada siapa?" Kepo Langit.     

Dengan nada sinis penjaga itu menjawab,"Mm.. Nanti juga kau akan tahu,"     

Jawaban itu membuat Langit dan benaknya bertanya-tanya apa yang sebenarnya penjaga itu rencanakan untuknya.     

"Maksudmu bersiap untuk apa?" Tanya Langit yang hampir membuat penjaga disampingnya kesal.     

'Hhh!! Pria ini benar-benar banyak tanya!' Geramnya dalam hati. Namun yang terlontar dari mulutnya hanyalah sebuah kalimat singkat, "Nanti juga kau akan tahu,"     

Jawaban itu menghentikan Langit untuk bertanya kembali. Dan itupun menjadi percakapan terakhir mereka dalam lift ini.     

Lift pun terhenti, lorong panjang yang tampak bersih karena bercat putih dan terawat. Lampu-lampu di atas plafond tersusun berirama, sinarnya terbagi rata. Dua orang berseragam penjaga itu berjalan gagah diantara semua itu.     

Langit mengikuti langkah penjaga di depannya yang sedari tadi pergi bersamanya. Ia tak banyak tanya meski sebenarnya banyak tanya dalam benaknya yang ingin ia tanyakan, ia tak mau tersudutkan seperti tadi lagi.     

Langkah penjaga di depannya berbelok ke dalam sebuah pintu, ada sebuah nama yang tertempel disana. Tulisannya kurang bisa dibaca jelas oleh Langit, tulisannya seperti tulisan Dokter. Namun yang jelas ia melihat ada huruf A di depan kata yang ada, sisanya sebuah huruf ambigu.     

'A...e..e.., nama apa itu?' Tanya dalam hati Langit setelah mencoba mengeja tulisan yang tertempel.     

"Ayo masuk!" Ajak penjaga yang tadi di depan Langit. Ia membukakan pintu untuknya seolah mempersilahkannya masuk terlebih dulu.     

Namun, Langit menghentikan langkahnya sejenak sambil bertanya heran, "Kita mau apa disini?!"     

Penjaga itu tampak menyeringai dibalik topengnya, ia pun menjawab dengan manis, "Kita akan menemui seseorang,"     

"Siapa?" Tanya Langit lagi.     

"Temanku," Jawab penjaga itu singkat.     

Tanpa ragu, Langit pun masuk ke dalam sebuah ruangan. Ada brankar kosong disana dan juga seorang dokter tentunya. Langit menebak-nebak dalam benaknya, ruangan ini sepertinya tempat praktik dokter.     

Tiba-tiba..     

Sesuatu menimpa pundaknya hingga membuatnya merasa berat dan akhirnya jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Berat dalam pundaknya hilang saat ia tak sadarkan diri.     

Selang beberapa menit, Langit kembali merasakan berat di pundaknya, ia membuka matanya, tangannya ikut terasa berat karena kedua tangannya ternyata telah diikat erat.     

"Hei! Kau mau apa?!" Protes Langit yang ternyata ia sudah tak mengenakan penutup wajahnya lagi, seseorang telah membukanya.     

Tampak seorang penjaga yang tadi bersamanya, disampingnya sudah ada seseorang dengan masker gas yang sepertinya ia seorang Dokter. Mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun. Hingga akhirnya Sang Dokter mengeluarkan benda semacam nebulizer dari belakang tubuhnya. Penjaga tadi memegang erat kepala Langit yang masih terbaring.     

"Siapa kau?!" Tanya Langit sembari melotot ke arah seseorang yang memgang erat kepalanya sekaligus merupakan orang yang menuntunnya kemari.     

Sebelah tangan Penjaga itu dilepas dari kepala Langit, ia menggunakannya untuk melepas penutup wajahnya. Wajah itu sama sekali tak dikenali oleh Langit.     

"Siapa Kau?!" Tanya Lamgit sekali lagi.     

"Kau ingat, wanita yang kau usir beberapa waktu lalu dari ruangan Matt?!" Timpal Wanita itu. Seketika ucapannya membuat memorinya berputar ke belakang, tepatnya saat ia masih baru di tempat ini.     

"Kau? Jo?" Tanya pasti Langit.     

Jo hanya memasang senyum sinisnya. Ia kembali memasang penutup wajahnya. Dan kedua tangannya kini kembali berada di kepala Langit.     

"Hei! Lepaskan aku?!" Gertak Langit yang berusaha melepas eratnya ikatan di tangan dan kepalanya.     

Namun, tak ada siapapun yang mempedulikan gertakan Langit, ia malah memberinya sebuah aba-aba, "Ikuti instruksi saya.. Ambil napas.."     

Dan..     

Jiusss...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.