Pulau yang hilang

Kecurigaan Matt



Kecurigaan Matt

0Pria itu membuka matanya perlahan. Matt menunggu jawaban dari mulut pria itu yang tampak sedikit membiru.     
0

"Aku jatuh ke dalam pusaran air," Lirihnya.     

Matt mencernanya kembali, menyambungkan setiap kalimat yang keluar dari mulut pria itu, hingga merangkainya menjadi cerita menurut versinya. Tapi kali ini, ia tak menceritakan dulu itu semua pada pria yang belum ia kenal tersebut.     

"Ayo kita harus cepat!" Pinta Matt yang kemudian merangkul pria itu untuk membantunya lebih cepat berjalan.     

Jarak mereka dengan markas Matt sudah dekat. Bahkan sudah terlihat oleh pandangan mereka yang sangat terbatas.     

"Duduk!" Ucap Matt seraya mendudukkan pria dalam rangkulannya di atas beton yang menonjol dari salah satu sudut dinding kokoh.     

Pria lusuh itu nampak melihat-lihat setiap sudut ruangan. Tapi tak ada apapun disana selain sebuah kulkas kecil dan kursi yang didudukinya.     

Matt mengeluarkan sebuah botol berisi air dari dalam kulkas itu kemudian memberikannya pada pria lusuh yang tadi sangat kehausan.     

Pria itu menerimanya dan kemudian meneguknya tanpa jeda sampai suara sendawa yang cukup keras keluar dari mulut pria itu.     

Botol kaca itu sudah tak berisi lagi. Diteguk habis pria tadi. Matt memakluminya sehingga ia tak banyak basa-basi. Hanya saja matanya sedikit membelalak kini. Karena baru saja pria itu meneguk sekaligus 3 liter air.     

'Yang benar saja, dia ini kehausan atau apa?' Heran Matt yang mematung di depan kulkas sembari menatap pria lusuh.     

"Ah.. Terimakasih," Ucap pria lusuh itu.     

"Ya," Singkat Matt.     

Tak lama, Matt ikut duduk di samping pria yang masih belum puas melihat-lihat keadaan di dalam ruang itu.     

"Kau tinggal sendirian disini?" Tanyanya yang membuat Matt awas akan pria itu.     

'Kenapa dia bertanya seperti itu? Apa dia memang sedang menyamar? Aku harus hati-hati!' Bisik-bisik Matt dalam hatinya.     

"Mmm.. Ya!" Timpal Matt yang memang ia tinggal disana seorang diri disana saat penjaga lain beristirahat di ruangan khusus yang masih ada di komplek abnormal. Tapi memang kamar Kepala penjaga yang dikhususkan untuk Matt terpisah dari tempat istirahat penjaga lainnya, jadi posisi Matt tetap aman dan belum ada yang mengetahui jati dirinya sampai saat ini karena belum pernah ada yang melihat wajah asli dibalik penutup wajah yang dikenakan Matt selain Jo.     

"Oh.. "     

"Terus kenapa kau selalu memakai penutup wajah itu? Apa kau tidak kegerahan?" Penasaran pria itu yang membuat Matt semakin curiga kalau pria itu benar-benar sedang menyamar.     

"Ah.. Tidak!" Tegas Matt.     

"Aku sudah terbiasa, lagipula penutup wajah ini dirancang agar terasa nyaman bagi penggunanya, terasa sejuk saat panas seperti ini, dan terasa hangat bila cuacanya sedang dingin," Jelas Matt yang jelas-jelas dia sedang merasa kegerahan kini.     

Udaranya benar-benar sangat panas, meski ini malam hari. Tapi Matt tetap memakai penutup wajah itu, karena kecurigaannya semakin menjadi setelah pria itu kembali bertanya, "Kenapa kau selalu memakainya dari tadi? Apa kau sedang menjalankan tugas? Apa kau mata-mata? Atau penyelidik? Atau bahkan kau pembunuh ya? Pakaianmu sangat tertutup sekali,"     

Selidik pria lusuh dengan semua pertanyaannya yang membuat Matt semakin yakin kalau pria itu sedang menyamar untuk mengetahui dirinya.     

'Siapa dia sebenarnya? Apa maksud pertanyaannya?'     

"Ah, Ya! Aku seorang penjaga, tepatnya Kepala penjaga," Timpal Matt dengan tenang.     

"Penjaga apa?"     

"Penjaga para abnormal," Tegas Matt.     

Sesaat setelah mendengar kata abnormal, pria lusuh itu memejamkan erat matanya, sebuah memori terlintas dalam benaknya.     

~~~     

"Nah ini dia manusia abnormal" Tunjuk pria bertubuh lebih pendek dihadapannya pada salah satu makhluk yang terpajang di dalam benda berbentuk silinder.     

Matanya segera tertuju kesana. Ke arah pria tadi menunjuk.     

~~~     

'Apa itu manusia abnormal? Sepertinya makhluk dalam silinder itu sama saja seperti manusia biasa,' Bingung pria lusuh itu setelah mendapat gambaran dalam benaknya barusan.     

"Abnormal?" Tanya pria itu dengan raut wajah bingung secara to the point pada Matt.     

"Ya abnormal!" Timpal Matt yang dalam hatinya kembali bergumam, 'Apa dia benar-benar tak tahu, atau hanya pura-pura saja?'     

"Aku pernah mendengarnya, tapi.. Apa itu abnormal?" Tanya pria itu berharap Matt akan memberitahunya.     

'Apa dia benar-benar tak tahu?' Tanya dalam hati milik Matt.     

"Menurutku, mereka itu manusia berotakkan robot," Singkat Matt.     

"Berotak robot?" Pria itu lagi-lagi dibuat bingung oleh Matt.     

"Ya! Mereka hanya tersuruh, mengerjakan segala sesuatu harus dengan perintah, bekerja lelah tapi tak diberi upah, hanya makan sekali itu rasanya cukup, tempat istirahat yang tak layak di tempat kumal," Jelas Matt dengan rasa kesal dalam hatinya yang menggumpal mengingat dirinya salah satu mantan abnormal itu.     

Pria itu terdiam sejenak, menafsirkan penjelasan Matt dalam otaknya.     

"Kau seperti.." Ucap pria lusuh namun terinterupsi oleh sebuah panggilan masuk dalam smartwatch milik Matt.     

"Iya! Saya segera kesana!" Tegas Matt pada smartwatch di pergelangan tangannya.     

"Kau tunggu disini! Di luar tidak aman untukmu," Pinta Matt yang kemudian keluar dari ruangan itu melalui sebuah pintu baja yang cukup berat dengan pegangan semacam kemudi di rumah sandy dalam serial spongebob squarepants.     

Matt meninggalkan pria itu seorang diri di dalam ruangan yang hanya seluas 20 m² itu.     

Lima menit berselang, pria itu sudah bosan saja tinggal disana sendirian. Dia mengingat beberapa ucapan Matt saat terakhir kali ia ada disini dan mulai berdialog dengan dirinya sendiri, "Apa maksudnya tidak aman untukku?"     

"Apa di luar sana sedang terjadi perang? Tidak mungkin! Kalau perang kenapa tidak ada bising yang terdengar?"     

Hampir 10 menit, matanya menatap pintu yang tadi dilewati Matt untuk keluar dari ruangan itu. Dalam hatinya terus berucap, "Apa aku harus coba melihat keluar sana?"     

"Ah tidak! Aku harus menunggunya saja!" Tegasnya mengurungkan niat untuk keluar dari pintu itu dan mengalihkan pandangannya dari pintu tersebut.     

"Tapi kenapa dia memberitahuku seperti itu? Apa yang membuat di luar sana tidak aman untukku? Apa dia hanya berbohong? Atau dia benar-benar ingin melindungiku?"     

Namun semua dialog dalam otaknya itu terhempaskan saat benaknya kembali memunculkan pertanyaan lain, "Kenapa dia tak mau membuka topeng itu, ya? Apa dia seorang penjahat? Tapi tadi dia bilang dia itu seorang penjaga.."     

Bisikan dalam hatinya diinterupsi sebuah ingatan yang tiba-tiba saja terlintas.     

~~~     

"Aku ingin berbicara banyak kepadamu. Tapi para penjaga untuk kali ini selalu mengawasi kita. Nanti saat makan siang, kita akan dikeluarkan dari kandang busuk ini," Jelas seorang pria dari balik jeruji yang tergantung dengan tatapan yang lekat pada seorang berseragam lengkap yang berjarak 5 meter dari tempatnya.     

Mata pria lusuh itu kemudian tertuju ke arah yang sama dengan tatapan tajam pria yang baru saja berkata.     

Sesosok pria berbadan tegap dan wajah yang hampir sepenuhnya dipenuhi rambut dilihat matanya lekat. Seragam berwarna hijau armynya itu tak sama dengan yang dikenakan pria yang menyelamatkannya beberapa menit lalu.     

~~~     

Lintasan memori itu selalu saja terpotong. Ia bahkan tak ingat siapa pria itu. Bertato di lengan dan tengkuknya. Bermata sipit dan berkulit putih.     

"Siapa dia? Dan kenapa dia dikurung seperti itu? Penjaga disana tak memakai penutup wajah dan seragamnya pun berbeda warna. Apa mereka bukan penjaga yang sama? Agaknya seperti itu,"     

Setiap tanyanya tak dapat dijawab secara pasti hanya perkiraannya saja yang bisa meredakan rasa penasarannya itu. Perlahan tubuhnya terbaring di atas kursi lebar dari beton yang tadi didudukinya. Dan tak terasa akhirnya ia terlelap dan hanyut dalam mimpi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.