Pulau yang hilang

Makan



Makan

0Seperempat jam kemudian, Jo membawa Matt menuju sebuah ruangan. Agak luas disana. Meja-meja tersusun rapi. Namun tempat ini tak asing bagi Matt, Ya! Ini ruangan para penjaga yang dikunjungi Matt semalam.     
0

Sudah ada beberapa penjaga disana. Sarapan lezat dihadapan mereka. Dan sedang disantap dengan lahapnya.     

'Oh.. Mereka juga suka sarapan, hah?' Gumam Matt saat terdiam di ambang pintu menatap mereka semua di dalam.     

"Matt! Ayo!" Seru Jo yang sadar kalau Matt tidak ada di sampingnya lagi.     

Saat itu juga Matt tersadar dan langsung beranjak dari ambang pintu. "Ayo!" Timpalnya.     

Jo mengajaknya ke arah meja bar untuk memesan makanan. Tempatnya klasik, begitu juga dengan beberapa perabotannya. Detail ukiran di bagian atas meja bar yang terbuat dari kayu itu sungguh unik. Kayunya nampak kuat dan kokoh.     

"Kalian mau pesan apa?" Tanya seorang pelayan.     

"Saya pesan mie goreng dan air hangat, ya!" Timpal Jo.     

"Dan anda Tuan..Matt?" Tanya pelayan itu seraya mengeja nama Matt yang baru saja dilihatnya dari nametag di dada Matt.     

"Mau pesan apa?" Lanjutnya.     

Matt tampak berpikir, ia bingung harus memesan apa, karena menunya saja ia tak tahu dan tak terpampang disana.     

"Mmm.. " Gumam Matt seolah sedang berpikir.     

"Aku pesan makanan yang sama dengan Jo saja," Timpalnya.     

Saat Matt memberikan jawaban itu, wajah pelayan berambut pirang itu tampak sedikit terkejut. Matt tak tahu apa ada yang salah dari yang ia ucapkan?     

"Anda yakin ingin memesan makanan yang sama?" Tanya Pelayan itu sedikit meyakinkan Matt.     

"Setahu saya anda sangat jijik pada mie goreng, seperti cacing katanya waktu itu," Tambah pelayan itu sembari memperagakan cara bicara Matt asli yang tampak menggelikan saat mengucapkan kata "cacing".     

Pelayan itupun beranjak untuk menyiapkan pesanan Jo dan Matt sembari menunggu jawaban Matt ataupun dari Jo.     

Matt ataupun Jo tampak diam setelah pelayan itu berkata. Mereka sama sekali tak tahu kalau Matt asli tidak suka mie goreng. Dan kini mereka sama-sama bingung mencari jawaban untuk menghindari curiga.     

5 menit berlalu, akhirnya Matt menjawab ucapan pelayan tadi meski sedikit terbata, "Mmm.. Aku sudah tidak jijik lagi setelah dipaksa Jo, iya dipaksa Jo,"     

"Oh.. Seperti itu ya, ini pesanan kalian sudah siap," Ucap pelayan itu seraya menyodorkan makanan yang tadi dipesan Jo dan Matt.     

Pelayan itu nampak tersenyum ke arah keduanya. "Kalian akhirnya akur juga, ya? Pandai juga kau menaklukkan wanita ini," Celetuknya yang membuat Matt seketika memandangnya.     

Matt pura-pura tertawa bangga mendengarnya, "Ahhhahaha... Kau bisa saja,"     

Pelayan itu ikut tertawa menimpali Matt sebelum akhirnya ia melanjutkan kembali ucapannya, "Beberapa waktu lalu, kalian selalu saja ribut kalau bertemu, aku sampai terkejut tadi saat melihat kalian berdua akur seperti ini,"     

Lantas Pelayan itu dan Matt kembali melagakkan tawa mereka. Tapi tidak dengan Jo, ia hanya cemberut saja di balik penutup wajahnya.     

"Ekhemm.."     

Jo menghentikan tawa antara Matt dan Pelayan di depannya. Mereka melirik Jo seketika yang kemudian ia berkata dengan datarnya, "Sepertinya mie kita mulai dingin,"     

Matt yang langsung mengerti dengan maksud Jo, ia segera beranjak dari kursi bar setinggi 90 cm itu diikuti Jo. Mereka hendak meninggalkan meja bar dengan pelayan wanita berambut pirang itu.     

"Terima kasih, Bibi!" Ucap Matt kemudian mengikuti Jo yang telah berjalan lebih dulu menuju salah satu meja yang kosong.     

Tidak sulit menemukan meja yang kosong disana. Kebetulan beberapa penjaga lain sudah sarapan sejak tadi, makanya tempat itu agak sepi sekarang. Jo dan Matt pun duduk di salah satu kursi yang ada di bagian tengah karena meja itu yang pertama kali Jo lihat saat ia pergi dari meja bar.     

Jo telah duduk manis dengan mie yang hampir dingin di depannya. Dibukalah penutup wajahnya. Setelah itu, ia segera menyantap mie itu dengan lahapnya tanpa mempedulikan Matt.     

3 menit berselang, Matt tak kunjung memakan hidangannya. Hingga akhirnya Jo sadar dan mulai bertanya dengan nada sedikit sinis, "Kenapa kau belum makan makananmu?"     

"Apa kau tidak ingat?" Tanya Matt.     

Jo yang merasa tak melupakan apapun, ia hanya mengangkat kedua bahunya bersamaan. Ia benar-benar tak tahu maksud pertanyaan Matt barusan.     

"Kau benar-benar tidak ingat?" Tanya Matt sekali lagi untuk menbuat Jo peka.     

Jo tak suka diberi pertanyaan seperti itu, ia mulai sedikit kesal, "Ingat apa maksudd..."     

"Astaga!" Tampaknya Jo mulai mengingat sesuatu kini. Matt memberikan simpul senyumnya menandakan ia senang karena menurutnya akhirnya Jo paham akan pertanyaan yang ia lontarkan barusan.     

"Aku lupa meminta air minum!" Sambung Jo yang kemudian beranjak dari tempat duduknya untuk kembali menuju pelayan tadi.     

'Ya ampun Jo! Bukan itu maksudku!' Bisik kesal hatinya.     

Jo kembali dengan dua cangkir berisi air hangat di kedua tangannya. Kemudian ia menaruh gelas di tangan kanannya di depan Matt dan satu lagi di depan kursinya.     

"Ini untukmu," Ucapnya seraya menyimpan gelas untuk Matt.     

Matt menyematkan simpul tipis di bibirnya dan berucap,"Terima kasih,"     

Jo juga membalas dengan senyuman di bibirnya. Setelah itu, ia melanjutkan sarapannya tanpa mempedulikan Matt yang sama sekali belum menyentuh makanannya.     

Perutnya keroncongan, suaranya terdengar di pendengaran tajam Jo. Sampai ia pun melirik Matt dan hidangan di depannya yang masih utuh dan mulai dingin.     

"Lho! Kau belum makan juga?" Heran Jo.     

Matt menggeleng pelan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.     

"Ayo! Makanlah! Aku tahu kamu sudah sangat lapar kan?" Paksa Jo sembari menyodorkan piring datar berisi mie goreng dingin pada Matt.     

Namun Matt tak jua mengambil isi piring tersebut. Hingga Jo pun terpaksa meraih garpu di atas piring itu dan menggulung mie dengannya. Diangkatlah tangannya itu diarahkan ke mulut Matt. Namun gerakan tangannya terhenti, saat ia lihat penutup wajah Matt masih tertutup.     

"Lho?" Kagetnya.     

'Astaga! Aku lupa!' Batin Jo.     

Ia pun segera menyeret Matt masuk ke dalam sebuah toilet di bagian belakang ruangan itu tanpa melupakan makanan milik Matt yang belum tersentuh sama sekali.     

"Ayo! Ikut aku!" Lirih Jo yang masih bisa didengar Matt.     

Jo membiarkan Matt masuk ke dalam toilet dengan piring berisi mie goreng yang sudah dingin.     

Di dalam sana, Matt melahapnya dengan semangat, dia memang sudah sangat kelaparan kini. Tak peduli ia makan dimana sekarang. Yang penting perutnya kembali terisi.     

Gema sendawa terdengar sampai ke bagian luar toilet dimana Jo menunggu Matt.     

"Matt!" Panggil Jo dari luar.     

Sekejap kemudian, pintu toilet itu terbuka dan Matt muncul dari dalam sudah dengan keadaan seperti semula dengan wajah tertutup.     

"Sudah?" Tanya Jo.     

Matt hanya menganggukan kepalanya. Piring di tangan kirinya sudah kosong tak bersisa. Mereka pun keluar dari toilet itu dan kembali menuju meja yang tadi mereka tempati.     

Ruang tempat makan itu sudah kosong tak berpenghuni. Para penjaga yang tadi sedang sarapan sudah pergi dari tempat itu sepertinya.     

Karena Matt belum minum, ia pun memutuskan untuk sekejap mengangkat penutup wajahnya dan ditahan di dahinya. Keadaan di sekitarnya sudah ia pastikan telah aman. Dan dengan cepat, Ia meneguk isi gelasnya dan kembali menutupi wajahnya.     

"Ayo!" Seru Jo saat dirinya sudah tak bertumpu pada kursi.     

Jo dan Matt beranjak dari sana. Matt tetap berjalan di belakang Jo sampai ia melihat Jo tampak menempelkan smartwatchnya pada sebuah benda di samping pintu.     

Setelah itu, Jo berbalik untuk menatap Matt dan memberitahunya. Dengan suara rendah, ia berkata, "Tempelkan smartwatchmu untuk membayar hidangan tadi,"     

'Canggih sekali alat ini,' Gumamnya yang kemudian mencoba apa yang telah dilakukan Jo di hadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.