Pulau yang hilang

Smartwatch lagi



Smartwatch lagi

0Sinar mentari menusuk kelopak mata Matt yang masih menutup. Memaksa Matt untuk segera membuka matanya. Bau asap itu sudah mereda di hidungnya. Matanya menggercap, memperjelas pandangannya.     
0

Pundak sebelah kanannya terasa berat, kepalanya meliuk. Ada kepala wanita itu disana.     

Pandangannya dialihkan ke lain arah. Bangunan yang tinggal nama, hampir rata dengan tanah. Reruntuhannya pun berserakan disekitarnya. Suasana disana masih sepi.     

Matanya sedikit memicing, menangkap sebuah benda tepat di atas reruntuhan bangunan yang berada 3 meter darinya.     

"Itu kan..." Gumamnya yang kemudian berlari ke arah benda itu melupakan seorang Jo yang sedang nyenyak di pundaknya.     

Tubuh Jo tentu saja terjatuh. Membuatnya terbangunkan karenanya. Erangan kesakitan sekaligus terkejut keluar dari mulutnya, "Aww..". Matanya segera terbuka saat itu juga.     

"Matt!! Kenapa kau.." Kesalnya diinterupsi Matt yang membawa sebuah smartwatch kembali ke arah Jo.     

"Kau menemukannya?" Tanya Jo yang tak jadi kesal pada Matt yang telah membuatnya terjatuh.     

Matt mengangguk sembari memasangkan jam pintar itu di pergelangan tangan kirinya.     

"Cocok kan?" Tanya Matt setelah smartwatch itu terpasang rapi meski sedikit kotor di tangannya.     

Jo tak menimpalinya, ia hanya memberi pandangan heran dibalik penutup wajahnya.     

"Apa benda itu masih hidup?" Tanya Jo.     

"Tentu saja," Timpal Matt sedikit sombong.     

"Padahal kan benda itu berada di dalam api cukup lama, kok bisa ya benda itu masih utuh? Bahkan tak ada bekas terbakarnya pula," Selidik Jo.     

"Ya sudahlah, yang penting aku tak meninggalkan jejak disini," Ucap Matt.     

'Belum juga tanda tanya mayat itu kuketahui, sudah muncul tanda tanya lain,' Ucap Jo dalam hati.     

Mereka terdiam beberapa saat, saat Matt asyik dengan mainan barunya dan Jo sedang membersihkan pakaiannya dari debu hitam yang baru saja ia timpah dengan tubuhnya.     

"Hai Matt!! Sedang apa kau disana?" Teriak seorang penjaga dari sudut lain yang membuat Matt maupun Jo segera menoleh ke sumber suara itu.     

"Oh hai!" Jawab Matt dengan lambaian tangan. Penjaga itu kian mendekat.     

Matt mencoba merangkai kata untuk menjawab pertanyaan dari penjaga itu. Setelah berhasil, ia pun berkata, "Aku hampir saja kehilangan benda ini,"     

"Uh.. Yang benar saja?!" Timpal penjaga itu.     

"Ya! Sepertinya saat semalam aku sibuk memadamkan api benda ini terlepas,"     

"Untung kau berhasil menemukannya kembali, kalau tidak, bisa-bisa identitasmu hilang dan tak ada akses lagi untukmu disini,"     

'Apa maksudnya tak ada akses?' Tanya Matt dalam hati.     

Karena tak ingin kelihatan tak tahu apapun tentang benda itu, ia pun menyimpan pertanyaan itu saja dalam benaknya dan malah mengiyakan saja pernyataan penjaga itu, "Ah.. Ya, kau benar, untung saja aku kembali menemukannya,"     

"Oh ya, kapan kita akan memulai penyelidikan itu?" Tanya lagi pria itu yang nampaknya tak ingin segera mengakhiri percakapannya dengan Matt.     

'Kenapa dia bertanya seperti itu?! Apa dia penjaga semalam?' Geram Matt dalam hati.     

"Mungkin nanti setelah kita sarapan, kita butuh tenaga bukan untuk memulainya?" Ngeles Matt yang saat itu benaknya dilintasi kalimat itu.     

"Ah.. Kau benar juga, kalau begitu aku kembali ke markas dulu untuk bersiap," Ujar penjaga yang diduga orang yang sama dengan penjaga semalam oleh Matt. Penjaga itupun lantas pergi meninggalkan Matt dan Jo disana.     

Baru beberapa langkah dari sana, penjaga itu baru tersadar kalau ada Jo juga disana, sehingga membuatnya kembali menoleh ke arah Matt dan Jo.     

"Ngomong-ngomong, Kau sudah mendapatkan hati wanita jutek itu, ya? Kalian tampak selalu bersama beberapa hari ini," Goda penjaga itu pada Matt yang kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju markas para penjaga.     

Matt hanya menyematkan simpul di sudut bibirnya, tak ada niat menimpalinya. Berbeda dengan Jo, ia tampak mengumpat pria itu dengan bergumam, "Enak saja, tidak sembarang orang bisa mendapatkaku,"     

Gumam pelan Jo terdengar Matt yang berdiri tak jauh dari Jo. Dalam benaknya terlintas sebuah godaan untuk menjawab gumaman Jo, bibirnya didekatkan ke telinga Jo yang tengah menunjukkan wajah kesal di balik penutup wajahnya, ia pun berbisik, "Tapi lain lagi jika kau yang berusaha mendapatkanku, ya kan?"     

Jo segera menoleh ke arah Matt dengan tatapan tajam dan lebih kesal. "Apa?!" Kesalnya.     

Matt tampak menjauh dari Jo saat itu juga saat dirinya beranggapan kalau ia akan segera diserang singa betina ganas.     

"Sudahlah.. Kau tidak usah pura-pura tak mendengar," Timpal Matt sedikit keras sembari berjalan makin menjauh dari Jo.     

Rasa kesalnya sudah berada di ujung ubun-ubunnya, telinganya benar-benar merasa panas kini. Jo berlari kencang ke arah Matt bersiap akan menyerangnya dengan jurus tinjunya. Kepalan tangannya sudah tak bisa dilepaskan lagi. Jaraknya sudah tinggal 3 langkah lagi menuju Matt.     

Belum juga tinjunya mengenai Matt, Matt sudah menoleh ke arahnya dengan ekspresi bingung yang tak bisa dilihat Jo.     

"Tunggu! Apa maksud penjaga itu tak punya akses?" Tanya Matt yang menginterupsi rencana Jo tadi. Kepalan tangannya merenggang dan benaknya mulai berpikir.     

"Sepertinya, saat kau harus melewati sebuah pintu berpengaman khusus yang hanya bisa dibuka orang-orang tertentu dengan smartwatch itu sebagai pengenalnya, kan jika seperti itu kau tidak bisa memasuki ruangan-ruangan itu, aku rasa itu maksud penjaga itu," Opini Jo.     

Matt mencerna opini Jo dengan seksama, ia mengangguk pelan setelah beberapa kalimat berhasil dipahami otaknya.     

"Aku pernah melihat salah satu dari mereka membuka sebuah pintu dengan smartwatch itu," Lanjut Jo.     

~~~     

Seorang penjaga berbadan gagah tengah berjalan tepat di depan Jo. Jo ada di belakangnya, hanya mengikutinya, diikuti pula oleh beberapa abnormal menuju sebuah pintu besar berbahan kayu di bagian kanan lorong.     

Langkah penjaga itu akhirnya terhenti, begitu pula orang-oramg di belakangnya. Penjaga berbadan gagah itu tampak diam beberapa saat di hadapan pintu besar berukiran unik. Ada ukiran berbentuk lingkaran tepat di hadapannya, tepatnya sejajar dengan dada penjaga itu. Ia tampak mengarahkan sebuah benda yang melingkar di pergelangan tangan kirinya ke arah lingkaran itu, hingga jarak benda itu dengan lingkaran hanya 2 cm saja.     

Beberapa detik kemudian, pintu besar itu terbuka dengan sendirinya.     

~~~     

Belum juga Jo menyelesaikan ceritanya, Matt menginterupsinya dengan bertanya, "Kau tak pernah melakukannya?"     

"Ish!! Kau ini, aku belum selesai bercerita," Timpal Jo.     

"Aku hanya bertanya dan ingin tahu, lagipula ceritamu sangat panjang, ceritakan saja intinya!" Ujar Matt yang memang punya sifat tak sabaran dalam dirinya.     

"Baiklah! Aku memang belum pernah melakukannya, aku hanya mengikuti para tetua disini,"     

"Memangnya kau belum pernah mencobanya?" Tanya Matt penasaran.     

"Aku pernah mencobanya, dan.."     

"Dan apa?" Tanya Matt yang lagi-lagi tak sabaran.     

"Dan.. "     

"Bicaralah yang cepat! Dan apa?!" Kesal Matt.     

"Aku akan cepat kalau kau tak selalu menginterupsiku! Diamlah!" Timpal Jo dengan nada yang sama-sama kesal.     

"Ya sudah cepat! Dan apa?!"     

"Dan.. Aku gagal, pintunya tak terbuka," Lirih Jo seraya menundukkan kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.