Pulau yang hilang

SMARTWATCH



SMARTWATCH

0Setengah jam menunggu, helikopter bantuan datang. Semburan air dari udara menyebar, perlahan menenangkan si jago merah yang berhasil melahap seperempat komplek abnormal. Sungguh miris.     
0

"Ahh.. Akhirnya padam juga," Lelah Matt seraya menyenderkan tubuhnya di tembok bangunan lain dan jauh dari keramaian penjaga.     

Jo masih ada disampingnya. Kemanapun ia pergi pasti selalu ada Jo di sampingnya.     

"Menurutmu, siapa yang membakar itu?" Ketus Jo.     

Matt tak menyahutinya. Namun benaknya tak berhenti memikirkan apa yang baru saja ditanyakan Jo.     

"Siapa yang membakarnya? Ia seolah tahu kalau aku harus memusnahkan jejak, kalau Jo, itu tidak mungkin, Jo ada disampingku saat kejadian barusan, tapi apa mungkin, ia meminta seseorang untuk memusnahkannya?" Overthingking Matt.     

Pertanyaan-pertanyaan Matt dalam benaknya tadi menghilang seketika saat Jo dengn perasaan kesal membuyarkannya, "Matt?!! Tadi aku bertanya?"     

Seketika Matt terkejut dan melirik Jo. "A.. Apa?" Timpal Matt gugup karena terkejut.     

"Kau selalu saja tak mendengarkanku!" Kesal Jo yang kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.     

'Kenapa kau juga selalu cepat kesal seperti itu?' Tanya Matt dalam hati karena jika ia bertanya hal itu langsung pada Jo, tentu saja akan mengundang amarah lain darinya.     

Matt mengalah kali ini, ia mengalihkan kekesalan Jo padanya, sekaligus mencoba menanyakan padanya beberapa pertanyaan yang sempat memenuhi benaknya, "Apa tadi kau meminta seseorang membakar kamar itu?"     

Jo dengan cepat berbalik ke arah Matt dengan tatapan tajam yang tentu saja tak bisa dilihat Matt karena penutup wajahnya. "Apa maksudmu?!" Sewot Jo.     

"Ya.. Aku hanya bertanya padamu, memang menurutmu apa yang kuucapkan tadi? Sebuah pertanyaan kan?" Jelas Matt berlaga polos.     

"Mana mungkin aku meminta seseorang untuk menghilangkan jejaknya, kan sedari tadi aku selalu bersamamu, apa tadi kau melihatku menelepon seseorang?"     

Matt menggeleng pelan, dalam benaknya kembali berbincang, "Iya juga, sedari tadi ia tak nampak mengenakan telepon, lagipula aku memberitahunya saat-saat kita akan kembali kesini. Tapi tunggu!"     

"Bisa saja kan saat kau sedang berlari-lari meninggalkanku kau menelpon seseorang?" Interogasi Matt.     

Jo memutar malas bola matanya, ia mencoba meyakinkan Matt kalau bukan ia yang melakukannya, "Mana sempat aku menelepon seseorang, lalu saat kita kembali api itu sudah dikerumuni banyak orang,"     

Matt mengangguk pelan sembari berdialog dalam hatinya, "Benar juga, ya, lantas siapa yang melakukannya?"     

"Kalau begitu, Siapa yang..." Ucapan Matt terpotong saat ada seseorang memanggilnya dari seberang, "Matt!!"     

Matt segera berdiri seakan menyambut orang yang kian mendekat ke arahnya.     

"Ada apa?" Tanya Matt saat seseorang yang diduga penjaga itu sudah berjarak 5 langkah lagi dengannya. Rasa penasaran berkecambuk dalam benaknya, berbagai macam pertanyaan memenuhi otaknya.     

Seorang pria dengan gagahnya berjalan tergopoh, tinggi badannya kira-kira 10 cm lebih tinggi dari Matt. Hembusan napas tak beraturan sebelum akhirnya ia berbicara dengan suara berat, "Matt! Apa kita perlu menyelidiki apa yang barusan yang terjadi?"     

Matt terdiam sejenak, memikirkan jawaban apa yang harus ia lontarkan.     

"Aku rasa, kita tunggu besok saja dulu, gelap malam mungkin akan membatasi kita nantinya," Tegas Matt seolah bijak, berperan sok jadi Ketua, untungnya dulu ia pernah menjadi Ketua Osis di Sekolah kecilnya, jadi ia bisa sedikit berlaga punya wibawa saat ini.     

"Apa Bos besar sudah setuju kalau kita akan memulai penyelidikannya besok?" Tanya penjaga yang sepertinya seorang pria itu.     

"Memangnya Bos besar tahu kejadian tadi? Saya rasa saya belum memberitahunya," Timpal Matt merasa heran.     

"Beliau sudah tahu dari penjaga lain yang menghubunginya sesaat setelah terjadi kebakaran itu," Jelas penjaga itu.     

Matt menimpalinya lagi dengan tegas, "Baiklah kalau begitu, nanti akan saya sampaikan pada Bos besar, saya yang tanggung jawab disini, pergilah beristirahat dulu, agar besok lagi kita siap melakukan penyelidikan kebakaran itu,"     

"Baiklah, Matt! Kalau begitu saya permisi," Timpal penjaga itu yang kemudian pergi kembali ke tempat asalnya.     

Setelah penjaga itu pergi dan tak ada siapapun lagi disana selain Matt dan Jo, Matt mencoba memulai percakapan lagi dengan Jo untuk bisa lebih tahu apa saja yang harus ia lakukan kini.     

"Jo! Apa aku harus menghubungi Bos besar yang dimaksud penjaga tadi?" Tanya Matt yang benar-benar tak tahu dan bingung apa yang harus ia lakukan setelah ini. Setiap tindakannya bergantung pada ucapan Jo kali ini.     

Jo mencoba mengingat apa yang biasanya dilakukan Kepala penjaga saat terjadi kejadian seperti ini.     

~~~     

Sesaat setelah Joanna melihat beberapa penjaga membawa Matt masuk ke dalam sebuah ruangan yang diduga milik Dokter Ace, ia terdiam di ujung lorong seolah sedang berjaga sembari sesekali mengawasi pergerakan dari kamar itu.     

Joanna tak mau ketinggalan setiap momen dan perubahan yang terjadi pada Matt, pria yang diincarnya untuk diawasi karena menunjukkan tanda-tanda kembali normal setelah beberapa tahun merasakan abnormal itu.     

Cklek..     

Terdengar gema decit sebuah pintu yang dibuka kasar. Pandangan Joanna segera tertuju kesana.     

"Lapor penjaga satu!" Suara yang terdengar Joanna di ujung lorong.     

"Seorang pria telah kembali setelah menghirup gas yang bocor di lantai bawah,"     

Telinga Jo semakin dipaksa mendengar jelas ucapan seorang Ketua penjaga yang baru saja keluar dari ruangan dimana Matt juga ada didalamnya.     

'Sepertinya, ia sedang melapor pada Bos besar,' Sangka Jo.     

"Dia telah kembali normal, berbicara seperti orang normal,"     

'Benar dugaanku, dia pasti sedang berbicara tentang Matt pada Bos besar,' Lirih Jo dalam hatinya.     

'Bahaya ini!" Gumam Jo.     

~~~     

"Ya! Tentu saja kau harus melapor pada Bu Bos," Tegas Jo pada Matt yang dengan sabar menunggu jawabannya.     

Matt hanya mengangkat sebelah alisnya sembari menatap tajam ke arah Jo. Dengan maksud ia ingin tahu apa kelanjutan dari instruksi Jo.     

Jo mendengus kesal, tapi meski begitu ia tetap memberitahu Matt step-by-step, "Gunakan smartwatch-mu," Seraya mengangkat smartwatch di pergelangan tangannya sejajar dengan dagu.     

"Smartwatch?" Tanya Matt bingung karena kedua pergelangan tangannya kosong, tak ada benda apapun disana selain helaian kain yang menutupinya.     

Pandangan Jo tampak heran. "Kau tak mengambil smartwatch milik Matt bodoh itu?!" Gertak Jo.     

"A.. A.. Apa? Apa seharusnya aku mengambilnya?" Tanya Matt setelah mendapat pertanyaan bernada tinggi itu dari Jo.     

Jo segera menarik pergelangan tangan Matt dari tempat itu seraya ia menjawab, "Tentu saja, Bodoh!!"     

Matt hanya bisa mengikuti langkah Jo yang memang menarik lengannya kasar. Selain itu, ia juga merasa bingung kini.     

'Kenapa aku harus mengambil benda itu? Apa benda itu juga merupakan identitas pemilik baju ini? Ahh.. Rumit sekali menjadi penjaga,' Gumam Matt selagi ditarik Jo menuju kamar lama Matt yang sudah hangus terbakar.     

Bau hangus masih menyengat hidung kedua insan meski tertutup kain penutup wajah. Mereka sudah tiba disana walaupun harus melewati terlebih dulu reruntuhan bangunan yang telah melegam.     

"Ah, sial! Dimana mayatnya?!" Geram Jo sembari mencari keberadaan mayat Matt yang sepertinya diduga telah hangus. Matt hanya membantu mencarinya tanpa banyak bicara.     

Tiba-tiba pertanyaan melintas dalam benaknya, sehingga secara spontan ia bertanya, "Sebenarnya kenapa kita harus mencari benda itu?"     

Jo menghentikan aksinya sebentar sekalian mengambil napas dari udara yang sudah tercampur abu bekas kebakaran.     

"Ada tanda pengenal dalam smartwatch itu, ada pelacak juga disana, dan yang aku khawatirkan, kalau sampai mereka menemukan benda itu, dan mereka tahu kalau benda itu tak ada padamu, kau bisa mati! Benar-benar mati!!" Jelas Jo yang makin membuat Matt penasaran akan kehebatan benda itu.     

"Kenapa kita mesti repot-repot mencarinya? Nanti akan kubilang, kalau aku tak sengaja menjatuhkan benda itu, aku rasa mereka akan percaya," Timpal Matt.     

Jo mendengus, ia benar-benar harus sabar menjelaskan semua yang belum Matt ketahui, "Tidak semudah itu, Matt!! Dalam smartwatch itu ada banyak hal-hal tak terduga yang bisa ia lakukan, benda itu benar-benar smartwatch,"     

"Sudah! Jangan banyak tanya dulu, bantu saja aku mencarinya!" Tegas Jo.     

Matt tak tahu harus bertanya bagaimana lagi kalau Jo sudah berkata seperti itu, ia hanya bisa pasrah sembari terus mencari benda bernama smartwatch itu.     

Hampir sejam mereka mencari, benda itu tak juga dijumpai.     

03 : 46     

Deretan angka yang terlihat di atas layar smartwatch milik Jo.     

"Benda itu tak ada, aku juga tak melihat bukti apapun tentang mayat itu, apa kau melihatnya?" Tanya Jo setelah lelah mencari.     

Matt mendekat ke arah Jo dengan langkah lesu. Ia menggeleng pelan saat dirinya bisa terlihat oleh Jo dengan sebuah senter yang menyorot Matt.     

Listriknya padam saat kebakaran itu ikut melahap kabel yang terbentang. Hingga suasana di komplek itu cukup gelap. Hanya penerang yang ada di gerbang komplek yang masih utuh, itupun bukan berasal dari aliran listrik, melainkan obor yang hanya tinggal satu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.