Pulau yang hilang

Alih profesi



Alih profesi

0Satu persatu para abnormal di barisan terakhir menaiki helikopter, begitu juga Matt.     
0

Deru baling-baling makin mengiang di telinganya, tubuhnya hampir oleng untuk kedua kalinya, namun penjaga di belakangnya mampu membuatnya kembali tegak.     

"Cepat naik!!" Perintah penjaga itu sekali lagi.     

Matt pun segera naik karena kini hanya ia yang belum juga menaiki helikopter yang hampir berangkat.     

Pandangannya kembali kosong. Matt selalu mencoba mengingat beberapa kepingan ingatan yang baru saja terlintas dalam benaknya. Tapi apa daya, ia tetap tak bisa mengingatnya.     

Hingga 20 menit berselang, helikopter yang ditumpangi Matt dan kawanan abnormal lain segera mendarat.     

Helikopter terakhir telah mendarat tepat di atas huruf H yang terlukis besar di atas bangunan tengah laut. Mereka telah mendarat. Satu persatu mereka menuruni helikopter dengan hati-hati.     

"Ayo cepat!!" Instruksi seorang penjaga yang lagi-lagi membuat para abnormal segera berbaris dengan cepat nan rapi.     

Deretan panjang kembali tercipta seperti banyak hari sebelumnya. Mereka hendak ditembaki thermogun dan CC-gun oleh para penjaga.     

Matt masih dalam barisan pemeriksaan, sesaat mata bertatapan kosongnya melihat wajah yang sepertinya ia kenal. Tatapan kosongnya berubah saat itu juga menjadi tatapan tajam ke satu objek. Wanita itu.     

Tiba-tiba pula, terlintas sebuah ingatan lagi dalam benaknya, wanita itu, ia pernah bahkan sering melihatnya. Tapi, siapa dia?     

Ingatan sesaatnya terbuyar karena ucapan penjaga yang kini ada di depannya, "Maju!!".     

Matt pun melangkahkan kakinya dengan tatapan kosong lagi, ingatan yang barusan terlintas dalam benaknya juga tiba-tiba hilang seketika. Bahkan ia tak ingat kalau ingatan itu pernah melintas dalam benaknya.     

Semuanya normal-normal saja setelah Matt melakukan kedua pengecekan itu. Ia kembali bekerja namun di tempat yang berbeda, ia tidak bekerja lagi di lantai bawah, melainkan di lantai paling atas.     

Lantai bergerak itu turun sejauh 5 meter, dan saat itu Matt melangkahkan kakinya sesaat setelah penjaga memerintahkan mereka untuk masuk,"Masuk!".     

Lorong selebar 3 meter itu dipijak oleh Matt dan beberapa abnormal lainnya. Dinding putih bersih, begitu juga dengan langit-langitnya. Gema langkah terdengar dalam hening disana. Berjalan lurus sejauh 10 meter hingga mereka menemukan persimpangan, kanan dan kiri. Masih juga lorong, hanya ada satu pintu di setiap persimpangan. Mereka berbelok ke kiri kemudian memasuki sebuah pintu dari kayu jati dengan ukiran sangat modern. Pintu itu terbuka sendirinya saat mereka telah berdiri di hadapan pintu.     

Ruangan seluas 30 m² ada di hadapan mereka. Meja-meja kabinet lengkap dengan perlengkapan memasak ada di sana. Lemari es yang cukup besar bukan hanya ada satu, melainkan ada 3 disana. Dan kini mereka yang ada disana bertugas untuk menyiapkan makanan untuk para tawanan, penjaga dan abnormal siang nanti.     

Ya! Meskipun tanpa pengetahuan dan pengalaman sebelumnya, mereka sudah disetting untuk jago dalam segala hal. Sehingga mereka bisa dengan mudah diposisikan dimana saja dan dalam bidang pekerjaan apapun.     

Seperti di ruangan sebelumnya, disana juga ada beberapa penjaga di setiap sudut dapur. Pintu dapur telah tertutup. Seorang penjaga telah berdiri di hadapan mereka yang sudah siap di depan meja masing-masing. Penjaga itu menekan sebuah tombol diantara banyak tombol di samping pintu besar itu.     

Sesaat kemudian sebuah hologram sinar biru berisi menu masakan telah terpampang di hadapan mereka, tepat di depan pintu. Menu itu terpampang sangat besar, hampir mengisi tinggi ruangan.     

Dering bel kian berbunyi, tanda bagi para abnormal untuk segera memulai kegiatan mereka. Matt dengan otak yang telah tersetting itu, dengan sigap memainkan pisau, memotong bagian ini-memotong bagian itu, bolak-balik mengambil bahan masakan, memasukkannya kedalam minyak panas ataupun kukusan, dan memasaknya hingga matang tanpa dicicipi sedikitpun. Begitu juga dengan para abnormal lain. Kegiatan disini benar-benar seperti sebuah kompetisi memasak.     

Setelah 3 jam berlalu, banyak wadah besar dengan kepulan asap halus diatasnya. Beberapa penjaga disana mencicipinya, mereka sudah seperti juri saja. Tapi itu mereka lakukan hanya untuk memastikan apakah makanan yang dimasak benar-benar pantas dimakan atau tidak.     

Setelah semuanya siap, wadah-wadah berisi makanan lezat itu kini siap dibawa ke ruangan lain di sebelah ruangan itu, tepatnya di bagian kanan setelah persimpangan yang tadi mereka lewati saat masuk. Makanan-makanan itu didorong setiap abnormal dengan troli pembawa makanan menuju ruangan tersebut.     

Pintu besar yang serupa kembali terbuka dengan sendirinya saat seorang penjaga telah berdiri di depannya. Beberapa abnormal kira-kira ada 10 orang dengan masing-masing troli mengantre di belakangnya.     

Penjaga itu masuk dan menepi di samping pintu. "Masuk!" Perintahnya.     

Deretan meja dan kursi tersusun rapi disana. Di sudut kanan, deretan meja lebih besar telah ada disana, namun tanpa kursi.     

Matt dan yang lainnya mendorong masing-masing troli menuju meja yang lebih besar disana. Kemudian menyimpan hidangan yang sudah ada di atas masing-masing troli ke atas meja tersebut.     

Mereka menyajikannya dengan rapi dan benar-benar seperti robot.     

Tengg..     

Pukul 12 tepat, ruang makan tadi sudah dipenuhi para tawanan penjara tengah laut dan juga sebagian dari penjaga serta para abnormal tentunya.     

Matt dan para abnormal lain yang tadi menyiapkan hidangan masih tertatih di belakang meja besar yang kini hampir habis isi wadah diatasnya. Mereka melayani terlebih dulu dengan sepenuh hati orang-orang yang sedang lahap kini. Dan mereka akan makan nanti setelah semuanya kembali ke aktivitas mereka masing-masing, para tawanan kembali ke penjara, dan para penjaga serta para abnormal kembali bekerja.     

Setelah sebagian penjaga kembali ke tempatnya semula, datanglah sebagian penjaga lain yang belum mendapat jatah makan ke ruangan tersebut. Matt dan para abnormal lain belum juga makan, mereka harus menunggu para penjaga ini pergi kembali, barulah mereka bisa makan dari makanan yang tersisa disana.     

Setengah jam kemudian, mereka telah meninggalkan ruang makan seluas 30 m² itu, kembali ke posisi masing-masing. Barulah Matt dan teman abnormalnya bisa makan sepuasnya disana. Setelah mengisi perut mereka, mereka kembali bekerja, membersihkan meja-meja yang tadi dipakai makan para penghuni bangunan tengah laut itu, memunguti peralatan makan bekas pakai diatas meja-meja tersebut kemudian menyusunnya di atas troli.     

10 troli didorong kembali oleh masing-masing abnormal dengan wadah kosong tak bersisa menuju ruangan kecil yang terselip di dapur.     

Ruangan tersebut digunakan untuk membersihkan peralatan makan dan masak bekas pakai tadi. Mereka harus segera membersihkannya, karena alat-alat tersebut akan kembali digunakan untuk menyiapkan makan malam yang akan dimulai dalam 4 jam kedepan. Ya! Jam kerja mereka lebih lama dari para abnormal yang bekerja di tempat lain. Mereka baru akan diantar pulang dengan heli antar-jemput pukul 10 malam.     

Hampir 1 jam mereka habiskan waktu untuk mencuci alat-alat yang akan kembali mereka gunakan nanti. Selepas itu, mereka kembali melakukan pekerjaan lain, memotong bahan makanan untuk makan malam nanti, mengecek bahan makanan yang tersedia, dan banyak lain hal yang harus mereka lakukan. Bisa dibilang tak ada dari mereka waktu untuk beristirahat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.